Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Enam Belas : Masih Setia

BILA aku menyerah, maka tak akan

kita temui akhir yang indah

***

Kalau ternyata si Kalila ini bikin kamu kecewa, mungkin itu cara Tuhan nyadarin kamu buat berhenti nyia-nyiain Sienna.

Ucapan Geri sewaktu Brian memberitahu rencananya untuk mencari Kalila kini terngiang-ngiang di kepala. Menemani malam Brian yang kesekian kalinya ia lewati sendirian dan jauh dari sang mama. Namun, Brian tak gentar meski yang dikatakan Geri tak sepenuhnya salah. Sepuluh tahun penantiannya mungkin akan berakhir sia-sia, tetapi bisa juga berakhir bahagia. Tak ada yang bisa menjaminnya sampai Brian bertindak.

Malam ini, tepat pukul delapan malam. Waktu yang Brian ingat menjadi jadwal acara Senandung Rindu mengudara. Ia juga sudah mengingat frekuensi saluran radio tersebut. Satu-satunya hal yang perlu Brian lakukan sekarang hanyalah duduk manis di dalam mobilnya, menunggu acara radio tersebut dimulai.

Brian sengaja memilih membawa mobilnya ke tempat yang sama dengan pertama kali ia mendengar acara radio tersebut. Berharap keberuntungan yang sama akan menghampiri, sehingga harapan yang sejak lama mampu berubah menjadi nyata.

Opening tune*) dari acara yang Brian tunggu akhirnya terdengar. Ia yang tadinya bersandar pada kursi pengemudi pun segera menegakkan tubuh. Tak sabar menyambut kemunculan dua penyiar yang akan memandu Senandung Rindu. Lalu, ketika suara lembut Nastiti mulai terdengar, seutas senyum segera tercipta di bibir Brian.

***

"Oke, para pendengar setia Senandung Rindu. Barusan kita udah dengerin dua lagu yang enak banget." Alicia kembali bercuap-cuap setelah melakukan sweep*) lewat lagu Haru-haru milik Big Bang dan Unfaithful milik Rihanna. "Nah, saatnya sekarang kita berbagi cerita. Yang merasa punya cerita menarik untuk dibagi di sini, ayo buruan telepon. Kita tunggu."

"Jangan lupa, ya. Tema untuk hari ini adalah setia," timpal Kalila, lalu menyebutkan nomor telepon yang bisa dihubungi para pendengar yang ingin berbagi kisah.

Tak lama kemudian, sebuah telepon masuk. Kalila sedang melihat-lihat kembali playlist *) mereka hari ini sehingga Alicia yang berinisiatif menjawab terlebih dahulu.

"Hallo, dengan siapa ini?"

"Hallo. Ini Brian." Jawaban dari si penelepon sontak membuat Alicia dan Kalila terkejut. Bahkan, Satya yang berada di hadapan ruang siar bersama Agung, sang programmer*), ikut terperangah. Padahal, belum tentu ini Brian yang sama dengan yang tempo hari menelepon.

"Brian yang kemarin?" tanya Alicia memastikan.

"Semoga jawabanku tidak mengecewakan. Ya, aku Brian yang sama. Yang mencari cinta pertamanya."

Alicia terkikik mendengar jawaban Brian. Sementara Kalila justru kehilangan minat untuk tersenyum apalagi tertawa.

"Maaf, Bri. Tapi tema hari ini bukan cinta pertama, kalau-kalau kamu belum tahu," sela Kalila.

"Aku tahu. Tema hari ini setia, kan?" Brian bertanya balik, tetapi ia sudah kembali berbicara sebelum ada yang menjawabnya. "Temanya sesuai dengan niatku menelepon."

Kalila mengernyit. Tak mengerti maksud ucapan Brian. Sayangnya, ia tak berniat untuk bertanya lebih jauh. Kalila lebih berharap ponsel Brian kehabisan daya dan pembicaraan lewat telepon itu terputus.

"Oh, benarkah? Kalau begitu cerita apa yang mau kamu bagi sama kita, Bri?" Alicia kembali mengambil alih percakapan.

Ada jeda sejenak sebelum Brian memberikan jawaban. Selang waktu beberapa detik yang bagi Kalila terasa lama. Membuatnya ingin segera beranjak saja dari ruang siar. Untungnya ia masih punya kesadaran untuk tidak bersikap berlebihan. Terutama di depan rekan-rekan kerjanya yang tak tahu menahu tentang Brian dan Kalila di masa lalu.

"Aku baru mendapat titik terang keberadaan Kalila. Ternyata dia ada di Jakarta juga sekarang."

Kalila tak bisa tak terkejut untuk kesekian kalinya. Ucapan Brian membuat kecurigaannya mengarah pada Panji. Selain pemuda itu, tak ada yang tahu keberadaan Kalila di Jakarta. Namun, sebelum membuat kesalahan dengan menuduh Panji tanpa bukti, Kalila memilih mendengarkan kelanjutan cerita Brian.

"Wah, itu berita bagus, dong. Akhirnya ada harapan buat kamu, Bri," hibur Alicia yang ikut tersenyum senang. Seolah kabar itu juga berarti untuknya.

"Tapi, aku nggak tahu mulai dari mana. Karena itu aku menelepon ke sini, berharap dia mungkin juga sedang mendengar siaran radio yang sama."

"Aku yakin dia sedang mendengarnya juga," celetuk Kalila yang seketika mendapat tatapan keheranan dari Satya dan Alicia. Namun, ia berlagak tidak mengetahui hal tersebut dan mengabaikannya.

"Aku harap begitu, Nastiti." Kalila seperti merasakan sensasi yang aneh di telinganya sewaktu Brian menyebut nama itu. Terdengar sangat ganjil baginya yang lebih akrab dengan nama Kalila. "Supaya dia tahu kalau aku udah cari dia sekian lama. Kalau aku masih setia dengan perasaan yang belum sempat aku ungkapkan ke dia di masa lalu."

Alicia kembali tersenyum mendengar tiap kata yang diucapkan Brian. Bagi gadis itu, pastilah terdengar romantis. Sayangnya, Kalila berniat menghentikan omong kosong itu. Tidak peduli meski Alicia, Satya, Agung atau para pendengar lain menunggu kelanjutannya dengan penasaran.

"Omong-omong setia, boleh tahu nggak, selama sepuluh tahun ini kamu pernah ngejalin hubungan sama cewek lain?" Pertanyaan tak terduga Kalila membuat Alicia ikut tak sabar menanti jawaban.

"Hubungan secara serius nggak pernah. Hanya saling mengenal sebagai teman atau rekan kerja. Tapi ...."

"Tapi kenapa?" tuntut Alicia tak sabar.

"Tapi aku pernah hampir bertunangan dengan perempuan lain. Walaupun akhirnya nggak jadi."

Alicia dan Kalila berdecak bersamaan meski dengan alasan yang berbeda. Satu karena terkejut, sementara satunya lagi karena tak percaya.

"Kamu pernah hampir bertunangan dengan cewek lain dan masih berharap Kalila menganggapmu setia? Yang bener aja?" komentar Kalila. Nada suaranya terdengar jengkel. "Kamu nggak hanya nyakitin hati Kalila, tapi juga gadis calon tunanganmu itu. Kenapa sekarang aku justru ngerasa kamu bukannya setia, tapi egois, ya?"

Alicia yang tidak menyangka akan respon Kalila hanya bisa bengong. Rekannya itu bahkan mengucapkan kalimat-kalimat tersebut dengan penuh tekanan. Jawaban gadis itu lebih terdengar seperti ungkapan kekesalan. Seolah dia sendiri yang menjadi salah satu dari gadis yang Brian ceritakan.

Terdengar tawa kecil Brian. Sepertinya ucapan Kalila tidak terlalu berpengaruh padanya.

"Aku justru akan nyakitin lebih banyak orang kalau maksain diri untuk bertunangan sama sepupuku sendiri."

Kali ini Kalila tidak bisa lagi berkata-kata. Ia tahu betul siapa yang dimaksud Brian. Dan, kenyataan jika mereka pernah hampir bertunangan seakan membenturkan harapannya pada fakta menyakitkan. Sienna masih mengharapkan Brian, sama seperti dulu.

"Wah, kisah kamu makin kompleks aja, ya, Bri," Alicia berniat melontarkan pertanyaan lain, tetapi isyarat dari Satya yang memintanya segera mengakhiri percakapan dengan Brian membuatnya urung bertanya. "Tapi, untuk kisah itu mungkin bisa kita sambung di hari lain. Dengan tema yang sesuai. Nah, kamu mau titip salam atau request lagu?"

"Hanya Ingin Kau Tahu. Bisa?" tanya Brian cepat.

Sembari melirik ke arah Kalila yang tampak tak nyaman, Alicia mencari-cari lagu yang diminta Brian. Ia berseru lega sewaktu berhasil menemukannya.

"Oke, siap untuk diputar," jawab Alicia. "Nah, Brian, makasih udah berbagi cerita di sini, ya. Selamat malam."

Lagu yang Brian minta perlahan mulai mengalun. Memberi Alicia waktu untuk menginterogasi rekannya yang kini terdiam dengan tatapan kosong. Namun, sebelum sempat membuka mulut, Kalila sudah mendahuluinya bicara.

"Alice, sorry. Aku keluar bentar, ya," pamit Kalila sembari beranjak pergi. Alicia hanya mengangguk mengiakan meski benaknya masih dipenuhi tanda tanya.

Kalila tak membuang waktu untuk segera menjauhi ruang siar. Suara Brian seakan menggema di sana. Memenuhi pikirannya. Bahkan, kenyataan yang lelaki itu beberkan seolah mencekiknya dengan perasaan kecewa.

Sembari bergegas meninggalkan ruang siar, Kalila tak sengaja bertemu pandang dengan Satya. Dan, bisa ia lihat jika produsernya itu menunjukkan sebuah senyuman penuh arti.

***

Bri.

Semua orang yang kenal dekat dengan Brian memang memanggilnya dengan nama itu, termasuk Kalila. Namun, Brian masih bisa mengingat dengan jelas setiap kali Kalila yang menyebutkannya. Dan, anehnya ia seperti mendengar suara gadis itu saat Nastiti yang memanggilnya tadi. Padahal, Alicia pun melakukan hal yang sama, tetapi tak menimbulkan perasaan apa pun di hati Brian.

Awalnya tak ada kecurigaan apa pun, tetapi Brian menyadari hal tersebut ketika Nastiti memberi respon yang tak biasa atas cerita pertunangannya dengan Sienna yang gagal. Seolah penyiar radio itulah gadis yang sedang Brian ceritakan. Lalu, beberapa pertanyaan dengan cepat menyesaki kepala Brian.

Bagaimana jika Nastiti mengenal Kalila? Atau bisa jadi, dia adalah Kalila?

Mungkin Brian terlalu merindukan Kalila hingga mengaitkan setiap hal dengan gadis itu. Namun, segalanya bisa saja terjadi. Brian rasa ia harus datang ke Canetis dan bertemu langsung dengan Nastiti untuk menuntaskan penasarannya.

Ya, sepertinya itu bukan ide yang buruk.

***
*) Opening tune : musik pembuka sebuah acara.
*) Sweep : memutar dua lagu atau lebih sekaligus tanpa iklan.
*) Playlist : daftar lagu yang boleh diputar oleh penyiar.
*) Programmer : kepala bagian siaran.

***
Yang berkenan, silakan meninggalkan jejak berupa kritik dan saran. Terima kasih.

Salam Baca 😉
Suki

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro