BAB IV: Kabar Burung Yang Beredar
_______________
SENANDUNG
USANG. |
BAB IV:
Kabar Burung
Yang Beredar
|
______________
°
"Babe? You there?" Suara Raymond di panggilan video, menyadarkan Rena.
Seketika gadis itu terkesiap. "Hah? Iya, anu, nanti habis masak makan malam, aku mau girls' night. Besoknya aku cari kos-an yang dekat sama kantor magangku di sini."
"Iya, Sayang. Kamu udah bilang itu tadi sebelum bengong." Raymond mendengus. Rena bisa melihat wajah pacarnya terlihat bete. "Bengongin apa sayangku yang satu ini?"
Rena mengundur janji bertemu dengan Kak Tara malam ini. Alasan utama karena memang sudah punya janji dengan teman-teman untuk masak makan malam bersama di vila. Alasan lain, belum siap mental.
Entahlah. Melihat Dirgantara Wijaya itu kembali itu sebelas dua belas dengan mengingat apa yang Rena rasakan delapan tahun lalu. Dan setelah sadar bahwa dia telah terdistraksi oleh Dirgantara Wijaya untuk kesekian kalinya, rasa bersalahnya muncul. Rena berusaha mengalihkan topik. "Ray, kamu nanti bakal sering datang ke Bandung, 'kan?"
"He-eh," Raymond mengangguk lucu. "Tiap weekend nanti aku ke sana. Makanya cari apartemen aja biar aku bisa menginap. Ribet juga kalau aku booking tempat penginapan seminggu sekali. Nyetir dari Jakarta pegel, tau."
"Tapi kos lebih murah tau, Beb. Aku bisa cari-cari kos campuran, kok."
"Eeeh, ngaco." Mulut Raymond mengerucut. Dia menggeleng tidak setuju, kemudian dia berusaha merayu dengan nada bicara manja. Serius, deh. Selain bucin, Raymond ini softboi. "Jangan di kos campuran dong, Sayang? Pilihannya apartemen atau kos wanitaㅡkalau memang nggak ketemu apartemen. Oke?"
"Ish, bukan kamu yang bayar padahal," balas Rena bercanda.
"Kamunya dibayarin sama aku nggak mau. Sekarang ngomongnya gitu."
"Ya 'kan Rena punya duit, Raymond Jeleeek."
"Iya, Renaku cantik, makanya dengerin abang jelek ini, oke?"
Begitu, deh. Raymond Hernando dan sifat protektifnya.
Sepertinya hidup jadi Neira Irena Putri itu memang ditakdirkan begini. Sering diproteksi. Entah apa yang merasuki manusia-manusia di sekitarnya, tapi kebanyakkan dari mereka yang memang dekat dengan gadis itu, mulai dari Mama, Gianna, dan Raymond, mereka punya kesamaan opini; kamu tuh naif, polosㅡtipe yang harus dijagain. Perlu digandeng kemana-mana, dibedong kalau bisa.
Rena tidak tau harus berbuat apa. Habis mau bagaimana. Sedari kecil Mama itu sangat protektif pada Rena. Jadi pengalamannya pada dunia luar itu terbatas. Boleh berpacaran dengan Raymond saja itu sudah untung. Raymond itu pacar pertama Rena, sudah hampir 2 tahun bersama dan masih menghitungㅡmeski saat ini status akan segera berubah menjadi long distance relationship dalam hitungan minggu karena Rena mendapat internship sebagai desainer interior di Bandung.
And Interior Designerㅡthat sounds cool, right?
Rena punya alasan tersendiri mengapa ia rela-rela pindah ke Bandung. Bandung yang citranya lekat dengan kota seni itu merupakan nilai plus untuk mempercantik portofolio. Dia juga suka suasana dan gaya hidup masyarakatnya. Tepat seperti yang kia damba. Slow living. Sempurna. Sangat berbeda dari Jakarta.
"Ya udah, nanti aku cari apartemen yang dekat kantor. Kalau tiba-tiba Rena melarat pas tinggal di apartemen karena iuran maintenance mahal, Raymond transfer duit, ya." Yang sebenarnya tidak mungkin terjadi. Keluarga Rena cukup berada. Bahasanya anak Jakarta, tajir. Tentunya Rena tidak serius saat bicara seperti itu.
Sedikit info, kekayaan keluarga Rena masih level normal. Bukan konglomerat tajir melintir tujuh turunan seperti keluarga dari suami Nia Rahmadani yang sering ia lupakan namanya. Rena cuman ingat Mbak Nia, soalnya dulu sewaktu SD, dia sangat suka sinetron Bawang Putih dan Bawang Merah.
Perannya Mbak Nia jadi Bawang Merah. Gadis pemberontak dan hobi membuat drama dalam hidup protagonis Bawang Putih. Kalau melupakan sisi bahwa karakternya yang satu ini suka sirik, dengki, dan merebut kebahagiaan orang, sebenarnya Rena salut sama karakternya. Pemberani dan anti dikekang. Mau sampai membuat resolusi tahun baru sampai seratus kali juga sepertinya watak seperti itu mustahil dimiliki seorang Neira Irena Putri. Rena digertak saja sudah ciut, habis itu nangisㅡRena juga mengakui kalau dia itu tidak keren, kok.
"Iya, iya, gampang itu. Nanti Raymond juga beliin Sailor Moon sekalian sama bulannya."
Rena juga suka sekali dengan animasi jepang tersebut. Alasannya sama. Karakter Usagi atau Sailor Moon punya karakter yang ia ingini. Sejak kecil Rena selalu terkesima bagaimana Usagi yang masih SMP itu berani sekali melakukan ini-itu, sementara dirinya cuman bisa pasrah saat dikurung di dalam rumah. Momen Rena bertemu matahari hanya ketika dia pergi dan pulang sekolah. Itu juga penyebab kenapa dia punya kulit yang begitu putihㅡdia nyaris tidak pernah terpapar sinar UV.
Apa itu motor? Rena cuman tahu mobil.
Apa itu angin? Rena cuman tahu AC.
Itu benda favoritnya di rumah, menyalakan air conditioner sembari menonton televisi di rumah. Rena suka menunggu kartun pagi (Banyak sekali! Tidak bisa sebut satu-satu) sampai acara lawak malam hari Extravaganzaㅡsampai pegal pantatnya duduk. Kepalang bosan, Rena bahkan menghafal jam program TV supaya tidak ketinggalan satu pun. Jadi kalau mau lomba-lomba nostalgia program TV, lebih baik kalian latihan dulu untuk melawan Ratu Rena.
Perjuangan Rena kecil pun akhirnya naas mengenaskan ketika sinetron dengan tajuk tidak jelas mulai mewabah jadi virus di stasiun televisi Indonesia. Padahal Rena merindukan sinetron bermutu di Indonesia. Orang-orang suka serial My Heart (serial cinta segitiga remaja yang diperankan oleh Acha Septriasa, Nirina Zubir, dan Irwansyah)ㅡRena juga suka itu! Tapi Rena punya favorit pribadinya. Dia suka banget sama Buku Harian Nayla yang diperankan oleh Chelsea Olivia. Kangen soundtrack-nya, juga. Apalagi Mas Glen Alinskie. Ganteng.
"Aku maunya kamu jadi Glen Alinskie aja, deh."
Raymond menepuk jidat. "Aduh, Yang. Kok susah-susah amat gitu punya permintaan. Aku yang kentang ini kalau didandanin juga tetap aja mirip kentang. Mana bisa jadi kakak ganteng Glen Alinskie?"
Omong-omong soal kakak ganteng, Rena jadi ingat pertemuannya dengan Dirgantara Wijaya. "Oh iya, Ray! Tadi akuㅡ"
"Girls!" Suara cempreng Katie memenuhi seisi ruangan, membuat Rena tersentak kaget. Timing menguar bubar. "Arangnya sudah dibeli! Ayo, ngumpul barbekyu!"
Kalau begitu lain kali saja. Toh Raymond memang sudah tahu soal Kak Tara meski tidak sepenuhnya.
"Monie," Rena memanggilnya lembut, mengerucutkan bibir tidak ingin pisah. "Selamat bobok. Pacar Monie yang ini main arang dulu, ya?"
Di seberang sana, Raymond tersenyum-senyum. "Goodnight, Rena-ku. Arangnya jangan dimakan, ya."
Saat sambungan koneksi video terputus, di layar ponsel muncul notifikasi. Rena mendapat pesan dari Gianna yang rambut pendeknya dikuncir satu sedang duduk di meja makan dengan kaki terangkat satu. Di waktu yang sama, sahabatnya itu juga melotot gemas. Rena! Cepat baca!
Cewek berambut panjang lurus itu bisa merasakan gejolak firasat yang tak lazim. Kenapa pula Gianna harus bisik-bisik. Toh tidak akan yang tahu apa isi pesan yang dikirimnya. Kemudian jemarinya digeser tuk membuka pesan. Dan di sana lah gadis itu tercenung, jantungnya mencelos. Bahkan seiring kalimat per kalimat ditelaah, jantungnya semakin berdenyut. Kepalanya digerogoti perasaan tidak enak.
Ini gosip, sih. Aku udah tahu dari lama dan aku keep sendiri. Tapi gatel mau kasih tahu kamu sekarang soalnya timing-nya pas banget dan entah kenapa menurutku apa yang kita lihat hari ini agak mengklarifikasi gosip tersebut.
Kak Tara itu katanya married by accident, Ren. Kasarnya, hamilin anak orang. []
________
NOTES.
Hola! Aku update terus, nih, soalnya rame sekalian nemenin kalian nanti sahur~♡
Siapa yang tebakannya benar? Kamu?
Ah, tapi masa cepet banget yak udah terkuak, uhuk, padahal masih jauh ini novelnya xixixi.
By the way, semoga kalian menikmati kekeluargaan karakter-karakter di sini. THEY ARE ALL LOVABLE.
Buat yang nunggu Baskara Bima(?), dia muncul di part selanjutnya. Yay.
Hope you enjoy Senandung Usang. Thank you.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro