pembalasan
Devano dan keempat temannya baru saja keluar dari area kantin yang sangat sesak dan ramai. Mereka semua akan menuju kelasnya.
"Van, itu Aruna. Lo gak mau kasih pelajaran dia sekarang?" Tanya Kevin setelah menoleh ke belakang.
"Dimana tuh cewek?" Tanya Devano balik.
"Arah pukul 6." Jawab Kevin singkat.
Devano pun lantas membalikkan tubuhnya ke belakang dan mendapati Aruna yang tengah bercanda dengan ketiga temannya. Seketika ide jahat pun muncul di otak Devano.
"Ayo ikut gue." Ujar Devano kepada teman temannya.
*•-•*
"Aaaaaa...." Teriak Aruna kaget.
Tiba tiba ada seseorang yang menarik Aruna dari arah samping dengan begitu cepat dan kasar. Aruna yang begitu kaget menutup matanya dan saat Aruna membuka matanya dia sudah berada di dalam gudang tempat menyimpan barang bekas di sekolahnya yang terletak di koridor arah menuju kantin. Sekarang dia pun bisa tau siapa orang yang menariknya.
"Hai cantik. Kaget ya?." Ujar Devano tanpa dosa.
"Devano. Apa apaan sih lo narik gue masuk ke gudang?." Ujar Aruna marah.
"Gak papa. Cuma mau ngomong aja." Ujar Devano santai.
"Ngomongnya bisa diluar aja kan?." Ujar Aruna lalu melangkah menuju pintu dan mencoba untuk membukanya. Akan tetapi nihil berulang kali berusaha ia buka tetap tak terbuka.
"Gak bisa. Gue maunya disini." Ujar Devano. "Mau sampai kapan pun itu pintu gak bakalan kebuka kalo gak gue yang minta." Tambahnya.
Pintu gudang itu dijaga oleh keempat teman Devano dari luar sekalian mengawasi apakah akan ada guru yang lewat atau tidak.
"Woyy siapapun diluar bukain pintunya dong." Teriak Aruna dari dalam.
"Tetap tahan pintunya jangan sampai kebuka." Teriak Devano pada teman temannya.
"Siap bos." Ujar teman teman Devano kompak.
"Lo maunya apa sih. Cepetan gue mau keluar." Ujar Aruna.
"Gue cuma mau ngomong. Bisa gak Lo jaga sikap lo?" Ujar Devano nadanya naik satu oktaf. Devano melangkah mendekati Aruna mengikis jarak diantara mereka. Kini jarak mereka semakin dekat membuat Aruna mulai was was.
"Mak....maksud lo?" Tanya Aruna terbata bata.
"Gak usah macem macem,gak usah banyak tingkah cari masalah sama gue. Jangan berani usik kehidupan gue." Ujar Devano penuh nada peringatan. Cara Devano menatapnya membuat Aruna ketakutan untuk yang kedua kalinya.
Tangan Aruna pun terangkat untuk mendorong bahu Devano menjauh akan tetapi Devano sangat cepat untuk menyadari pergerakan seseorang. Tangan Devano pun mencengkeram tangan Aruna agar Aruna tak banyak berkutik.
"Lepasin gue. Sakit tau." Ujar Aruna disisa sisa keberaniannya.
"Gak akan sebelum lo terima pembalasan dari gue karena Lo udah bikin gue dan teman teman gue dihukum." Jelas Devano dengan kilat marah dimatanya.
"Lepasin gue gak. Devano lepasin." Teriak Aruna didepan Devano.
"Gak akan."
"Oke.. oke.. mau Lo apa hah?" Ujar Aruna muak.
"Yang gue mau lo harus jadi pelayan gue selama seminggu dan itu bisa diperpanjang apabila lo gak nurut." Ujar Devano santai.
"Hah apa? Udah gila lo ya?" Ujar Aruna tak percaya. "Ogah. Gue gak mau." Lanjutnya.
"Ooohh lo gak mau?" Tanya Devano.
"Eng...enggak."
"Oke jangan harap Lo bisa keluar dari sini." Ujar Devano.
"Gila lo ya." Ujar Aruna berdesis.
"Devano Senja Arsenio." Ujar Aruna sambil membaca badge name yang tertera pada seragam Devano. "Lepasin gue. Bukain pintunya." Lanjut Aruna dengan teriakan.
"Vin, bukain pintunya lah Vin. Kasian Aruna didalem." Ujar Sandra pada Kevin dari luar.
"Maaf nih san. Aku gak bisa bukain. Bisa mampus ditangan Devano."
"Kalian ngapain disini?" Tanya Adhira tiba tiba.
"Kak Adhira?" Kaget teman teman Devano.
"Devano mana? Sama kalian kan?." Tanya Adhira lagi.
"Ii...itu kak Devano..." Ujar Kevin bingung harus menjawab apa.
"Bos bahaya bos." Teriak Bobi dari luar.
"Devano ada didalem?." Tanya Adhira yang disambut anggukan oleh teman Devano. "Senja senja." Teriak Adhira mencari Devano.
"Itu ngapain kunyuk satu muncul segala sih." Gumam Devano didalam.
"Kak itu Devano didalem sama temen kita kak, gak tau mau diapain." Ujar salah satu teman Aruna yang sudah khawatir sejak tadi.
Adhira yang sudah tau dengan sifat Devano pun langsung memanggilnya untuk keluar. "Senja, Lo mau apain anak orang. Keluar, gue mau ngomong."
Mendengar suara Adhira dari luar mau tak mau dia harus menyudahi sesi mengancam Aruna sampai sini.
"Oke. Kalo lo gak mau jadi pelayan gue, gue bakal bikin kehidupan lo selama sekolah disini gak bakalan tenang. Mungkin akan lebih dari hari ini atau kemarin. Sekarang, gimana? Deal?" Tanya Devano mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Dengan ragu ragu Aruna menerima jabatan tangan itu. Karena Aruna sendiri pun sudah tidak mau hidupnya sengsara gara gara Devano selama hampir dua tahun kedepan. "Oke deal. Hanya untuk satu minggu kedepan." Ujar Aruna menerima apa yang diinginkan Devano.
"Minggir. Bukain pintunya cepet." Perintah Adhira. Kevin, dino, Bobi,farel pun langsung menurut untuk membukanya. Saat pintu itu dibuka Devano sudah berdiri di depan pintu dan Aruna masih sedikit ketakutan didekat dinding.
"Lo habis ngapain ha?." Tanya Adhira.
"Bukan urusan lo. Lo mau apa?" Tanya Devano langsung ke intinya.
"Ayo ikut gue." Ujar Adira menarik tangan Devano ke kursi taman.
*•-•*
"Lo mau ngomong apa?."
"Nih, kue buatan mama. Khusus buat lo." Adhira menyerahkan wadah kotak yang sedari tadi dia bawa.
Adhira Putri Arsenio, cewek cantik dan ambisius itu adalah kakak satu satunya Devano. Mereka harus berpisah karena perceraian yang terjadi diantara kedua orang tuanya.
"Oke thanks." Balas Devano singkat.
"Oh iya mama juga nitip pesen buat lo. Lo kapan mau kerumah mama? Mama kangen sama lo. Akhir pekan lo kerumah mama ya. Sekaligus makan malem, katanya mama mau kenalin calon pa...."
"Oke gue usahain." Potong Devano singkat seakan tak peduli dan langsung berdiri akan pergi.
Sejujurnya hati Devano belum sepenuhnya rela apabila papa mamanya harus berpisah. Dia masih tetap berharap kalau mereka akan rujuk kembali. Apalagi kalau mamanya menikah lagi, sungguh Devano gak bakal rela.
"Senja harus. Lo harus dateng." Ujar Adhira yang hanya dibalas deheman singkat oleh Devano yang mulai melangkah pergi.
"Oh ya lo jangan panggil gue Senja ketika di sekolah. Cukup Devano aja." Tegas Devano membalikkan tubuhnya menghadap Adhira.
*•-•*
Pikiran Aruna belum bisa tenang setelah kejadian digudang tadi. Semua pelajaran tak dapat diserapnya dengan baik.
"Emmm.... gue mau tanya sesuatu." Aruna mulai bersuara setelah sejak tadi dia hanya diam mendengarkan teman temannya berbicara.
"Kenapa?"
"Perempuan yang ada di gudang tadi siapa ya?." Tanya Aruna pada teman temannya.
"Ohh.. itu kak Adhira wakil ketua osis tahun ini. Anak kelas 12 mipa 1." Jawab Hana.
"Wakil ketua osis?." Ujar Aruna membeo.
"Iya, sayang banget dulu dia kalah saing dengan Altara." Ujar Kiara menjawab.
"Pacarnya Devano?." Tanya Aruna.
"Bukanlah. Kak Adhira itu kakaknya Devano." Ujar Sandra.
Mata Aruna pun membulat kaget. Mana mungkin si bengal Devano punya kakak kayak gitu. Bedanya seperti langit dan bumi. "Seriusan lo? Kok beda banget gitu sih?." Tanya Aruna tak percaya.
"Ya seriusanlah. Ya emang beda sih secara kan Devano itu nakal, pembuat onar, suka bolos, berkelahi sedangkan kak Adhira kalem gitu keliatan anak baik baiknya." Ujar Kiara.
"Lo belum tau aja. Devano kayak gitu bukanya tanpa sebab tau." Ujar Sandra.
"Maksudnya?." Ujar ketiganya bersamaan.
"Gini gue ceritain, Devano itu korban broken home. Orang tuanya cerai karena papanya ketahuan selingkuh. Dan hak asuh Devano itu jatuh ke tangan papanya, sedangkan kak Adhira itu sama mamanya." Jelas Sandra.
"Terus terus?."
"Devano hidup dengan didikan papanya yang keras. Mungkin hal itulah yang membuat Devano punya sifat kayak gitu sekarang." Lanjut Sandra.
"Kok lho bisa tau san?." Tanya Aruna.
"Setelah cerai mamanya Devano pindah tempat tinggal didepan rumah gue. Berita itu sih udah jadi bahan gosip ibu ibu beli sayur dari dulu kalik." Jawab Sandra
Aruna masih kepikiran dengan apa yang dibilang Sandra tadi. Kasian juga melihat masalah pribadi Devano. Kalo dilihat lihat gak heran sekarang Devano memiliki sifat nakal, kasar, keras kepala.
*•-•*
"Akhirnya pelajaran matematika bisa kosong juga." Sorak Bobi bahagia.
"Seneng banget lo?" Tanya Devano.
"Ya jelaslah. Ya nggak Vin." Balas Bobi.
"Ya iyalah. Jarang banget nih yang kayak gini. Kan jadinya kesenangan gue." Balas Kevin dengan tertawa.
"Kalo udah kosong Lo mau ngapain?" Tanya Farel.
"Mau tidur. Ngantuk banget gue. Kemarin gue pulang malem habis nyanyi di cafe." Jawab Kevin sambil menenggelamkan kepalanya.
"Serius lo? Kurang uang yang dikasih emak Lo?" Tanya Bobi tak percaya.
"Bukanya gitu. Gue pengen aja hobi gue bisa bermanfaat gitu."
"Vin, Tumben pemikiran lo sampek situ. Lo sehat kan?" Ujar Dino memegang dahi Kevin.
"Yang lo lihat gimana?" Balas Kevin dengan pertanyaan juga.
"Van sebenarnya Lo tadi ngapain si Aruna itu?" Tanya Farel yang langsung membuat semuanya ikut ingin tahu.
"Besok Lo juga bakalan tau." Balas Devano.
*•-•*
A/n
Halo, semoga suka, jangan lupa vote dan komennya. See you next time ♥
Happy reading
Salam sayang,
🌻🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro