3. 🌼 Really Miss You 🌼
Jika ada seseorang yang memiliki alasan dalam mencintaimu, itu artinya kau perlu ragu.
****
Luna mengepalkan erat tangannya, tidak habis pikir mau apa Lana dan Raja datang menemuinya? Bukan Luna tidak perduli dengan saudara kandungnya itu, hanya saja dia memang belum ingin bertukar kabar dengan Lana. Sepertinya Lana juga tahu hal itu, makanya wanita itu langsung mematikan ponselnya sebelum Luna menjawab tadi. "Halo, apa stok buku ini masih ada?" tanya seorang Pria yang sepertinya Luna pernah lihat, tapi siapa dia juga lupa. Bergegas Luna menghampiri pelanggan toko buku itu, seorang pria muda yang menarik pikir Luna karena jarang sekali melihat anak muda yang hobi membaca buku tebal.
"Jangan menganggapku menarik karena membeli buku seperti in," kata pria itu hingga Luna menautkan alisnya. Percaya diri sekali anak ini, pikir Luna. "Aku membeli ini karena ingin mengganti buku milik kakakku, aku tidak sengaja membuat sampul belakangnya rusak."
"Oh..," jawab Luna tidak ingin berbicara banyak dengan pria aneh ini. Saat pria itu tersenyum dia kembali seperti pernah melihatnya, tapi siapa? Luna tidak lagi memikirkan pelanggan pria tadi, dia berkutat dengan pekerjaan yang harus ia selesaikan. Luna memang tidak ingin menemui Lana, apalagi Raja. Biarkan saja mereka menunggu.
***
Lana kini sudah tidak lagi bisa santai menunggu Luna datang, dia melirik Raja yang masih saja santai dengan gawainya. Entah mengapa Raja bisa santai, padahal sudah empat jam mereka duduk di kafe tersebut, suaminya itu juga tidak mengajaknya untuk sekedar berjalan-jalan. "Sayang," panggil Lana kemudian Raja meliriknya sekilas. "Apa kau tidak bosan menunggu?"
"Sudah aku katakan, Luna tidak akan datang. Kau bersikeras ingin menemuinya, jadi jangan salahkan aku!"
"Baiklah kau terlalu mengenal mantan kekasihmu itu, sampai kau lupa harus bersikap manis kepadaku."
"Jangan bawa-bawa hal yang sudah pasti akan menyakitimu Lana."
"Lalu kau berharap aku akan berbicara apa? satu tahun, aku memberikanmu waktu satu tahun, tapi masih saja kau seperti ini kepadaku. Aku tidak meminta kau melamarku, dan juga tidak memintamu untuk tidur denganku malam itu Raja." Kesal Lana, dia mendorong kursinya untuk pergi dari sudut kafe itu. Raja menghembuskan napasnya lelah, Lana benar dan memang semua ini salahnya. Dia ikut menyusul Lana, tidak tega karena bagaimanapun wanita itu adalah tanggung jawabnya sekarang.
Raja, terpaksa menikahi Lana bukan hanya karena mereka pernah melakukan kesalahan bersama, tetapi juga karena perjodohan yang di inginkan oleh kedua orang tua Raja dan Ray Cavali terpaksa setuju, meski ia tahu Luna dan Raja memiliki hubungan. Alasannya tentulah karena menghindari kebangkrutan. Raja tidak bisa mengatakan alasan sebenarnya, karena itu sama saja dia membuat Luna, wanita yang ia cintai terluka lebih parah lagi. Biarlah Luna menganggapnya pria brengsek. Raja juga tidak tahu, kenapa ayahnya meminta Lana yang harus dia nikahi bukan Luna. Ketika dia bertanya, Leo__ayahnya mengatakan kalau Lana lebih baik daripada Luna, dan jika dia ingin membantu keluarga Luna maka dia harus menikahi Lana bukan Luna.
"Lana kau mau kemana?" tanya Raja sambil mengikuti istrinya itu dari belakang.
"Apa perdulimu?" kata Lana memutar tubuhnya agar bisa melihat wajah Raja. "Aku masih tidak mengerti mengapa kau memilih menikahi aku, jika kenyataannya kau sangat mencintai Luna." Raja mengusap kedua bahu Lana. Dia kemudian memeluk wanita itu sambil berkata "maafkan aku, Lana." Di dalam pelukan Raja, hanya do'a yang Lana ucapkan didalam hatinya. Semoga dengan pernikahan ini dia bisa bahagia, semoga Raja bisa mencintainya.
Mata Raja terpaku pada sosok wanita yang begitu dia rindukan, wanita itu tidak lain adalah Luna. Karena terus saling berpandangan, Luna tidak mendengar ada mobil yang melaju cepat ke arahnya. Raja yang tahu hal itu melepaskan pelukannya pada Lana, dia berlari mendorong tubuh Luna dan belum sempat dia ikut melangkahkan kakinya mobil itu sudah menghantam tubuh Raja. "Raja," teriak Lana dari tempatnya yang melihat itu semua. Sementara Luna, dia benar-benar masih sangat terkejut. Kemudian melihat ramainya orang disekitar, barulah dia sadar dengan apa yang sudah terjadi. Luna bangkit dengan tangannya yang sakit, membelah kerumunan orang ramai itu dia melihat ada banyak darah Raja. "Ra- Raja...," ucap Luna terbata. Pria itu sudah menutup mata. Mengerti keadaan sedang tidak baik-baik saja, Luna bergegas meminta bantuan kepada orang disana agar mau membantunya membawa Raja ke Rumah Sakit.
Seorang pria yang pernah menolongnya ada disana, dia menghampiri Alessandro yang juga menatapnya. "Alessandro, tolong bantu aku. Bawa pria ini ke Rumah Sakit," pinta Luna dengan menyatukan kedua telapak tangannya.
"Kau benar-benar tidak tahu malu rupanya!" gumam Alessandro yang masih dapat Luna dengar. Dengan derai air mata, Luna menahan malu dan dia mencoba meminta bantuan kepada orang yang lain, tapi tidak ada yang memiliki mobil, karena memang jalanan disana tidak memungkinkan adanya mobil sehingga mayoritas warga disana tidak memiliki mobil. Mereka hanya mampu menelpon ambulan agar segera datang. Luna merasa sangat membuang waktu, sehingga dia kembali meminta bantuan Alessandro yang sudah meninggalkan tempat tadi. Luna berlari dengan kaki yang juga terasa sakit, dia berterika memanggil Alessandro.
"Alessandro ku mohon, aku mencintainya. Aku tidak ingin terjadi hal buruk padanya, aku akan melakukan apa saja setelah ini untukmu aku berjanji." Luna kemudian mengeluarkan dompet serta ponselnya, memberikan kepada Alessandro. "Ini kau bisa menahan barang-barang pribadi milikku." Alessandro memberikan kembali barang milik Luna itu. Dia melangkah bergegas ingin menolong Raja. Di tempat itu Lana ikut membantu Alessandro membawa tubuh Raja kedalam spead boat, Alessandro juga tidak membawa mobil. Lana duduk dikursi belakang dia memangku kepala Alessandro, sementara Luna duduk disamping Alessandro yang mengemudikan spead boat sambil menelpon seseorang.
Lana masih terus menangis, bahkan sampai saat Raja dibawa ke ruang gawat darurat Lana tidak duduk sama sekali. Berbeda dengan Luna yang diam, dengan tatapan kosong. "Come sta mio marito, dottore?" pertanyaan Lana kepada Dokter yang keluar dari ruang UGD itu membuat Alessandro menatap Luna penuh pertanyaan. Lana menggunakan bahasa Italia yang fasih, sama seperti Luna. Bukan karena bahasanya Alessandro heran, tapi Lana menyebut pria yang ia tolong barusan adalah suaminya.
"Dia sudah tidak apa-apa, hanya luka dibagian kepala yang harus kita lakukan pengecekan ulang. Selain itu, kaki dan tangannya hanya terluka ringan tidak ada patah tulang dan sebagainya. Kau bisa mengurus semua di bagian administrasi." Dokter itu pergi setelah mengatakan hal yang membuat Lana serta Luna lega.
Lana bergegas untuk masuk kedalam ruangan dimana Raja berada, sementara Luna baru ingin bangkit niatnya untuk melihat Raja dia urungkan. Ada yang lebih berhak disisi Raja saat ini, dan wanita itu bukan dia. "Kenapa kau tidak masuk? bukankah dia pria yang kau cintai?" tanya Alessandro.
"Bukan urusanmu!"
"Apakah memang begini sikapmu kepada orang yang sudah dua kali menolongmu dalam kesulitan?" sindir Alessandro membuat Luna menunduk malu. "Ayo, kita obati dulu lukamu baru kita bernegosiasi."
"Negosiasi apa?" tanya Luna ketika Alessandro sudah merangkul bahunya untuk pergi darisana.
"Kau lupa dengan ucapanmu tadi, sebelum kita ke Rumah Sakit ini."
Bersambung...
Komentar dong...aku tunggu ya...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro