Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

bad day

Setelah selesai makan malam bersama keluarganya, Aruna beranjak menuju ke kamarnya untuk belajar.

Drrr...drrrr...

Ponsel Aruna yang berada di atas meja belajarnya pun bergetar tanda ada panggilan yang masuk.

"Halo...." Ujar Aruna mengangkat panggilan tersebut.

"Mulai besok sebelum gue sampai parkiran Lo udah harus disana. Jangan sampai telat, awas aja kalo sampek telat."

"Ta... Tapi..."

Tuutt....tuutt...

"Van.... Devano..."

Panggilan telepon itu diputus oleh penelpon sebelum Aruna berbicara.

"Ihhh.... Ngeselin banget sih nih orang lama lama." Kesal Aruna pada Devano..

"Cobaan apa ini, seenaknya aja tuh anak suruh suruh gue jadi pembantu dia." Ujar Aruna.

*•-•*

Aruna berlari dari kelasnya menuju ke parkiran sekencang yang dia bisa. Entah dia lupa tau bagaimana untuk menunggu Devano di parkiran. Akhirnya Aruna sampai di parkiran dengan nafas ngos-ngosan.

"Mampus gue." Ujar Aruna setelah melihat Devano dan teman temannya sudah datang.

"Telat satu menit empat puluh sembilan detik. Kemana aja lo?." Tanya Devano setelah Aruna sampai didepannya.

Aruna yang masih berusaha untuk mengatur nafasnya pun tak menjawab pertanyaan Devano.

"Nih bawa." Devano melemparkan tasnya ke arah Aruna untuk dibawanya. Aruna yang tak siap pun terkaget.

"Kasih baik baik aja bisa kan gak usah dilempar? Mau gue buangin sekalian nih tas lo?." Respon Aruna nyolot.

"Gak usah banyak tingkah bawa aja. Gak mau gue perpanjangan kan waktunya?." Ujar Devano lalu melenggang jalan duluan.
Aruna pun mengikuti Devano dibelakang bersama dengan keempat teman Devano yang selalu menggodanya.

"Eehhh Aruna kok pagi pagi udah kusem gitu mukanya. Senyum dong ke bang Bobi biar bang Bobi seneng." Goda Bobi pada Aruna. Aruna pun hanya menoleh dan tersenyum singkat.

"Singkat banget sih senyumnya." Lanjut Bobi.

"Takut sama muka lo tuh Bob." Ujar Kevin bercanda.

"Lo kira gue setan apa." Balas Bobi memukul kepala Kevin pelan.

"Daripada jadi pembantunya Devano mending jalan aja yuk sama bang Dino." Goda Dino menaik turunkan alisnya.

"Gak usah macem macem. Jangan diganggu." Ujar Devano.

"Bercanda bang bercanda." Balas Dino.

Selama Aruna perjalanan menuju kelasnya Devano banyak para murid murid yang membicarakan tentangnya. Mulai yang bertanya tanya kenapa Aruna bisa berjalan bersama dengan Devano dan temannya, Aruna yang membawakan tas Devano, sampai ada yang langsung bilang kalau Aruna itu cewek yang keganjenan dengan Devano maupun teman temannya. Memang kurang kerjaan sekali mereka.

"Nih tas lo." Ujar Aruna menyerahkan tas Devano saat didepan pintu.

"Taruh dimeja gue." Ujar Devano menunjuk meja yang berada di barisan belakang.

"Ishhh....manja banget sih." Desis Aruna sambil berjalan melewati Devano.

"Gak usah banyak protes." Devano memperingati. Aruna pun hanya bisa mendengus pasrah.
Aruna menyesali segala hal yang membuatnya harus terjerat menjadi pembantu Devano. Andai saja ia tidak macam macam kemarin mungkin hal ini tidak terjadi.

Aruna pun kembali menuju ke kelasnya. Dia melihat Sandra, Kiara, dan Hana sedang menunggunya ingin bertanya alasan Aruna lari disepanjang koridor tadi.

"Lo tadi mau ke mana? Masih pagi udah lari lari." Tanya Hana setelah Aruna mendudukkan dirinya di kursi.

"Sebel banget gue ahhhh...." Teriak Aruna frustasi.

"Lo kenapa? Kesambet lo?." Tanya Sandra.

"Kalian tau gak...." Ujar Aruna memberikan jeda pada kalimatnya.

"Ya gak taulah kunyuk lo gak cerita." Ujar Kiara mendahului Aruna yang akan melanjutkan kalimatnya.

"Iya makanya dengerin gue kelar ngomong dulu." Ujar Aruna tambah kesal. "Masa gue disuruh jadi pembantunya Devano selama seminggu." Lanjut Aruna pada teman temannya.

"Serius lo?" Tanya ketiga temannya kaget. "Lo gak bohong kan?" Lanjut Hana heboh.

"Seriuslah. Ya ngapain juga gue bohong sama Lo semua." Balas Aruna.

"Tunggu tunggu. Gimana ceritanya lo bisa jadi pembantunya Devano?" Tanya Kiara penasaran.

"Jadi gini, dia gak terima sama apa yang udah gue lakuin ke dia, terus sebagai balas dendam dia mau gue jadi pembantunya." Jelas Aruna.

"Terus kok lo mau sih?." Tanya Sandra.

"Ya gue terpaksa. waktu gue dibawa ke gudang itu Devano ngasih gue kesepakatan kalo gue mau jadi pembantunya dia selama seminggu urusan gue sama dia bakalan kelar dan kalo gue gak mau dia gak bakal biarin gue hidup tenang." Lanjut Aruna.

*•-•*

Aruna dan teman temannya baru saja memasuki kantin sekolahnya. Seperti biasanya mereka membagi tugas untuk memesan dan mencari meja kosong. Baru saja Aruna mendudukkan diri pada kursi. Tiba tiba handphone Aruna berbunyi.

"Halo"

"Pesenin gue bakso satu lemon tea satu. gak pakek lama."

"Ishhh... Udah itu doang?"

"Antar ke meja gue."

Aruna pun langsung celingukan mencari meja Devano yang ternyata dia berada di meja paling pojok dan sedang menatapnya sekarang. Aruna pun membalas tatapan tersebut dengan tatapan tajam membunuh miliknya.

"Iya iy..."

Telepon itu langsung ditutup oleh Devano sebelum Aruna menyelesaikan kalimatnya. Aruna pun berdiri kembali.

"Lo mau kemana?" Tanya Kiara.

"Mau nyariin yang diminta tuh setan." Jawab Aruna sambil melirik ke arah meja Devano.

"Ooohh.... Oke oke."

Aruna pun beranjak dari tempatnya untuk mencarikan apa yang diminta Devano. Setelah lama mengantri dan mendapat apa yang ia cari Aruna pun menuju ke meja Devano.

"Nih yang Lo mau." Ujar Aruna setelah sampai didepan meja Devano.

"Oke.. Oohh iya gue tadi kelupaan. Beliin juga air mineral sama temen gue nitip jus jeruk." Ujar Devano tanpa dosa.

"Kenapa tadi gak sekalian sih?." Tanya Aruna menahan emosi. Emosinya meningkat karena dia harus mengantri kembali.

"Gak usah banyak protes. Nih uangnya sama gantinya yang tadi." Balas Devano memberikan beberapa lembar uang pada Aruna.

"Kebangetan lo Van. Gak kasian cantik cantik gitu lo kerjain?." Ujar Kevin setelah Aruna beranjak pergi.

"Bener tuh bos. Kasian mukanya jadi kusem gitu." Ujar Bobi ikut ikutan.

"Biarin. Siapa suruh lawan gue." Balas Devano enteng.

"Nih yang lo mau." Ujar Aruna datang membawa air mineral dan jus jeruk.

"Oke lo boleh pergi jauh jauh." Usir Devano, tangannya melambai lambai mengusir.

"Gak usah Lo suruh gue juga bakalan pergi." Kesal Aruna karena diusir secara tak berkeprikemanusiaan oleh orang yang tak tau terimakasih.

*•-•*

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, Aruna pun berjalan keluar kelas menuju ke parkiran untuk pulang. Sebelum ada telepon yang mengacaukan moodnya.

"Turun kebawah. Temuin gue di lapangan basket."

"Ngapain. Dilorong utama aja bisa kan?"

"Gak gue maunya disini."

Dengan malas Aruna melangkah menuju ke lapangan basket. Sesampai di lapangan basket Aruna dapat melihat ada Devano dan juga teman satu timnya. Mungkin mereka akan mengadakan latihan buat persiapan pertandingan.

Aruna pun langsung mengirimkan pesan kepada Devano bahwa dia sudah berada di lapangan basket. Setelah membaca pesan di handphonenya Devano pun langsung menghampiri Aruna yang berada di tribune atas.

"Lo pinter kan? Kerjain tugas rumah gue." Ujar Devano mengambil buku dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Aruna.

"Hah?" Kaget Aruna.

"Emang susah ya ngomong sama orang dungu. Sekalian bawain gue air dingin."

"Iya iya." Pasrah Aruna.
Aruna pun mulai mengerjakan tugas milik Devano. Setelah selesai baru dia pergi kekantin untuk membelikan air mineral.

"Udah selesai tugas gue?" Tanya Devano mengagetkan Aruna yang sedang fokus dengan handphonenya.

"Udah dari tadi."

"Mana air mineral gue?" Tanya Devano yang langsung disambut air mineral didepan mukanya.

"Kok udah gak dingin?" Protes Devano.

"Ya kan udah dari tadi. Gimana sih." Jawab Aruna."Lo masih lama ya?" Tanyanya.

"Masih. Lo udah boleh pulang sekarang." Jawab Devano fokus membuka air minumnya.

"Oke. Gitu dong dari tadi." Jawab Aruna dengan senyum yang merekah.

*•-•*

Hari hari berikutnya Aruna masih menjadi pembantu Devano, mulai dari membawakan semua barang Devano, memesankannya makanan, mengerjakan tugasnya, sampai menuggu Devano latihan dan juga membawakan air mineral.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi Aruna bergegas untuk menghampiri Devano.

"Van, gue hari ini gak usah nungguin lo latihan ya dan tugas lo gue kerjain aja dirumah." Pinta Aruna pelan sedikit waspada.

"Gak bisa." Balas Devano singkat.

"Yahh Van, kok gitu. Sehari aja. Gue hari ini nebeng temen. Boleh ya?" Aruna memohon.

"Gak kerjain disini sekarang." Keukeuh Devano. Aruna hanya bisa mengangguk pasrah.

Selama Devano berlatih basket dengan teman temannya. Aruna pun sebisa mungkin mengerjakan tugas tugas Devano dengan cepat agar dia bisa cepat pulang. Karena Aruna berfikir pasti akan sangat sulit mendapatkan kendaraan untuk pulang saat hari sudah menjelang sore.

Setelah selesai tepat pada saat Devano sedang akan menuju ke pinggir lapangan, Aruna pun langsung berlari mendekat ke arah Devano.

"Ini buku lo, udah selesai." Ujar Aruna."Dan ini, lo minum aja minuman gue baru gue minum sedikit. Sorry gue gak beliin, gue buru buru." Lanjut Aruna mengambil botol minum merah muda dari dalam tasnya.

Setelah memberikan botol tersebut, Aruna pun bergegas pergi dari lapangan basket.

*•-•*

Tepat seperti dugaan Aruna tadi. Kurang lebih Aruna telah menunggu selama dua puluh menit tapi tak kunjung ada taksi atau angkot yang lewat. Dan lebih sialnya lagi Aruna tak dapat memesan ojek online karena handphonenya mati.

"Kok beneran gak ada kendaraan umum yang lewat sih." Gumam Aruna sambil melihat jam tangannya dengan cemas.

"Hai,,neng geulis. Kok sendirian aja belum pulang?" Terdengar suara berat seseorang mengagetkan Aruna. "Abang anterin pulang yuk neng." Ajak lelaki tersebut dengan nada menggoda.

Aruna pun hanya diam tanpa merespon. Dia terlalu takut karena kalau dilihat dari penampilannya jelas terlihat kalau mereka adalah preman jalanan.

"Sombong amat sih neng. Cantik cantik sombong." Celetuk preman yang satunya lagi sambil membelai dagu Aruna.

"Daripada sendirian disini ayo ikut Abang aja." Ujar preman bertubuh besar itu merangkul pundak Aruna dengan tangannya.

"Maaf bang." Balas Aruna sopan menyingkirkan tangan preman tersebut dari pundaknya.

"Langsung sikat ajalah bos. Sok jual mahal dia bos." Ujar anak buah preman yang bertubuh besar tersebut.

Kedua preman preman tersebut pun langsung mencengkeram tangan dan pundak Aruna. Berusaha untuk membawa Aruna pergi bersamanya.

"Gak mau. Lepasin. Tolong... tolong." Teriak Aruna. Dia berusaha melawan sekuatnya.

Akan tetapi tak banyak yang bisa dilakukan Aruna. Dia kalah tenaga melawan dua preman tersebut. Dan tak ada juga yang bisa dia mintai pertolongan. Karena sekarang disini benar benar sepi.

"Diem." Bentak preman tersebut memperkuat cengkramannya pada tangan Aruna.

"Lepasin gue. Tolong.... tolong." Mendengar aruna berteriak lagi preman tersebut pun langsung membekap mulut Aruna.

*•-•*

A/n
Halo,semoga suka,jangan lupa vote dan komennya. See you next time.

Happy reading

Salam sayang,

🌻🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro