Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB XV: Urusan Hati Orang

°
_______________

SENANDUNG
USANG. |

BAB XV:

Urusan Hati

Orang

|             

______________


Beras merah. Check. Granola. Check. Pisang. Check. Anggur. Check.

Tebakan benar, pemirsa, Rena mau diet. Terlalu sering kuliner di Bandung membuat pahanya melebar. Sebal sekali punya nasib kalau gendut selalu ke paha dan pinggul.

Karena daftar belanja Rena sudah lengkap, ia sekarang tinggal ambil susu rendah lemak dan yogurt di rak Dairy. Biasanya ada di sudut supermarket. Jadi gadis itu pun ke sana dan di saat itu, satu suara familiar dengan heboh menarik perhatiannya.

"Ara, no no no! Stop! Yakult-nya belom dibayar kok main minum aja. Mbim nanti dipenjara sama Teteh Kasir."

"Yang bisa penjarain orang kan Pak Polisi doang?" Tiara berucap dengan watados. Di sana Bima dan bocah nakal itu berhadapan dengan tatapan sengit.

"Kata siapa? Kamu masih kecil belom tahu banyak soal garam dunia."

"Hah?" Tiara mengernyitkan dahi, bingung. "Garam dunia?"

"Sini Yakult-nya kasih Mbim." Bima menarik 1 pak botol minuman fermentasi dari Ara.

"Tidak mauuu! Mbim gembul suka nyolong makanan Ara!" Pipinya digembungkan sebal. "Balikin Yaklut Ara!"

"Ngomongnya benerin dulu, bocah. Yakult." Bima malah balas meledek.

"Argh! Yaklut! Balikin Yaklut aku!" Tiara sempat menarik ujung kaos Bima, tapi dia gagal karena Bima punya langkah kaki yang 3 kali lebih besar darinya. Tanpa sadar telah mendekat, Bima yang menyadari keberadaan Rena langsung berhenti berlari.

"Rena? Ngapain di sini?" Bima mengangkat Yakult tinggi-tinggi, cuek bebek pada keponakannya yang berusaha meraih benda tersebut dengan perjuangan.

"Menggali tambang micin," jawab Rena asal. "Ya, belanja makanan atuh, Aa Baskara."

"Tante Rena? Lagi diet?" Tiara melongo ke dalam keranjang setelah menyerah merebut Yakult dari Bima si tiang keling. "Padahal udah kurus."

"Makasih loh. Tante jadi kepikiran pengin makan sate lagi nih sama Ara jadinya."

"Ayo, Tante!" Tiara nyengir.

"Weleh, senengnya dipuji kurus sama bocah. Coba kalau sama kecengan lamamu alias bapaknya, terbang kali ke atmosfir surga." Bima balas menceletuk dengan wajah menyebalkan. Tapi entah kenapa Rena sudah terbiasa dengan keusilannya.

"Naon sih? Jangan kudisan deh kamu."

"Kudisan?"

"Kisah usang diungkit terus-terusan."

"Anjir, kepikiran aja lo, Ren." Bima bertepuk tangan takjub. Di sebelahnya Ara malah melontarkan pertanyaan keramat. "Tuh kan, anjir apaan sih? Semua orang suka amat ngomong gitu. Anjㅡ"

"Ssshh, Baby." Bima yang tengah membekap mulut Ara mulai semakin menajiskan saat berkata, "Listen to Daddy Mbim."

"Kalau your Daddy Dirgantara tahu I keceplosan ngomong An to the Jir sama you, nanti I dipenggal. Okay, Ara? Diam-diam aja, oke?"

Ara menyipitkan mata. "Kenapa Ara harus diam?"

"Karena diam itu emas."

"Oke. Jadi kalau Ara diam nanti Mbim kasih Ara emas?"

Wah. Mulut Rena tak bisa berhenti tertawa. Ara ini dikasih makan apa, ya, kok bisa-bisanya membalas orang dewasa dengan selugas itu. Kalau begini sih Ara-Bima 1-0.

"Iye, iye. Ara beli gedung dah sana pake emasnya Mbim. Main hape aja sana jangan ganggu," ujar Bima tanpa keseriusan. Pemuda itu lalu mengeluarkan ponsel setelah berdiri di samping Rena. "Ngomong-ngomong, sebagai permintaan maaf karena ngerjain kamu kemarin... Nih."

Di hadapan Rena ada ponsel Bima, folder galeri, sebuah foto situs denah. Kalau dari ukuran bisa dipastikan itu rumah atau ruko. Mata Rena membulat. Wait! Jangan-jangan ini...

"Project. Klien pertamamu." Bima menyeringai sok keren. "Mau?"

"Serius?!" balas Rena semangat sekali. "Mau banget!"

"Tapi ini teh tetap di bawahku, ya. Sebenarnya nanti kita bakal meeting, sekalian makan-makan lah sama orangnya. Kalau kamu mau, sini ikut. Kutemenin terus ta kenalin sama tim kontraktornya sekalian. Yang maen De Kade, sister company-nya De Korin. Jadi gampang tektokannya."

"Mau mau mau!"

Tanpa banyak bicara lagi, Rena setuju. Kapan lagi first project semulus ini. Baru pertama kali Neira Irena Putri merasa beruntung telah dijadikan bawahan Mbim.

"Loh? Ara?" Bola mata Bima bergantian menatap Yakult yang sedari tadi membuat lengannya pegal dan kepada keponakannya yang sedang menyengir polos menikmati Yakult lain. Anak itu cuman menunjuk ke arah rak minuman sambil mengacungkan jempol penuh kemenangan, sementara Bima nyaris membanting minuman laknat di tangannya karena sebal. Bisa-bisanya dia kalah pintar sama bocah. Untuk apa dong selama berbincang dia rela menahan pegal, mengangkat Yakult tinggi-tinggi seperti orang gila?


***

Begitu sampai di situs, Rena tahu kalau bangunan yang akan direnovasi ini berukuran luas 150 meter persegi. Feeling amatir sih, tapi lumayan akurat jika sudah terbiasa. Bangunannya masih kosong, banyak debu, dan ada bekas-bekas pemilik lama. Jelas sekali ini dulunya toko buku. Ada pamflet bertuliskan Toko Buku Pelangi yang tergeletak di sudut ruangan yang lapang. Ara juga tampaknya sudah terbiasa dibawa ke tempat proyek. Dia tidak rewel, malah dengan antusiasnya melihat-lihat sekitar.

"Kenalin. Ini Ko Langit dari De Kade, lead project-nya." Bima berdiri menengahi keduanya. "Ko, ini Rena. Intern yang gua bilang bakal gua masukin di mari."

Wajah Langit yang oriental itu menyapa Rena balik. Dia irit senyum, tapi tidak jutek. Logatnya totok. "Aloysius Langit Tjahrir, panggil aja Langit."

Dia masih mudaㅡmungkin seumuran atau hanya sedikit lebih tua dari Kak Tara, asalnya dari Medan dan sangat berbakat. Lengan kemeja tergulung sampai siku, memakai jam tangan Daniel Wellington, dan dia punya pembawaan sederhana yang keren. Tipe manusia yang Rena jadikan motivasi agar bisa hidup sesukses dirinya.

"Ko Langit, di sisi ini saya mau bikin void, ya, supaya nggak pengap, lalu..." Suara familiar itu menjeda sebentar saat netranya bertemu dengan milik sang gadis yang tengah berkedipㅡsetengah terkejut, setengah bingung. "Hai, Rena! Sudah sampai?"

Dirgantara melambai ramah.

Rena langsung menatap ke Bimaㅡmeminta penjelasan urgen atas sosok Dirgantara yang berada di siniㅡsetelah mengangguk-angguk bodoh.

"Klien pertama itu penting. Biar portofoliomu bagus, kuberikan manusia tersabar di muka bumi ini, alias abangku Dirgantara." Bima bertepuk tangan, tertawa begitu bangga sampai membuat Rena menunduk, mengumpat dalam benak soal betapa memalukannya dan canggungnya posisi Rena ini. "Lagian Bang Tara langsung mau, kok. Aku nggak maksa, cuy."

Baiklah. Anak intern bisa apa selain menerima perintah. Rena mengangguk saja. Yang penting dia diberi wewenang desain proyek. Whatever. Padahal dia sempat berpikir untuk tidak bertemu lagi dengan Tara. Tapi sepertinya dia masih harus bertemu dengan pria itu sampai proyek ini selesai.

Yang Rena lihat selanjutnya, Kak Tara sedang berbincang dengan Ko Langit. Dirgantara mengenakan kemeja hitam longgar sebagai luaran yang cocok dengan kaos senada. Dari sini juga profilnya sempurna, gadis itu jadi malu kalau harus mengakui bahwa papa muda ini tetap tampan seperti masa kuliahnya. Bahkan, dia terlihat lebih gagah dengan lengan kemeja tergulung sampai siku dan jam tangan melingkar rapi di pergelangan tangan yang menyembulkan urat maskulin. Wah, pemandangan yang anjay sekali.

"Tante kenapa sih liatin Papa mulu?"

Hah? Rena langsung membuang muka.

Mulut Tiara spontan dibekap oleh Bima. "Hush, urusan hati orang itu."

Rena menoleh takut-takut ke arah suara, sekali lagi merasa ingin menenggelamkan diri di laut karena suara Bima besar sekali sampai-sampai fokus Dirgantara dan Langit pecah, menoleh serentak, bertanya begitu kompak dan penuh kuriositas tanpa rekayasa. "Hati siapa? Kenapa?"

Ugh. Atasan sialan. Rena malu banget. []

_______________


NOTES.

#nowplaying: Fiersa Besari - Kau

https://youtu.be/hzJcPHId8_8

(Laporan Ara hari ini ke Papa Tara waktu di supermarket.)

| Ara |
| papi, tadi ara beli yaklut looooooh
| cantik ya?
| itu itu itu si ituuu
| bukan mbim
| yang itu

| Dirgantara |
| Iya, hehehe.

| Ara |
| hehehehehhehehehehee 👫👨‍👩‍👧
| ara mau pa 🥰💝

| Dirgantara |
| Hehehe.
| Jangan ngarep kamu, udah beli Yakult aja. 😊


p.s. Ara diajarin ngechat dari kecil sama Bima & Tara. Adek kesayangan kita semua udah pinter megang hape sekarang huhu.

Btw menurut kalian visualisasi Aloysius Langit Tjahrir siapa? Coba tebak haha, cluenya RL-nya lebih tua dari Taehyung RL.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro