Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

"Semoga kau tenang disana."

Mafu POV

  Perlahan aku bangkit. Aku berjalan ke ambang pintu. Mataku membelalak. Aku langsung berlari ke arah dapur.

"Mafu! Ada apa?!" Jerit Amatsuki. Namun aku tak menoleh ke belakang.

   Aku mengecek dapur namun tak ada Rika disana. Di kamarnya pun tak ada. Aku langsung terpikir satu ruangan.

Ruangan rahasia.

Ruangan yang biasa dipakai oleh kaa-chan untuk menyiksaku dulu.

Kumohon, kumohon.. JAUHKAN RIKA DARI RUANGAN ITU!!!

   Aku langsung masuk ke dapur dan ternyata sarapan sudah siap. Kemudian aku membuka lemari perabotan makan. Setelah itu aku menyingkirkan kardus yang ada disana. Kemudian terlihatlah lubang untuk masuk ke dalam ruangan rahasia. Aku masuk ke dalam tanpa ragu. Aku terus berdoa agar Rika tak berada disana. Sesampainya disana, gelap. Tapi aku tau ada yang tidak beres. Bau menyengat itu...

   Dengan langkah gemetar, aku mendekati stop kontak untuk menyalakan lampu. Setelah kunyalakan, aku menoleh ke belakang.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!! RIKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!"

Kakiku lemas. Aku menangis. Tiba tiba ada yang menutup mataku dan memelukku. Bukan tangan kaa-chan.

Aku menebak, mataku ditutup oleh Luz. Yang memelukku juga dia.

Bisa kudengar suara Amatsuki yang ingin berteriak namun tertahan.

Aku bisa menebak ekspresi mereka semua.

Siapa yang tak akan kaget melihat ini?

Rika yang terbujur kaku di lantai dengan darah yang sudah mengalir kemana-mana. Tangan diikat ke belakang. Kaki diikat. Perut yang ditusuk pisau dan beberapa alat tajam lainnya. Alat alat tersebut belum ditarik keluar dari tubuhnya. Raut wajah Rika mungkin terlihat seram. Mata membelalak dengan bekas air mata berceceran. Mulut dijahit namun sepertinya ia berusaha untuk berteriak sehingga.. mulutnya..

Ah, aku tak sanggup.

"L-lepaskan aku, Luz."

"Tidak. Ini bukan sesuatu yang pantas kau lihat, Mafu."

"AKU HARUS! AKU HARUS WALAU TAK INGIN!"

   Luz perlahan melepaskanku. Aku berlari ke arah Rika. Aku segera menarik benda-benda yang menusuk perutnya. Setelah itu aku membuka ikatan di tangan dan kakinya. Aku menangis dan memeluknya. Tak peduli seamis apa baunya. Tak peduli aku akan ternodai oleh darah. Aku tak peduli. Ini.. ini sudah keterlaluan!

BAHKAN ANAK KANDUNGNYA SENDIRI DIBUNUH?! YANG BENAR SAJA!

"Si-siapa yang melakukan ini semua?" Tanya Urata.

"Aku hanya menduga. Tapi sepertinya ibunya Mafu. Ah, maaf jika aku lancang." Kata Luz.

"Tapi.. tak mungkin! Ia anaknya bukan? Kenapa ia tega membunuh anaknya? Ia padahal terlihat sangat baik tadi." Kata Sakata.

"Tidak.. Luz benar. Ini.. pasti perbuatan ibunya Mafu. Aku yakin. Ada sesuatu yang sengaja aku sembunyikan dari kalian sehingga kalian tak bisa menerima bahwa ini perbuatan ibu Mafu." Kata Amatsuki.

Aku menoleh, "Kau ingat itu, Ama-chan?"

"Ya. Tentu saja. Tunggu, kau mengingatnya juga?" Tanya Amatsuki.

"Kenapa jika kau ingat, kau tak pernah memberi tahuku? KENAPA KAU TAK MEMBERI TAHUKU SEJAK DAHULU?!"

"A-aku.. aku.. aku takut."

"AAAAARGH! SUDAHLAH! BERIKAN PONSELKU! AKU AKAN MENELPON TOU-SAN! AKU MUAK!"

Ponselku pun diberikan. Masih dalam keadaan memeluk Rika, aku mencari kontak tou-san. Setelah aku memencetnya, telepon segera terhubung.

"TOU-SAN! TOU-SAN! Hiks.."

"Ada apa Mafu?! Kenapa kau terdengar panik?!"

"Rika.. Rika.."

"ADA APA DENGAN RIKA?!"

"Rika.. dibunuh oleh kaa-chan."

"Baiklah. Tou-san akan langsung pulang. Tou-san akan memanggil kepolisian dan ambulans. Kau tunggu saja ya, sayangku. Jangan menangis. Jangan takut. Tou-san selalu menyayangimu."

Telepon pun dimatikan. Aku membawa jasad Rika keluar. Yang lain mengikuti. Bisa kulihat mereka semua menutup hidungnya. Aku mengambil kain dan menaruh jasad Rika di atas kain tersebut.

"Mafu, aku masih bingung dengan semua ini. Apa yang terjadi?!" Kata Urata.

"Rika.. pasti dibunuh kaa-chan."

"Dengan motif apa?" Tanya Amatsuki.

"Aku sebenarnya sejak semalam sadar ada yang menguping pembicaraanku dan Rika. Namun tak kusangka yang menguping itu kaa-chan."

"Lalu hubungannya apa?" Tanya Sakata.

Aku menghela nafasku. "Kaa-chan melarang Rika memanggilku dengan nii-chan. Ia mengharuskan Rika memanggilku nee-chan. Jika tidak, ia akan melakukan sesuatu."

"Eh? Kenapa? Kau kan laki-laki. Kenapa harus dipanggil nee-chan?" Tanya Luz.

"Singkatnya, Mafu itu dianggap perempuan oleh ibunya. Ah, satu lagi. Mafu bukanlah anak kandung ibunya. Rika lah anak kandungnya. Tapi sebelumnya ibu Mafu memiliki 2 anak. Anak pertamanya meninggal. Dan anak pertamanya adalah perempuan." Jawab Amatsuki.

"Oh, singkatnya jadi Mafu dianggap sebagai pengganti si anak pertama?" Kata Kashi. Amatsuki mengangguk.

"Di umur berapa si anak itu meninggal?" Tanya Urata.

"10 tahun."

"Ha? Itu umur yang sangat muda! Kenapa ia bisa meninggal?" Tanya Sakata. Amatsuki terdiam.

"Kenapa tak kau jawab saja Ama-chan?" Kataku. Ia agak kaget dan terbelalak. Kemudian ia menundukkan kepalanya. Aku merasa heran. Apa segitu menyedihkannya? Bukankah kakak kandung Rika meninggal karena penculikan?

"..Pe-pembunuhan." Jawab Amatsuki.

"Siapa yang tega membunuh anak berumur 10 tahun? Ia tidak berdosa. Orang yang membunuh itu patut untuk mendapat balasan yang sama!" Kata Urata.

"DIAMLAH! KAMU TIDAK TAHU BETAPA BENGISNYA DIA! TIDAK BERDOSA? APA MEMERAS UANGKU SETIAP HARI, MEMATAHKAN TULANG LENGANKU, MENGINJAK INJAK PERUTKU ITU TIDAK BERDOSA?!" Bentak Amatsuki dengan mata yang berkaca-kaca.

Aku agak bingung dengan perkataan Amatsuki. "Tunggu, apa maksudmu? Kau mengenal kakak kandung Rika?"

"Ya. Sangat. Kau juga mengenalnya, Mafu." Kata Amatsuki.

"Siapa?"

"Yuka. Aikawa Yuka. Kau ingat?"

"Hmm.. ah! Jadi dia?! Tunggu, kenapa kau bisa lebih tau dariku? Dan kenapa kau bilang ia bengis? Ia sangat baik terhadapku dan yang lain kok! Dia juga pintar." Kata Mafu.

"PERSETAN! MUKA DUA! MUNAFIK! ITULAH DIA! KAU MUNGKIN TAK TAHU, TAPI, TAPI.. aku setiap hari dibully olehnya." Amatsuki mulai menjatuhkan air matanya. Sesakit itu kah?

"Jadi.. luka yang selalu kau tutupi dulu itu.. luka darinya?"

"Ya. Dan aku memiliki satu penyesalan."

"Apa itu?"

"Aku membunuhnya."

"Apa?!" Sontak, semua kaget. Tak ada yang tahu soal ini. Aku juga kaget. Kukira kakak kandung Rika meninggal karena penculikan. Ternyata?!

"E-entahlah. Saat itu aku menemukan timing yang pas untuk membalas semua rasa sakitku. Namun aku kebablasan hingga membunuhnya."

Hening. Tak ada yang mau angkat bicara.

"Maafkan aku, Mafu. Jika saja saat dulu aku tak membunuh Yuka, maka rambutmu tak akan putih seperti ini. Kau tak akan tersakiti. Kau tak akan lupa ingatan. Namamu akan tetap Ren Rukari. Ibumu tak akan terganggu jiwanya. Dan.. Rika tak akan dibunuh." Kata Amatsuki. Kemudian ia menangis.

Ternyata.. selama ini Ama-chan menyimpan perasaan menyesal dan aku tak tahu. Ternyata saat SD dulu Ama-chan dibully dan aku tidak tahu. Ternyata Ama-chan lebih tau segalanya daripada diriku sendiri.

Aku mendekati Ama-chan dan memeluknya. Ah, karenaku pakaiannya juga terkena darah.

"Maafkan aku, Ama-chan. Aku bukan sahabat yang baik. Aku tak tahu kalau ternyata dulu kau dibully oleh Yuka. Maafkan aku selama ini tidak bisa meringankan bebanmu."

"Ma-mafu tidak marah denganku?" Tanya Amatsuki.

"Tidak. Lagipula untuk apa? Ama-chan saat itu hanya membalas perbuatannya terhadapmu kan? Ama-chan tidak salah kok."

"Tidak. Mau bagaimanapun aku tetap salah.."

"Tunggu, lalu dimana orang tua kandungmu saat ini, Mafu?" Tanya Luz.

"Entah. Bahkan nama mereka pun aku belum bisa mengingatnya. Yang pasti, marganya adalah Rukari. Mungkin Ama-chan tahu sesuatu?" Kata Mafu.

"Tentu aku tahu, Mafu. Aku bersahabat denganmu sejak TK. Mana mungkin aku tidak tahu? Sayang sekali ingatanmu belum benar-benar kembali."

"Benarkah? Lalu dimana mereka?"

"Kurasa, lebih baik kau tak mencarinya. Kamu tidak akan pernah bisa menemukan mereka. Kamu tidak akan pernah bisa bertemu dengan mereka."

"M-maksudmu?"

"Aku sendiri tidak tahu mereka ada dimana. Yang kuketahui adalah mereka sudah meninggal. Mereka dibunuh."

"Jangan bilang yang membunuhnya itu.."

"Ya, kau benar Luz. Yang membunuh orang tua kandung Mafu adalah ibu Mafu saat ini. Untuk nama orang tua kandung Mafu, yang kuingat hanya ibunya. Fuu Rukari."

"Jika kau tahu orang tua kandung Mafu telah tiada, mengapa kau tidak tahu berada dimana mereka?" Tanya Kashi.

"Karena saat itu aku hanya melihat bagaimana kedua orang tua Mafu dibunuh. Saat kedua jenazah itu dibawa, aku ingin mengikutinya. Tapi sayangnya aku sudah hampir ketahuan.  Jadi aku langsung pulang demi keselamatanku sendiri."

"Mengapa kau tidak menelfon polisi?"

"Kau pikir saja. Apa anak berumur 10 tahun yang melihat kejadian pembunuhan akan menelfon polisi? Tidak akan! Jangankan menelfon. Mereka juga pasti tidak tahu nomor telefon polisi itu berapa."

Normal POV

   Tak lama datanglah ayah Mafu beserta polisi dan ambulans. Jasad Rika dibawa ambulans. Sedangkan polisi mulai mengintrogasi. Polisi banyak bertanya dengan Mafu. Apalagi setelah melihat pakaian Mafu dan Amatsuki yang berlumuran darah. Tentu polisi memiliki kecurigaan terhadap mereka. Tapi kemudian ditetapkan bahwa yang bersalah ialah ibu Mafu. Sejak hari itu, ibu Mafu sudah tak pernah terlihat lagi.

   Keesokan harinya, hari pemakaman. Mafu menangis dengan sangat sedihnya. Ia kehilangan sesuatu yang sangat ia sayangi.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa menjadi kakak yang baik untukmu. Maaf, aku tak bisa melindungimu. Maaf.. Semoga kau tenang disana, Rika, adikku tersayang."

Bersambung...

Yosh! Belom selesai konfliknya! :v

See you next chapter!!

-Mizu-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro