Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 2

Putar Video Di Atas!


~Di musim yang kosong

Jika aku biarkan saja

Bagaimana denganku.

Seperti bintang

Semua dalam gelap

Aku berdiri.

Hari hari yang indah

Itu adalah saat yang membahagiakan

Kapan dia akan kembali lagi?.

~Saat itu kami bersama

Hanya kerinduan yang kau tinggalkan untukku

Aku bernapas dan bertahan lagi

Aku akan menahannya lagi

Aku tumbuh di hatiku

Memory kita yang tak bisa terhapus.

~Waktu berhenti.

~Saat ini bermimpi bersama

Aku tahu kamu lelah

Sekarang aku akan memegang tanganmu erat erat

Sekarang.

~Memory kita yang tak bisa terhapus.

[Kutipan : BAP Jung Daehyun~BABY]

[Send My Voice To Heaven]


    Berselang tiga hari setelah pertemuannya dengan Park Jimin, Kim Taehyung terdiam di kursi tepat di belakang meja kerjanya di saat Jeon Jungkook sendiri menyandarkan tubuhnya pada meja dan menghadap ke arahnya.

    Tanpa sepatah katapun yang terucap dari mulutnya, Jungkook menyodorkan sebuah amplop putih ke meja tepat di hadapan Taehyung dan tanpa perlu menanyakannya pun Taehyung tentu sudah tahu surat apa itu karna dia sudah sangat akrab dengan logo berwarna biru cerah tepat di pojokan amplop.

    Perlahan tangan Taehyung terangkat untuk meraih amplop tersebut dan membukanya, mengeluarkan selembar kertas yang di penuhi dengan tulisan yang tercetak rapi di sana. Sedangkan jungkook, dia menjatuhkan pandangannya dan membiarkan Taehyung membacanya tanpa harus ia jelaskan.

    Wajahnya yang sedikit memucat karna udara dingin masih seperti sebelumnya, terlihat begitu tenang meski mendapat kabar buruk sekalipun dan dengan ketenangannya tersebut dia kembali melipat selembar kertas tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam amplop, membuatnya serapi mungkin sebelum akhirnya menaruhnya ke tempat semula.

    Setelah menyadari hal tersebut, Jungkook meraih ponsel Taehyung yang berada di atas meja dan menyodorkannya pada Taehyung sekaligus membuat pandangan mereka bertemu.

    "Dua bulan! Kita tidak punya banyak waktu, katakan padanya dan kita akan pergi."

    Taehyung memalingkan wajahnya dan membuat Jungkook mengerti maksudnya tanpa ia bicara sekalipun. Kim Taehyung, si pengecut yang selalu melarikan diri.

    Jungkook kemudian meraih tangan Taehyung, menggenggam telapak tangannnya yang dingin dengan satu tangan sekaligus membuatnya mendapatkan perhatian Taehyung kembali.

    Jungkook tidak lagi marah,rahangnya juga tidak mengeras seperti biasanya, dia memohon kali ini dan benar benar memohon. Dia kemudian menjatuhkan satu lututnya di atas lantai, membuat mata Taehyung mengikuti pergerakannya namun dengan raut wajah yang masih sama seperti sebelumnya seakan tatapan memohon Jungkook sama sekali tidak bisa ia rasakan.

    Jungkook mengangkat tangannya yang terbebas dan menggenggam tangan Taehyung dengan kedua tangannya dan mendongak menatap Taehyung.

    "Cukup sampai di sini! Mengertilah, kami tidak ingin kehilanganmu."

    Jungkook memberi jeda, membiarkan Taehyung memahami permohonannya. Namun yang ia dapatkan hanyalah setetes air yang jatuh dari mata Taehyung dan mengenai punggung tangannya sebagai satu satunya jawaban yang bisa ia dapatkan dari wajah tenang tersebut.

    "Jangan tinggalkan kami, jebal!"

    Taehyung menatap lekat bola mata Jungkook seakan ingin mencari keyakinannya yang sempat menghilang saat dia ketakutan untuk mengucapkan kalimat perpisahan kepada sahabat karibnya, Park Jimin.

    Tangannya yang terbebas kemudian tergerak untuk meraih ponselnya yang sebelumnya di tinggalkan Jungkook di atas meja, dia membuka daftar kontak di ponselnya. Menyentuh salah satu kontak dari daftar panggilan tercepatnya dan mendekatkannya ke telinga.

    "Jimin-a." Panggil Taehyung pada Park Jimin yang telah tersambung dengannya di telepon.

    "Eoh! Taehyung-a, wae?" Tanya Jimin di seberang.

    "Apa aku mengganggumu?"

    "Aniya, ada apa?" Jimin kembali bertanya.

    Taehyung mengarahkan pandangannya yang terlihat begitu ragu ke arah Jungkook yang kemudian mengangguk ringan dan mengeratkan genggaman tangannya seakan ingin meyakinkan Taehyung.

    "Taehyung-a, kau masih di sana?"

    "Ne."

    "Ah.... Aku pikir sambungannya terputus, wae? Kenapa kau diam saja? Apa ada masalah?"

    "Bisakah.... Aku membuat janji denganmu sekarang?"

    "Sekarang? Wae?" Suara Jimin terdengar seperti orang yang tengah bingung.

    "Ada hal yang ingin ku katakan padamu."

    "Jinjja? Woah... Kebetulan sekali, aku juga ingin memberitahukan sesuatu padamu" Sahut Jimin.

    "Kalau begitu aku akan menunggu di tempat biasa, usahakan agar kau tidak terlambat kali ini"

    "Arra.... Sampai ketemu di sana."

    "Ne."

    Taehyung menurunkan ponselnya dari telinga dan seulas senyum ia dapatkan dari Jungkook, seulas senyum yang berbalas senyum tipis yang terlihat begitu menyedihkan.

    Jungkook kemudian melepaskan tangan Taehyung dan beranjak berdiri.

    "Hyeong sudah meminum obatnya?"

    "Belum."

    "Wae?"

    "Karna saat kau datang, belum waktunya untuk meminum obat."

    "Kalau begitu sekarang sudah waktunya, minumlah dulu sebelum pergi. Kali ini aku yang akan mengantarmu."

    "Aku bisa pergi sendiri."

    "Aku yang akan mengantar Hyeong menemui Park Jimin-ssi, kali ini." Tegas Jungkook.

    Semua sudah sampai sejauh ini, dia tidak mungkin membiarkan orang yang sudah dalam keadaan sekarat mengendarai mobil sendiri atau mungkin itu merupakan ketakutan akan di tinggalkan sewaktu waktu saat dia lengah. Bagaimanapun caranya, Jungkook tidak akan melepaskan Taehyung, tidak untuk hari ini tapi entah untuk besok atau lusa atau mungkin seterusnya.

[Send My Voice To Heaven]

    Jungkook menghentikan mobilnya di area parkir sebuah kafe, tempat di mana Taehyung dan Jimin sering bertemu. Jungkook sekilas melihat ke arah Taehyung yang tengah merapikan bajunya seperti dia yang akan bertemu dengan kekasihnya, membuat Jungkook tersenyum lebar sebelum akhirnya merapikan mantel panjang yang di kenakan oleh Taehyung dan sejenak mendapatkan perhatian Taehyung.

    "Jangan lama lama, udaranya benar benar dingin kali ini." Jungkook menarik tubuhnya kembali.

    "Kau yakin tidak ingin bertemu dengan Jimin?"

    Jungkook menggeleng, "Aniya, aku akan menunggu di sini."

    "Di luar sangat dingin."

    "Aku berada di dalam mobil, aku akan menghubungi Hyungwon Hyeongnim agar kita bisa pergi setelah ini."

    Jungkook menyadari perubahan dari wajah Taehyung ketika mendengar pernyataannya barusan, seakan menegaskan bahwa dia tidak menginginkan hal itu.

    Siapa juga yang menginginkan semuanya jadi seperti ini? Bukan hanya Taehyung, Jungkook pun juga merasakan hal yang sama. Sangat berat dan meski sangat berat sekalipun Taehyung harus segera pergi karna hanya itu yang bisa di lakukan oleh Jungkook yang hanyalah seorang manusia dan sudah mencapai batasannya dalam berusaha.

    "Aku akan segera kembali."

    Seulas senyum tipis Taehyung berbalas dan mengatarkannya keluar dari mobil Jungkook, dia melangkahkan kakinya menuju pintu kafe.

Kring...

    Suara lonceng yang mmembuat senyum Taehyung mengembang dengan sempurna ketika ia membuka pintu.

    "Eoh! Kau datang lagi?" Ujar seorang perempuan yang terlihat sudah akrab dengan Taehyung, dia sedikit membungkukkan badannya ketika sebelumnya Taehyung juga melakukannya.

    "Sepertinya aku mengganggu kalian."

    "Eih.... Apa yang kau bicarakan, kami justru senang jika kau sering sering kemari. Apa kau membuat janji dengan orang yang sama?"

    "Ne." Jawab Taehyung sembari tersenyum lebar.

    "Kau datang tanpa memberi kabar, kebetulan sekali meja mu masih kosong."

    "Ne, terimakasih. Sepertinya aku terlalu merepotkan kalian."

    "Ah... Tidak, tidak, masuklah! Lagi pula pelanggan kami sudah pergi semua, aku justru merasa senang bisa melihatmu berada di sini. Duduklah!"

    "Ne."

    Wanita tersebut meninggalkan Taehyung dan Taehyung bisa melihat kesibukan di dalam sana, berbeda dengan meja-meja kosong yang sudah di tinggalkan para pengunjung.

    Taehyung menolehkan kepalanya ke samping tepat ke arah lonceng yang berada di pintu, benda kecil yang menarik perhatiannya ketika menimbulkan suara. Benda kecil yang selalu mengingatkannya pada seorang Park Jimin.

    Dia pun melangkahkan kakinya menyusuri meja-meja kosong dan berhenti di salah satu meja di dekat kaca, tempat di mana dia dan jimin duduk biasanya. Dia menempati kursi yang sama lagi setiap mengunjungi kafe tersebut dan juga dengan orang yang sama pula.

    Sejenak ia mengarahkan pandangannya keluar dan melihat Jungkook yang tengah mengawasinya dari dalam mobil, seulas senyum terlukis di wajahnya.
Seperti hari-hari sebelumnya, dia menunggu kedatangan Park Jimin dan entah untuk berapa lama dia akan menuggu kali ini.

[Send My Voice To Heaven]

    Lima belas menit berlalu, satu persatu meja di sekeliling Taehyung telah terisi dan entah untuk keberapa kali pula Taehyung menolehkan kepalanya ke arah pintu ketika mendengar suara lonceng.

    Bukanlah hal yang sulit baginya untuk menunggu sampai Park Jimin datang, karna setiap kali mereka membuat janji Jimin selalu datang terlambat dan meski harus menunggunya selama berjam-jam, dia akan tetap menunggu Park Jimin. Karna dia yakin bahwa Park Jimin tengah dalam perjalanan menuju ke tempatnya, tapi mungkin ini adalah hal yang baru bagi Jungkook.
    Sampai detik ini dia tidak bisa tenang ketika melihat Taehyung menunggu di dalam kafe meski di dalam sana terdapat penghangat ruangan tapi seakan-akan itu tidak berguna dan tidak bisa mengurangi kekhawatirannya.

    Perasaan kesal itu tiba-tiba menyeruak ketika seseorang bernama Park Jimin tersebut tak juga menampakkan diri, membuat sebuah pertanyaan yang tiba tiba muncul di sudut hatinya. Seberapa berharganya kah seorang Park Jimin sehingga Kim Taehyung mau menunggunya dengan tenang.

    Suara ponsel nya yang berada di atas meja mengusik pendengarannya, dia pun meraihnya dan melihat panggilan masuk dari seseorang yang di tunggu nya saat ini. Dia menerima panggilan tersebut dan mendekatkannya ke telinga.

    "Eoh! Taehyung-a, kau sudah di sana?" Tanya Jimin di seberang dengan nada bicara seperti orang panik.

    "Ne, aku sudah duduk di sini lebih dari lima belas menit yang lalu, apa kau akan datang hari ini?" Penjelasan sekaligus perntanyaan dengan raut wajah yang tidak menunjukkan kekesalan meski Jimin belum pernah sekalipun datang tepat waktu.

    "Aku mungkin akan terlambat lagi kali ini, bisakah kau menungguku sebentar lagi?"

    "Ne." Sebuah jawaban singkat yang sama sekali tak menuntut seakan ia bisa menunggu lebih lama lagi.

    "Gomawo, aku akan segera sampai di sana".

    "Ne."

    Sambungan terputus, Taehyung kembali menaruh ponselnya di atas meja dan sedikit merapatkan mantelnya.

    "Apa temanmu terlambat lagi?"

    Taehyung mengarahkan pandangannya pada wanita yang ia temui saat pertama kali masuk ke dalam kafe berdiri di samping mejanya dengan membawa secangkir coklat panas dan menaruhnya di hadapannya meski dia belum memesan apapun.

    "Dia sedang dalam perjalanan menuju kemari, aku belum memesan apa-apa"?

    "Ini pelayanan khusus untuk mu sebagai pelanggan tetap kami, wajah mu terlihat sedikit pucat. Udaranya lebih dingin dari kemarin, setidaknya itu bisa menghangatkan tubuhmu sampai temanmu itu dating." Tutur wanita tersebut.

    "Gomawo." Seulas senyum manis terukir di bibirnya.

Kring....

    Untuk kesekian kalinya lonceng itu berbunyi, dan untuk kesekian kali pula Taehyung melihat ke arah pintu tapi lagi lagi bukanlah Jimin yang datang melainkan Jungkook. Wanita yang sebelumnya berada di samping Taehyung kemudian meninggalkannya dan hendak menyapa Jungkook.

    "Selamat datang..."

     Wanita itu sekilas membungkukkan badannya namun Jungkook melewatinya begitu saja dan membuat wanita tersebut menatap heran ke arah nya, terlebih lagi saat dia mengetahui bahwa dia menghampiri Taehyung, di tambah lagi dengan apa yang dia lakukan ketika menjangkau tempat duduk Taehyung.
    Untuk sesaat wanita itu merasa terheran-heran dan bertanya-tanya, ada hubungan apa Jungkook dengan Taehyung, karna sepertinya mereka sangat dekat namun Taehyung sendiri tak pernah membawa teman lain selain Park Jimin ke kafe tersebut.

    Jungkook yang bisa menjangkau tempat Taehyung, langsung memegang lengannya dan hendak menyeretnya keluar kafe jika saja Taehyung tidak menahan tangannya.

    "Kita pergi sekarang!" Ujar Jungkook dengan sikapnya yang tiba -iba menjadi dingin, hal itu cukup membuat Taehyung mengerti bahwa Jungkook sedang marah padanya.

    "Tunggulah sebentar lagi."

    "Apa yang kau tunggu? Sampai kapan kau akan menunggu di sini? Apa kau pikir dia akan tetap datang kemari?"

     Jungkook berusaha menarik kembali lengan Taehyung, namun sekali lagi tangan Taehyung menahannya dan membuat raut wajah nya semakin mengeras.

    "Dia sedang dalam perjalanan kemari."

    "Berhenti menyia-nyiakan waktu mu lagi dengan menunggunya, apa Hyeong tidak sadar bahwa aku juga telah menunggu Hyeong dalam waktu yang lama?"

    Perlahan Taehyung menurunkan tangan Jungkook dari lengannya dan tersenyum tipis ke arah Jungkook meski Jungkook tidak menyukainya.

    "Aku akan ikut denganmu setelah ini, sebelum itu. Biarkan aku bertemu dengannya."

    Jungkook memalingkan wajahnya dan di susul dengan helaan nafasnya yang terdengar sangat berat, dia marah, benar-benar marah. Entah karna Taehyung yang keras kepala atau karna Jimin yang membuatnya menunggu terlalu lama, dia tidak tau kenapa dan entah kapan dia akan menemukan jawaban.

Kring....

Lonceng itu kembali berbunyi.

[Send My Voice To Heaven]



Republish : 01.07.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro