1 - 6 (Berburu Bersama Serigala)
"Lo cari mati tadi?" tanya serigala bersayap angsa padaku,
"Nggak lah!" sahutku cepat, siapa juga yang mau terlibat hal merepotkan seperti tadi?! Aku inimasih waras ya!
Serigal bersayap angsa menatapku lama, sebelum menghela napas.
"Coba aja gue nggak ada disana, lo udah mampus," ucapnya sambil meapikan kemejanya yang terlihat lebih lusuh dari terkhir kami bertemu.
"Thanks kalau gitu," ucapku lalu duduk di atas rerumputan, masih memandang sungai yang ternyata memiliki dua warna yang berbeda jika dilihat dari sisi yang berlawanan.
"Lo nggak cabut?" tanyanya
"Aku lelah," ucapku lalu berbaring, toh kelihatannya mereka tidak akan bisa menyebrang. Karena mereka juga tadi tidak mengejar kami ketika nyemplung.
Lagian kakiku bisa – bisa putus kalau digunakan secara berlebihan. Jadi beristirahat sebentar bukan hal yang buruk.
"Lemah,"
Mendengar ucapan Serigala bersayap angsa aku menjadi kesal, meski aku sedang lelah saat ini bukan berarti aku lemah!
Aku ingin membalas perkataannya namun aku tahu kalau itu juga perbuatan yang sia – sia, jadi aku memilih untuk diam.
Kupikir ia akan pergi setelah mengatakan itu, nyatanya serigala ikut rebahan santuy di sampingku. Aku jadi merasa aneh dengan tingkahnya, sebelumnya ia seolah tidak ingin dekat denganku, namun sekarang ia malah ikut bersantuy ria denganku di tepi sungai.
Setelah keheningan yang sekejap, aku menjadi ingat kembali alasan mengapa aku sampai terjebak di lingkungan menyebalkan itu.
"Bintang kecil!" ucapku lalu bangun, "aku harus segera mencarinya!"
PLAK!
Serigala bersayap angsa menampar wajahku, ia menatapku datar sembari berkata.
"Jangan dicari toh dia pasti muncul lagi,"
"Jahat banget,"
"Hah... lagian mucul dan hilang tiba – tiba bukan barang baru disini,"
"Tempat ini... sebenarnya apa?"
Tempat dimana orang – orang bisa muncul dan menghilang tiba – tiba, tempat yang selalu dibalut senja, tempat dimana orang – orang tidak mmiliki rasa peduli yang tinggi.
Serigala bersayap angsa menutup matanya, seakan berpikir untuk memberikan jawaban terbaik yang bisa ia berikan kepadaku.
"Entahlah, gue juga nggak tau dan nggak pengen tau," jawabnya dengan nada sok bijak
Aku tidak puas dengan jawaban yang ia berikan, namun aku tidak ingin mendesaknya lagi sekarang. bisa – bisa ia yang menerkamku disini dan membuang sisa mayatku ke sungai.
"Lo.. nama Lo beneran Roman kan?"
"Ya.. nggak sih, aku hanya merasa bahwa nama itu keren jadi aku menamai diriku sebagai Roman, emang kenapa?"
Kupikir ia sama sekali tidak tertarik denganku saat pertemuan pertama, sungguh mengejutkan bahwa ia masih mengingat apa yang kukatan saat itu.
"Hanya orang bodoh yang memberi nama pada dirinya sendiri,"
PLAK!
Gantian, kali ini aku yang mengepalkan tangan padanya, meninju pipi serigala yang tidak tembem sama sekali.
"Emang kau tahu apa hah?! Kau pikir enak tiba – tiba hilang ingatan dan berada di tempat antah berantah yang nggak kamu ketahui?! Dasar binatang!"
Aku langsung nyeroscos dengan mulut, bukan dengan tangan. Maunya aku melanjutkan meninju tadi jadi pergelutan, tapi aku berusaha untuk mengontrol diri.
"Gue bersimpati pada lo,"
Ia mengatakannya dengan datar dan watados, tidak ada kesan – kesannya sama sekali.
"Sudahlah, hah..."
Aku memegang jidat sambil menatap ke bawah, frustasi yang bertumpuk membuatku lelah juga.
"Bawa santai aja, sesekali lo juga butuh hiburan, anggap saja lo lagi liburan disini,"
Bener juga, dibawa santai aja. Sambil mengumpulkan informasi mengenai tempat ini.
KRUYUK~
Sial, sepertinya kegiatan kami berlari tadi menghabiskan sisa – sisa makanan yang ada di perutku. Serigala memandangku remeh.
Perut sialan!
"Lo mau ikut berburu dengan gue?" tawarnya
Berburu?
Itu terdengar menarik di telingaku.
Serigala bersayap angsa berjalan terlebih dahulu tanpa mendengar jawabanku. Seperti pertemuan kami yang pertama, langkahnya sangat cepat hanya untuk dikatakan sekedar berjalan.
Kami melewati pusat kota, lalu beberapa pedesaan. Sebenarnya cukup pergi ke supermarket atau mampir ke salah satu restaurant. Makanan disinitersedia dengan gratis dan cukup mudah.
Tapi mendengar kata 'berburu' membuatku merasa bersemangat.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di 'hutan'.
Ya, hutan.
Hutan dengan pohon – pohonnya yang menjulang tinggi, menghalangi sebagian cahaya yang masuk sehingga di dalam hutan terlihat lebih gelap, dan memberikan sensasi sedikit menakutkan.
Tapi itu tidak akan membuat aku takut, aku malah merasa lebih berdebar dan semangat.
"Kita tidak akan berburu dengan tangan kosong bukan?" tanyaku
"Kalau gue sih bisa," ucap sserigala sambil memperlihatkan tanganya yang terdapar kuku – kuku yang runcing dan tajam.
Aku memperhatikan kedua telapak tanganku yang biasa, normal, dan tidak ada kuku runcingnya.
BRAK!
Serigala memotong sebilah bambu, ia melakukannya dengan cepat dan rapi. Lalu ia memberikan bilah bamboo itu kepadaku.
"Lo bisa lempar lembing kan? Nah mirip mirip itu,"
"Apa kita akan berburu hewan yang normal?"
Dia lalu menatapku aneh, "Tentu saja,"
"Babi dan ayam beneran?"
"Banyak bacot"
"Oi oi, aku nggak salah ngomong gitu, bukannya kamu sendiri juga aneh?"
Tentu saja aku meragukan hewan yang akan kami buru, melihat dirinya yang tidak normal begitu aku juga kan harus waaspada!
"Itu hanya pandangan bodohmu saja,"
Sudut keningku sudah mengeras, entah kenapa serigala bersayap angsa ini sangat pandai membuat emosiku naik, padahal aku selalu bisa menjaga ketenanganku. Kami berjalan mengendap – endap. Serigala menerangkan tentang beberapa semak yang sebenarnya menjadi jalan untuk beberapa binatang.
"Kayaknya ini jejak kelinci," ucapnya sambil mengendus endus, lalu berlari menggunakan empat kakinya layaknya seekor serigala pada umumnya.
Aku ikut berlari di belakangnya, melihatnya berlari menggunakan empat kaki dan sayapnya yang nampak terbuka membuatku berpikir kalau Ia sedang mengambil ancang – ancang untuk terbang.
Kami berhenti begitu dekat dengan sebuah padang rumput yang cukup luas. Disana ada sekelompok kelinci coklat yang sibuk makan siang.
Yang kulihat memang beneran kelinci,kelinci normal.
"Dalam hitungan ketiga lempar bambunya," ucap serigala
"Tanpa kau suruh pun aku akan melakukannya," sahutku
Aku memilih salah satu kelinci yang terlihat paling gemuk, bukan yang paling besar.
SYUT!
Bambu itu tepat menancap pada perut si kelinci, aku cukup kaget karena lemparanku berhasil dalam sekali percobaan.
Begitu kelinci terjatuh, serigala keluar dan mulai berburu kelinci yang lainnya. Aku dapat melihat bagaimana ia menggunakan cakar dan juga mulutnya untuk melumpuhkan dua kelinci.
Begitu kami mendapatkan buruan, Serigala kembali menuntun menuju ke sebuah sungai dengan mata air di dekatnya. Kami mulai mengolah ketiga kelinci itu, Aku cukup terkejut saat Serigala memberiku batu api yang ia ambil dari dalam sungai.
Karena dunia ini cukup ajaib jadi aku tidak mudah heran lagi.
"Kamu sering berburu disini?" tanyaku
Ia seperti sudah sangat hafal dengan seluk beluk hutan. Mungkin ia sudah sangat lama tinggal disini.
"Tidak, hm.... Pertama kali aku menemukan tempat ini lima hari yang lalu," jawab serigala
"Tapi kau terlihat sudah menguasai hutan ini dari ujung ke ujung,"
Serigala tidak mengataka apapun lalu membalikkan kelinci yang terpanggang.
"Gue harap lo balik secepatnya," gumamnya, namun masih bisa kudengar.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro