Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1

Devan terus melihat ke arah gadis yang sudah memalingkan wajah ke arah lain. Untuk apa gadis itu seolah mengawasinya sedari awal dia memasuki kantin.

"Diantara lo bertiga, ada yang kenal sama cewek itu gak?"

"Dari simbolnya anak kelas XII, kenapa emangnya Van?" Ilham bertanya.

Pantas saja sedari tadi Devan serasa diawasi, ternyata dia juga bagian dari komplotan cowok-cowok yang kemarin berkelahi dengan dirinya.

"Enggak apa-apa, nanya doang."

"Suka lo sama dia?" tanya Marcel.

"Kakak kelas itu bro, gak usah kali." Nando menimbrung.

"Gak ada larangan kali mau suka sama kakak kelas. Bebas aja, selagi lo suka ya gas aja Van. Gue sih dukung-dukung aja lo mau sama siapa."

Devan menatap Ilham sambil tersenyum. "Cantik juga itu cewek."

Perasaan Aleta masih berdebar-debar karena menyadari bahwa dirinya sudah kepergok oleh Devan barusan.

"Woi Leta, kok melamun sih. Ada apa?" Aluna mengibaskan tangannya di depan muka Aleta.

"Eh, Enggak kenapa-kenapa kok," jawab Aleta sedikit gugup.

"Palingan juga tadi si Aleta terpesona sama Devan, cuma dia gak mau mengakui. Lihat aja Devan itu ganteng banget kayak malaikat, siapa yang gak terpesona coba," ujar Dinda sambil tersenyum tersipu malu.

"Sayangnya gue juga gak terpesona tuh! Iya dia ganteng kayak malaikat, karena mata lo udah rabun," ucap Aluna kemudian tertawa lepas.

"Eh, Din. Lo harus ingat dia itu musuh Kevin jadi lo gak usah suka ataupun jatuh cinta sama cowok berandalan kayak Devan," jawab Aleta memperingati sahabatnya yang sepertinya sudah mulai jatuh cinta pada badboy sekolah itu.

"Oh ya, dia satu kelas sama Rangga 'kan?" tanya Dinda.

"Hooh, dia kelas X IPA 1. Berarti dia emang sekelas sama Rangga. Emangnya kenapa?" Aleta meminum air mineralnya, kemudian menatap sahabatnya yang lagi-lagi tersenyum seperti orang gila

"Wah gue beruntung banget hari ini, kalau Rangga satu kelas sama Devan gue mau kirim salam buat Devan sekalian minta comblangin. Mana tau gue sama Devan pada akhirnya bisa jadi pasangan serasi," ucap Dinda bahagia

"Halu dimulai. Terserah lo deh, Din. Yang jelas gue udah peringatin lo supaya gak dekat sama Devan, tapi itu sih urusan lo sama Kevin kalau sampek Kevin tau lo suka sama Devan, " jawab Aleta.

"Ya udah daripada ributin hal yang enggak penting, mending kita ke kelas aja sekarang. Lagian bentar lagi pak Bimo udah masuk, gue males banget harus nyanyi di depan kelas sebagai hukuman." Aluna mengajak teman-temannya untuk kembali ke kelas.

"Ya udah ayuk, gue juga males pagi-pagi udah dihukum," jawab Faya.

Mereka pun berjalan untuk segera meninggalkan kantin, langkah mereka yang tergesa-gesa karena takut terlambat masuk kelas mengakibatkan Aleta menabrak seseorang.

"Sorry gue gak sengaja," ucap Aleta meminta maaf. Apalagi melihat baju cowok itu basah karena ketumpahan minuman yang dibawa oleh Aleta.

"Ya gak apa-apa kok, Kak. Bukan salah Kakak, tadi aku gak liat ke depan juga soalnya," jawab Ilham cowok yang baru saja ditabrak Aleta.

Aleta mengenali Ilham karena cowok ini bergabung di tim inti sepak bola SMA Pelita Harapan, dan sialnya Ilham merupakan salah satu teman dekat Devan.

"Ya udah gue duluan." Aleta pun tersenyum kepada Ilham, lalu meninggalkan kantin dan langsung menuju ke kelasnya.

****

Begitu bel istirahat berbunyi, Dinda langsung ke kantin. Sedangkan Aleta, Aluna, dan Faya tidak mau keluar kelas karena sedang mengerjakan PR PPKN.

Dinda adalah salah satu contoh murid paling santai, tidak pernah mau yang namanya mengerjakan PR. Menurut dirinya hidup harus dilewati dengan bahagia, jangan terlalu memikirkan PR yang ada nanti cepat tua karena terlalu stres.

"Rangga," panggil Dinda sedikit berteriak setelah berada di kantin.

Cowok bermata sipit, berkulit putih bernama Rangga itu langsung menoleh dan menghampiri Dinda yang melambaikan tangan untuk mendekat ke arahnya.

"Aduh, Kak Dinda. Ini kantin bukan pasar. Cara manggilnya biasa aja dong, gak usah teriak-teriak segala. Malu gue jadi pusat perhatian mendadak kayak gini," jawab Rangga dengan nada kesal, karena sekarang ini banyak yang menatap ke arah mereka berdua.

"Sorry deh. Soalnya gue lagi senang banget sekarang. " Dinda menyengir tanpa dosa "Rangga yang ganteng Kakak mau ngomong sama lo."

"Mau ngomong apaan? Tumben banget sampek segininya nyariin gue," tanya Rangga sedikit penasaran.

"Lo sekelas sama Devan yang ganteng itu 'kan? tanya Dinda langsung pada intinya.

"Iya sekelas, emang kenapa Kak?" tanya Rangga masih penasaran.

"Nah, pas banget. Bisa gak lo bilang sama Devan kalau ada siswi kelas XII IPA 1 yang cantik pakek banget kirim salam buat dia?"

"Boleh sih, tapi gak gratis lho."

"Makan siang lo hari ini biar gue yang bayar sebagai imbalannya gimana?" Dinda menawarkan.

"Beneran nih? Gue makan banyak-banyak biar lo tau rasa."

"Ya gak masalah, yang penting lo tepatin janji lo."

"Aman, itu doang 'kan? Nanti gue bilang langsung sama Devan biar lo puas," jawab Rangga.

"Makasih Rangga ganteng, gue ke kelas dulu. Awas aja kalau lo bohong," ucap Dinda lalu berlari menuju kelasnya.

****

Setelah kenyang, Rangga masuk ke kelas. Awalnya dia seolah melupakan sesuatu. Namun setelah melihat Devan, dia teringat dengan pesan Dinda saat di kantin tadi.

Rangga bukanlah orang munafik yang melupakan kesepakatan. Jadi, mau tidak mau dia tetap menghampiri Devan untuk memberitahukan apa yang Dinda mau.

"Van, tadi ada murid kelas XII IPA 1 kirim salam buat lo." Rangga menyampaikan amanah dari Dinda.

"Anak kelas Xll IPA 1 yang mana? 'Kan bukan cuma satu siswi kelas Xll IPA 1,"jawab Devan yang sedang memainkan ponselnya.

Rangga tersenyum jahil, untung saja Devan terlalu fokus dengan ponsel sampai tidak melihat raut wajah Rangga sekarang.
"Ada yang tadi pagi nabrak Ilham di kantin, lo tau 'kan yang mana orangnya?" Rangga sengaja berbohong untuk menjahili Dinda.

"Oh yang manis, alisnya tebal, yang pendek itu?" tanya Devan penasaran, bahkan cowok itu sudah menyimpan ponselnya.

"Iya, lo kenal?" tanya Rangga.

"Gak kenal sih tapi gue tadi ada liat dia di kantin."

"Oh gitu, jadi gimana menurut lo setelah lihat dia?" tanya Rangga.

"Dia orangnya gimana. Kok lo malah tanya gue? Bukannya lo yang kenal sama dia?" Devan mengerutkan keningnya. "Tapi apa lo gak salah bilang? Soalnya gue liat dia agak sombong dan cuek."

"Gak kok dia orangnya baik, ramah, dan asik kalau kita udah berteman sama dia pasti seru. Gak sesombong dan secuek kelihatannya, makanya lo harus kenal sama dia," jawab Rangga.

"O bolehlah gue mau cari tau juga soal dia. Entah kenapa gue jadi penasaran," ujar Devan.

"Dia itu teman sekelas Kevin 'kan?" Devan balik tanya kepada Rangga, dan Rangga menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro