Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Semua Ini Karena Mereka!

"Nah, kalo soal penyelesaian masalah, itu harus nii-chan sama Soraru-nii san sendiri yang ngatasin. Bukan Rika." Kata Rika.

"Rika cuma bantuin nii-chan untuk bangkit. Nii-chan harus jadi kuat kalau memang mau permasalahan ini selesai sampai ke akar-akarnya." Lanjutnya.

"Apa.. itu mungkin? Menyelesaikan masalah hingga ke akar?"

"Ya! Itu harus kalian lakukan bersama!"

Mafu tersenyum miris. Bahkan hubungan persahabatannya dengan Soraru saja sudah berada di ujung tanduk. Mana mungkin mereka bisa menyelesaikannya bersama?

"Doushita? Jangan bilang.. nii-chan malah bertengkar dengan Soraru-nii san?!"

Mafu terdiam masih dengan senyum mirisnya.

"EEEE MAJI DEEEEE?! Ah! Ini jadi lebih sulit karena kalian malah bertengkar! Memangnya apa yang membuat kalian bertengkar?"

"Soraru-san menyalahkanku atas semua masalah ini. Dan aku menyalahkan Soraru-san atas semua masalah ini."

"OH AYOLAAAAH!! PADAHAL NII-CHAN LEBIH DEWASA DARIKU! KENAPA KAU BISA BERPIKIR UNTUK SALING MENYALAHKAN?! HARUSNYA KALIAN SALING MENGUATKAN! BUKAN SALING MENYALAHKAN! Huhhh.. kore wa mazui yo."

"..."

"Tapi sungguh. Saling menyalahkan itu sifat kekanakan, nii-chan. Mengapa kau tak mengerti?"

"..."

   Rika pun segera memeluk Mafu. Ia kini tahu betapa rumitnya masalah Mafu. Betapa berlapis-lapisnya masalah Mafu.

"Dengar ini, nii-chan. Aku hanya memberikan saran untukmu. Aku bukan ingin mengatur-ngatur hidupmu. Aku sayang nii-chan. Aku tak akan pernah membenci nii-chan apapun yang kau lakukan."

"Sebaiknya.. untuk sekarang kau tenangkan diri saja. Dinginkan kepalamu agar kau bisa berfikir rasional. Ne?"

Mafu menunduk dan menjadikan bahu Rika sebagai sandaran dagunya.

"Mungkin itu pilihan terbaik untuk saat ini." -Mafu

   Rika pun melepas pelukannya dari Mafu. Kemudian ia tersenyum dan pergi ke kamarnya. Mafu langsung melempar dirinya kembali ke kasur. Dia masih memikirkan usul Rika. Apa benar ia harus menyelesaikan masalah itu bersama Soraru? Apa ia harus memaafkan Soraru? Ah, Rika benar. Mafu tak akan pernah menemukan jawabannya jika masih terlarut emosi. Ia harus tenang agar keputusan yang ia ambil bukan berdasarkan emosional tapi harus secara rasional.

    Sedangkan Rika pergi ke kamarnya dan menemukan handphonenya bergetar. Ah, telfon masuk. Dari siapa? Dari Amatsuki. Rika langsung mengangkatnya.

"Ha'i, moshi moshi?"

"Ri-Rika! A-apa kakakmu berada disana?"

"Ada. Lalu kenapa?"

"Fuuuh.. yokatta.. aku khawatir dia bunuh diri dari daerah yang tak bisa kujangkau."

"Maksudnya?"

"Ah, kau pasti sudah tau tentang gosip itu bukan? Mafu dan Soraru depresi karena itu. Rumahku bersebelahan dengan Mafu. Sehingga aku bisa memantaunya. Biasanya Mafu berada di kamarnya. Namun tadi saat kulihat ia tak ada di kamarnya. Aku panik. Aku takut dia pergi ke dapur dan bunuh diri disana. Aku kan tak bisa melihat dapurnya."

"Tenang saja. Nii-chan aman bersamaku kok."

"Tolong jaga dia ya, Rika-chan! Soalnya.. dia tak mau terbuka denganku. Apa dia mulai membenciku? Ini semua salahku."

"Oh my.. tadi nii-chan saling menyalahkan. Dan sekarang Ama-nii san juga menyalahkan dirimu sendiri?! Apa pikiran orang-orang dewasa sudah terbalik sekarang? Kenapa rasa-rasanya pikiran bocah sepertiku malah lebih terkesan rasional daripada kalian?"

"Maksudmu apa Rika-chan? Mafu menyalahkan dirinya sendiri?"

"Bukan. Sudah kubilang kan? Nii-chan saling menyalahkan. Bukan menyalahkan dirinya sendiri."

"Saling menyalahkan? Mafu menyalahkan siapa? Siapa yang menyalahkan Mafu?"

"Eh? Ama-nii san tak tau? Padahal kukira kau sudah tau."

"Tidak. Dia sudah seminggu tak mau keluar rumahnya tau. Dia juga tak pernah membalas twitterku atau apapun itu."

"Nii-chan dan Soraru-nii san. Mereka saling menyalahkan."

"Apa?! Kenapa permasalahan ini semakin rumit?!"

[ Mizu : Sebentar lagi bakal nambah rumit :) ]

"Aku juga sekarang masih berfikir bagaimana caranya supaya aku bisa membantu nii-chan. Untuk saat ini aku hanya bisa menenangkan nii-chan. Aku bilang padanya bahwa ia harus mendinginkan kepalanya terlebih dahulu agar bisa berfikir secara rasional."

"Rika, andaikan aku kesana saat ini, apa mungkin ia mau bertemu denganku?"

"Menurutku sih tentu. Mengapa tidak? Menurutku Ama-nii san tak bersalah atas masalah ini. Ama-nii san hanya memberikan dare. Sudah, itu saja. Itu bukan kesalahan Ama-nii san. Karena mana nii-san tau kalau akan ada yang memotret nii-chan disaat mereka sedang menjalankan dare dari Ama-nii san?"

"..Baiklah. Aku akan kesana."

"Eh? Ama-nii san mau kesini? Sekarang?!"

"Ya. Kenapa?"

"Kurasa esok saja. Karena ini sudah sore. Jika Ama-nii san pergi sekarang, bisa jadi datang malam hari bukan? Lebih baik besok pagi saja, Ama-nii san."

"Kurasa kau benar. Baiklah. Aku akan datang besok."

--Tuut

Telfon dimatikan. Namun entahlah. Ia merasa ada yang mengintipnya sejak tadi namun ia tak menemukan siapa-siapa. Ia memiliki firasat buruk untuk itu.

Malam harinya..

"Tadaima."

"Tou-san! Okaeri!" Kata Rika sambil memeluk ayahnya.

"Wahaha! Lihat siapa yang menyambutku! Dimana kaa-chan?" Kata ayahnya sambil tersenyum.

"Di kamarnya mungkin. Oh ya, hari ini nii-chan berkunjung loh!"

Sang ayah merubah ekspresi wajahnya, "Lalu? Apa ia sudah pulang?"

Rika menggeleng. "Nii-chan akan menginap untuk beberapa hari ke depan."

   Sang ayah pun langsung mengetuk pintu kamar anak sulungnya itu.

"Mafu, kau berada didalam?"

Tak lama, Mafu membukakan pintunya dan terlihatlah kondisi kamarnya yang gelap.

"Tou-san!" Mafu langsung memeluk ayahnya itu. Entah kenapa, semua permasalahan ini membuat Mafu rindu dengan keluarganya.

"Mafu.. apa kau kembali karena masalahmu itu?"

"Ya. Aku tak bisa tenang disana. Jadi aku pergi kesini."

   Ayah Mafu pun menyalakan lampu kamar Mafu dan masuk ke kamarnya. Rika mengekori dibelakang ayahnya.

"Pertama, tou-san ingin bertanya. Apa gosip tentangmu itu benar?"

Ugh, lagi-lagi pertanyaan itu. Mafu muak dengan pertanyaan itu.

"Aku akan balik menanyakannya. Apa tou-san mempercayai itu?"

"Tidak. Jadi apa jawabanmu?"

"Tentu saja tidak! Apa tou-san tidak melihat konfirmasi dariku, Soraru-san, Ama-chan, dan para sahabatku lainnya? Itu hanya sebuah ketidak sengajaan!"

"Konfirmasi? Konfirmasi apa? Di majalah maupun di koran tak ada konfirmasi itu."

Mafu membelalakkan matanya. Mafu segera mengeluarkan handphonenya dan membuka akun twitter miliknya, Soraru, Amatsuki, dan lainnya.

Tunggu, ini curang! Apa hanya karena Mafu dan yang lainnya tak mau menanggapi para wartawan, mereka menjadi menyebarkan berita hoax?

"Rika sih tau kalo nii-chan jujur. Nii-chan kan udah pernah ngonfirmasi itu semua lewat twitternya."

"Loh? Tapi penjelasan ini semua tak ada di koran maupun majalah manapun!"

Perlahan Mafu sadar salah satu yang bersalah atas masalah ini.

Para awak media busuk itulah yang menyebarkan hoax.

[ Mizu : Saia yang ngetik sendiri kenapa saia juga yang kesel sendiri ya? GUSUR WOY PENERBIT MAJALAH AMA KORAN YANG NYEBARIN HOAX TENTANG SORMAF! GUSUUUUUURRR!!!! ]

"Baiklah. Tou-san percaya. Mafu gak akan ngelakuin itu. Tou-san juga tau alasan kenapa waktu itu Mafu bilang gak mau nikah sama siapapun. Alasannya karena kaa-chan kan? Mafu tau kaa-chan akan berbuat sesuatu jika Mafu menikahi seorang gadis. Tapi Mafu juga tak mau mencoreng nama baik keluarga ini dengan menikahi seorang lelaki bukan?"

"Un. Arigatou, tou-san."

   Ayah Mafu pun keluar dari kamar. Rika pun berkata, "Nah. Nii-chan udah dapet pencerahan kan? Sekarang nii-chan tau harus apa kan?"

"Un. Tapi.. aku masih kesal terhadap Soraru-san. Padahal ini bukan salahku. Tapi kenapa ia menyalahkanku?"

"Yosh! Tenangkan dirimu sedikit lagi, nii-chan. Semangat ya! Berfikirlah serasional mungkin! Oyasumi."

Rika menjinjitkan kakinya dan mencium pipi kakaknya lalu pergi.

   Mafu menutup pintu kamarnya. Ia ingin menenangkan dirinya. Ia lihat ke arah luar jendela.

Langit malam

Dan entah kenapa ia malah semakin mengingat perkataan Soraru?

"ARGH!! AKU BENCI LANGIT MALAM!"

Bersambung...

Sabar reader semua. Mizu bikin konflik ini tuh bercabang. Sudah Mizu bilang kan? Biasanya cuma satu konflik. Kayak kemaren, cuma ilang ingatan. Kali ini bercabang! Namanya juga klimaks :v

See you next chapter!!

-Mizu-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro