Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB EPILOG: Senandung Usang

°

Ciyeee 50k views~! 🌈🥺
ABSEN. ABSEN.

______________

SENANDUNG
USANG. |

BAB EPILOG:
Senandung
Usang

|

______________

°

Untuk Kak Tara,

Halo, Dirgantara Wijaya nyebelin.

Aku yakin kakak sebelumnya nggak tahu soal ini. Soal kisah Rena dan Tara yang... yah, bisa dibilang payah.

Bertahun lamanya terpisah kemudian bertemu lagi di Bandung, perasaanku nyatanya masih sama di sudutㅡmencoba bertahan supaya tidak luluh.

Waktu itu aku juga tahu kalau ini perasaan yang aneh karena waktu itu aku sendiri sudah punya pacar. Kalau Raymond tahu dia pasti kecewa. Dan benar saja.

Tapi, Kak, perasaan nyebelin yang ada di hatiku ini muncul tanpa bisa dikontrol. Kalau perasaan ini bisa dimatikan dengan tombol, aku juga mau meredupkan perasaan ini.

Tapi semua orang juga tahu kalau perasaan manusia nggak punya tombol pengatur.

Aku bisa apa kalau detak jantung ini pindah hati?

Berusaha sampai bodoh juga tidak ada gunanya.

Kak Tara, Rena terlanjur jatuh cinta lagi sama kakak. Dua kali loh, Kak. Malesin banget. Capek.

Kenapa bisa kayak gitu coba? Kakak pelet Rena pakai apa sebenarnya? Es kacang ijo dan risol bihun?

Aku bisa apa kalau terlanjur jatuh cinta lagi? Bego banget.

Satu paket bersama senandung jadul yang sering kakak lantunkan, gitar kakak yang banyak stiker Sailor Moon-nya, serta masa lalu kelam yang kakak tutupi ituㅡaku menyukai semua keping retak itu seutuhnya, Kak.

Semua sisi Dirgantara Wijaya aku sayang seutuhnya.

Tapi orang yang namanya kusebut barusan nggak akan suka balik karena aku ini cuman dianggap adik, 'kan?

Aku sempat berpikir kayak gitu, Kak.

Tapi ternyata semuanya malah begitu mengejutkan.

Malam itu, kakak merangsek maju, menyatakan perasaan dan... menciumku. Itu di luar angkasa pemikiran seorang Neira Irena Putri.

Rena nggak tahu harus bahagia atau sedih, atau lebih tepatnya memberi reaksi seperti apa karena waktu itu semuanya terasa runyam. Terlalu banyak yang masuk ke kepala aku.

Sedari lama, aku pernah berpikir. Apa semesta tuh nggak mau kita bareng, ya, Kak? Kayaknya nggak ada yang mengizinkan kita bersenandung bersama lagi.

Padahal nggak ada yang tahu kalau setengah hidup Rena udah terpakai untuk mengenang, menyayangi sosok Kak Tara yang selalu punya lakon sebagai pahlawannya Neira Irena Putri. Kalau tahun remaja Rena nggak ada Kak Tara... Rena nggak tahu betapa tersiksanya Rena sendirian kayak gitu, nggak tahu apa-apa soal duniaㅡtapi nggak berani ngelawan Mama.

Hidup Rena bahagia karena ada Kak Tara.

Astaga. Aku nggak mau nangis pas menulis ini karena kakak juga nggak mungkin baca ini. Tapi semua kenangan seolah merebak masukㅡaku kangen banget.

Kakak ingat nggak waktu Mama lupa jemput Rena dulu (karena Pak Yudi cuti untuk istrinya yang hamil) Rena nunggu di sekolah sampai jam 5 sore. Kakak jauh-jauh dari Karawaci padahal lagi kelas kuliah hanya untuk ke sekolah setelah Rena memberanikan diri mencari wartel terdekat karena handphone Rena juga diambil orang.

Kayaknya itu pertama kali Kak Tara meluk Rena.

Erat banget. Sambil ditepuk-tepuk kepalanya.

Saking deras air mata, Rena sampai lupa nanya. Waktu itu ujian kakak gimana?

Seingat Rena kakak bilang kakak ada ujian makanya nggak datang ngajar sampai sore.

Sampai sekarang Rena nggak tahu jawabannya.

Nggak bakal banyak orang yang mengerti kenapa aku memilih sendiri, menunggu dalam ketidakpastian. Aku nggak ngerasa pantas mendengar kalau orang-orang bilang aku bodoh karena mau menunggu Kakak.

Karena apa?

Mereka bukan Neira Irena Putri yang pernah pernah bertemu dan punya satu sosok Dirgantara Wijaya dalam hidupnya.

Jadi mereka nggak akan ngerti soal kamu, Dirgantara Wijaya.

Sosok favorit yang akan selalu aku rindukan, aku hormati, dan aku cintai. Sosok yang menyelamatkan Rena.

Kamu mungkin melakukan kesalahan dan kebodohan yang impromtu. Meski aku juga sempat merasa tersakiti karena desisi kakak, Rena udah maafin. Karena... dibanding menyakiti, kakak lebih sering bikin Rena bahagia.

Rena rasa, satu kesalahan sebagai manusiaㅡyang pada hakikatnya memang tidak sempurnaㅡnggak pantas dibenci atau nggak dimaafkan, apalagi kesalahan tersebut nggak direncanakan.

Kata pertama yang Kak Tara berikan, sudah Rena terima.

Sebagai balasan, kata pertama yang mau Rena berikan adalah "makasih".

Makasih untuk semuanya, Kak.

Makasih udah balik seminggu sehari setelah Kakak pergi ke Korea, hanya untuk menjelaskan kepada Rena. I appreciate it so much, walau akhirnya Kakak ijin pergi lagi ke Korea karena Tiara masih butuh Kakak.

Aku dengar Ara sering masuk rumah sakit karena kaget dengan angin musim gugur, ya? Di Korea memang dingin banget, apalagi kalau musim salju. Harusnya pas kakak di Bandung, aku titipkan makanan dan obat, yah. Jadi menyesal.

Jaga Ara ya, Kak. Ara punya imun yang lebih lemah karena dia bayi prematur yang kesehatannya sedikit perlu perhatian lebih karena pernah nyaris diaborsi oleh ibu kandungnya. Jangan dibantai Mbim nanti kalau Tiara kenapa-napa.

Sementara kita terpisah jarak dan waktu, menghubungi satu sama lain hanya dengan koneksi panggilan internasional, apa Kakak sadar kalau setengah tahun telah berlalu?

Surat ini mungkin nggak akan pernah sampai pada kakak dalam waktu dekat karena kakak bilang, Tiara masih butuh waktu. Sebentar dan sebentar lagi. Kakak janji akan kembali.

Rena boleh percaya soal itu, kan?

Ah, iya. Soal nonton 1000 episode Sailor Moon.

(Ngomong-ngomong, Kak. Sailor Moon cuman punya 200 episode sampai final. Itu artinya kakak harus menonton ulang selama 5 kali. Rasain.

Oh, soal episode akhir Sailor Moon, Usagi dan Kak Mamoru berakhir bersama bahagia selama-lamanua.

Jadi, kita harus nonton itu bersama-sama. Sebelah-sebelahan makan mung bean ice. Thank you, no bargain.)

Janji, ya?

Kalau Kak Tara 8 tahun yang lalu saja kembali, maka Dirgantara Wijaya yang kali ini akan kembali lagi di sisi Rena, kan?

Semesta akan memberi izin dan nggak akan setega itu memutus lantunan senandung Rena dan Kak Tara, kan?

Kak... Surat Kak Tara masih Rena dekap dan simpan baik-baik di kamar.

Suatu hari, Rena akan kembalikan dengan perasaan lega karena kakak telah kembali.

Aku masih dan akan selalu antusias menunggu hari itu tiba.

Jadi... Dirgantara Wijaya, sampai jumpa.

Lagi.

April 2021,
Neira Irena Putri

________

Surat Dirgantara sampai sekarang belum disentuh kembali oleh penulisnya.

Tahun ini, Rena sudah bisa menyetir mobil. Singkat cerita, dia berhasil membeli mobil keluaran terbaru dengan uang sendiri. Mungkin mahalnya tidak seberapa, tapi tetap saja hasil jerih payah itu lebih membanggakan. Apalagi dia punya fitur modifikasi spesial di dalam perangkat mobil ini.

Orang-orang selalu mengernyit heran melihat Rena yang membeli CD Player dan meminta bantu ahli dengan bayaran fantastis untuk menyambungkan perangkat tersebut dengan pengeras suara di dalam mobil.

Tentu saja, perangkat ini ia pakai untuk memutar CD itu. CD dalam kotak navy berisikan kumpulan lagu favoritnya dan... Dirgantara.

Jujur dia ingin melupakan itu semua, tapi yang namanya melupakan itu nggak ada yang semudah ucapan belaka. Bukankah sejak ia melepas dan mengikhlaskan segalanya, ia sudah terlalu jauh untuk mundur?

Terlalu banyak hal yang dikorbankan untuk bersama dan... yeah. Hanya waktu yang bisa menjawab.

Rena kini berdiri di depan figura berbingkai bunga yang dikerubungi oleh suasana muram dan orang-orang berseragam hitam-hitam. Memberi penghormatan terakhir, Rena meletakkan satu bunga lili di sebelah peti tersebut.

Matanya masih tak henti-hentinya menatap apa yang ia lihat di depan. Rasanya ia masih bisa melihat sosok itu setahun lalu dan tadi malam. Namun mengapa sosok ini kini menjadi satu sosok yang sedang ia belajar relakan untuk dipanggil Tuhan? Dunia memang tidak adil.

Bima yang tampak kusut sekali berdiri di sebelah Jennie yang berwajah sembab. Keduanya menunduk lelah, belum makan sejak pagi karena mengurus acara pemakaman. Ibu Jennie yang kelelahan tengah tertidur di kursi penerima amplop putih karena belum sempat istirahat sejak semalam.

Sementara ayah Jennie, Pak Prawira...

Adalah sosok yang berada di dalam figura.

Beliau terkena serangan jantung. Mendadak sekali sampai pihak keluarga kewalahan.

Apa yang ia lihat kini mengingatkannya kalau semesta begitu gemar memberi kejutan.

Adalah fakta bahwasanya, mereka yang selalu di sekitarmu belum tentu akan hidup selamanya di sisimu. Sayangi mereka ketika ada.

Rena janji takkan melupakan banyak kebaikan yang pernah ia terima dari sosok tersebut. Setidaknya, Pak Prawira akan hidup di hati Rena selamanya.

Acara duka ini mendadak malah mirip reuniㅡyang tentunya tidak dalam atmosfir ceria. Dia dipertemukan kembali dengan banyak orang spesial yang sempat hadir di hidupnya tahun lalu. Mulai dari Mina, Ibu Ruth, Joy, anak-anak De Korin yang lain, dan Ko Langit yang terbang jauh-jauh dari Medan.

Semuanya memberi penghormatan terakhir sebelum acara tutup peti yang menguras banyak air mata, kemudian berbincang-bincang sekaligus mengabari kehidupan terbaru satu sama lain.

Ko Langit baru saja punya anak pertama, perempuan dan matanya belo sekaliㅡsangat menggemaskan. Anak perempuan kedua Ibu Ruth kemarin wisuda S1. Joy baru saja dapat pacar yang tak sengaja ia temui di ruang karoke.

Bima naik jabatan di De Korin sembari mengurus Mata Hari bersama Mina yang sudah menjalin hubungan bersama Bima selama setengah tahun. Omong-omong malah Mina yang sekarang bucin banget sama Bima. Rena dengar, Mina sedari dulu gengsi saja kalau harus pacaran dengan yang setahun lebih muda. Akan tetapi karena Bima terlalu berharga untuk dilewatkan, akhirnya Mina meluruhkan temboknya sendiri dan memilih untuk bersama cowok itu. Haduh, Mbak Min. Kemana saja kamu baru sadar begitu? Rena jadi menyengir sendiri saat mendengar cerita tersebut.

Ngomong-ngomong, Jennie juga akan segera tunangan dengan pacar asian-american-nya yang ia temui di universitas saat kuliah S2 di Amerika.

Di saat banyak yang berubah dalam kurun waktu sesingkat itu, Rena merasa sepertinya cuman dia saja yang hidupnya begini-begini saja. Ah, palingan itu sih. Rena sudah bisa menyetir mobil dengan lancar dan Mama juga tidak terlalu mengekang Rena lagi. Itu... termasuk perubahan, kan, ya?

Setelah menghabiskan beberapa jam di dalam, membawakan makanan untuk anggota keluarga, melemparkan bela sungkawa dan ucapan dukacita mendalam, Rena duduk di depan rumah duka yang menghadap ke parkiran, memperhatikan kendaraan yang berlalu-lalang dengan lamunan serta harapan kecil yang terpercikㅡentah apa yang ia harapkan.

Tak lama ponselnya berdering dan lamunannya terpotong.

"Hai! Kamu masih di Bandung? Jadi pulang ke Jakarta? Kapan?"

Rena tertawa. Pemuda ini masih sama aja. Sangat bersemangat dan punya antusiasme tinggi dalam nada bicaranya. "Iya, minggu depan aku balik ke Jakarta. Kayaknya aku bakal lama di sini, Ray."

"Ah, I see..." Nada bicara pemuda itu terdengar kecewa. "Tapi kamu janji pulang kan?"

Rena mengangguk tanpa suara. Kurang lebih Raymond tahu perangai gadis ini, jadi dia langsung menyeletuk lagi. "Iya, soalnya kalau kamu nggak pulang, nanti aku ditebas Gianna. She wants you to be avail on her birthday party."

Senyum manis terkembang samar di wajah Rena, ada hangat samar menjalar di hatinya. Dia ikut bahagia untuk semuanya. "Pasti."

"Anyways, congrats for you two. Aku benaran ikut senang, Ray. Stay happy ya kalian."

"Nggak lah... Belum sampai sana." Di seberang sana, Raymond membalas dengan cengiran malu sebelum mengakhiri konversasi, "But, thank you. Stay happy juga, Rena."

Matahari perlahan turun dan menampakkan jingga dan nila yang membaur. Menekan kunci buka mobil dan menjalankannya ke jalan raya, Rena baru tersadar kalau kaca mobilnya transparan sekali. Sepertinya dia harus beli kaca film atau bisa saja semua orang melihat wajahnya di balik papan transparan ini.

Belum sempat benar-benar keluar dari wilayah rumah duka yang luasnya besar sekali, mobilnya terus-terusan disiram cahaya lampu dari arah kanan, membuatnya risih sampai akhirnya ia memilih untuk menghentikan mobil, hendak mengecek apakah ada yang salah dengan mobil barunya. Di detik itu juga, jendela mobil pengemudi diketuk tiga kali.

Oh, shit.

Tatkala Rena buru-buru menurunkan jendela, barulah orang itu merunduk, mensejajarkan pandang.

"Hai..."

Setahun yang rumpang kini menuju rampung.

Bagai luka lama yang mendekap tak mau pergi, tergantikanlah kini dengan senyum baru yang terpatri di pemuda tampan berperawakan tinggi. Pakaian kemeja putihnya sedikit kusut, ada passport di kantung dada, orang ini baru saja tiba dari bandara.

"Boleh minta waktunya nggak buat saya?" Senyum itu terukir. Lamat dan hangat.

Senyum rindu yang selama ini hanya bisa ia lihat melalui layar ponsel terpisah jarak dan waktu. Senyum yang pemiliknya selalu membuat Rena tahu bahwa segalanya akan baik-baik saja. Liuk lengkung damai yang membuatnya bertahan sampai saat ini, yang tanpa rencana membuatnya enggan menyerahㅡmengikrar bahwa ia sudah terlalu jauh tuk mundur, sudah terlalu dalam saat jatuh.

Dan senyum yang menyadarkan bahwa... ini cinta pertama dan terakhirnya.

Dirgantara Wijaya bermuara.

"Lama nggak jumpa, Rena..."

Dia kembali dengan silang tatap yang akhirnya terjadi, mengirim sinyal haru biru penuh cinta yang bendungannya tumpah karena terlalu lama menahan lara.

Bulu kuduk Rena seolah meremang saat ia tersadar semua kenangannya kembali menjadi nyata.

"Saya kembali."

Dirgantara Wijaya kembali di sisinya.

Dan kini waktu dan semesta telah mengizinkan peleburan di antara mereka. Kulit bersentuhan, kecupan singkat pada belah bibir yang terlapis air mata haru, aroma surai dan leher yang masuk ke indera penciuman kala lengan melingkar, serta hangat yang mendekap masing-masing raga yang kian mengerat tiap detiknya.

Senandung usang bermain di kepala. Seolah semua yang pernah ada seperti ilusi indah yang euforianya mereka nantikan. Ini bukan mimpi.

Perlahan, pelukan terlepas berganti dengan jemari yang bertautan dan pasang netra yang saling berhadapan.

Dua pasang sudut bibir perlahan naik, silang tatap berkilat basah yang penuh rindu, langit jingga cemerlang bergelantung kapas, dan hiruk-pikuk kota Bandung yang menyimpan seribu kenangan---dari sinilah semua sudut kisah itu ditutup. Telah tuntas baik putih ataupun hitamnya.

Selamat datang kembali, Dirgantara. Kita akhirnya bisa bersenandung bersama lagi. []

SENANDUNG
USANG. |
EPILOG: FIN

NOTES

Wehehehehehe! TUNTASSSSSSSSSSS :'D

Apakah ini ending dan epilog yang memuaskan? Semoga iya. Hft. Sedih juga ya keinget Pak Prawira yang murah senyum dan legowo banget, huft.

Pas baca pertemuan terakhir, nostalgia bagian awal nggak? Hihi. Aku sengaja mirip2in vibes dan paragrafnya biar perasaan ketika kalian pertama kali baca SU kembali, and all the memories of pertemuan pertama mereka di Bandung di chapter-chapter 1~2 masuk kembali ke ingatan kalian.
Apakah berhasil deja vu buatannya? Hahaha. Semoga nggak failed ya.

Adakah yang hatinya hampa usai menyelesaikan ini? Gimana perasaannya? Kesan pesannya? Udah lega? Terharu? Masih marah?

Sebenarnya aku masih ada bonus chapter untuk bahas Tiara, sih. Gaskeun? Jangan hapus dulu dr perpustakaan.

BTW, lagu penutup kita yang mantap abis, nih kupersembahkan
#nowplaying: Yovie & Nuno - Janji Suci

[Seharusnya ada GIF atau video di sini. Perbarui aplikasi sekarang untuk melihatnya.]

________

#FinalWords.

Aku bersyukur banget karena banyak orang yang menemani perjalanan Senandung Usang. Pada awal mula tulisan ini terbit aku nggak berekspektasi buku begini bakal rame loh (serius, bukan merendah untuk meroket). Apa sih yang sebenarnya kalian lihat dari buku ini? 😭

Dalam proses menulis SU, aku kenalan sama banyak orang hebat yang terus tanpa henti kasih dukungan, terutama my one and only Danie @risingthought14 yang benar-benar nggak tahu lagi lah harus ngomong apa.

Guys, kalau kalian bersyukur aku kelarin SU tolong berterima kasih sama Dani juga, ya. Karena kalau nggak ada dia, Senandung Usang won't even published karena aku se-insekyur itu ngerjain ini. :'D (Danie adalah saksi nyata behind the scene SU sebelum di-publish ㅎㅎㅎ) Di saat aku down Dani tuh kayak malaikat penyuntik semangat. Thank you so much, Danie my chingu!

(((Danie juga nulis guys, buku dia bagus dan kocak-kocakㅡmoodbooster, buat kalian yang kobam sama Aa Babara Mbim a.k.a. Kim Mingyu gara-gara Senandung Usang, I recommend her book yang judulnya; 'SPRING DASH' & 'SAY MY NAME' karena itu cakeuuup banget, shay)))

Ada juga kakak-kakak author keren yang bukunya udah terbit and even masuk Gramedia *ekhem, u know who u are* dan menikmati SU, thank you banget, Kak. Dibaca dan dikomentari kalian tuh bikin pride level-ku naik, aku jadi ambis nulis lagi. (Padahal udah sempet mau close acc karena ngerasa skill & growth nggak ada kemajuan 🙃)

Aku juga pengen sebutin satu per satu readers baik yang beberapa kali jadi penyemangat & moodbooster! Tapi terlalu banyaaaak dan aku takut malah ada yang kelewatan terus orang itu jadi sedih. Jadi buat kalian yang merasa pernah nyemangatin aku dan bikin aku ngakak karena komen kalian yang greget, THAT'S YOU! :'D Makasih ya, I really mean it when I said I am happy when I see you around. Makasih banget banget banget banget parah woyyy kalian lucu banget! Lebih lucu dari Mbim dan Tamaheru Hutomo(?) 😭

Aku bukan apa-apa kalau nggak di-support. #SemestaElisa nggak akan lanjut, bahkan.

Pembacaku sekalian, you guys truly mean a lot to me. ALL. OF. YOU. You have saved me in any kind of ways yang kalian nggak sadar. Thank you.

Aku nggak ngarep materi apapun kok dari kalian. Hanya saja kalau aku bikin salah selama ini dalam bentuk apapun, maafin aku ya. Ingat aja yang baik-baik dari akun salicelee.

Banyak-banyak kangen sama #SemestaElisa yaaaa. Untuk #TimBacaUlang sebelum di-unpublish, jangan lupa tumpahkan kehebringan kalian saat baca lagi, hihi.

Do not forget to share/promote this story & follow my accounts.

In the end, thank you for reading SENANDUNG USANG!

Segenap salam dari pemeran utama kita; Kak Tara yang super charming tapi minta dicubit karena nolak cinta orang terus, Rena kecil yang nyablak-nyablak polos, Dirgantara Wijaya penyebab buku ini seru karena dia misterius dan nggak jelas abis maunya apaan (🙃), Rena dewasa yang kuat, polos dan auranya minta auto dinikahin, dan especially Raymond my fav sad boi best boi.

Juga dari pemeran pendukung kita; Babara Mbim hebring kesayangan semua orang dan seluruh pembaca SU, Tiara si ceriwis cilik yang minta disumpel pakai siomay, Mbak Mina galak-galak-sedap pemilik hati sekaligus pawangnya 'Kalian-Tahulah-Siapa', Gianna sang mediator terbaik yang sampai sekarang belum punya lapal sendiri, Ko Langit yang totok, Jennie si wanita bernapas duit, Ellina Halim yang cuman muncul seiprit tapi langsyung eksis, dan seperangkat budak-budak De Korin yang terus ngejer project! 🌈❤

*

Stay happy and believe in miracles, ya.

Dengan berakhirnya paragraf ini, Alice izin hiatus dulu untuk beberapa saat.

Mungkin sesekali bakal muncul update draft aja kalau ada. Jangan lupakan Elisa. Hehe. Sampai jumpa lagi.

💘💘💘💘💘💘

👇 kenang-kenangan buat kalian 👇

Love, Alice.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro