Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17. Luka Masa Lalu

Hari ini, Arnand kembali bangun siang. Ia tidak lagi mengantar So Hyeon ke toko karena kaki gadis itu sudah sembuh. Rasanya, seperti ada yang kurang, tapi ia tidak tahu harus berbuat apa.

Dengan bermalas-malasan, Arnand mandi. Ia sengaja lebih lambat karena hari ini Ji Sung mengajaknya ke pasar untuk membeli beberapa bahan kue yang sudah habis . Setelah sarapan, ia pun menunggu Ji Sung menjemputnya di depan pagar.

Saat sedang menunggu, Arnand melihat seorang gadis berjalan di kejauhan. Matanya menyipit, mencoba mengenali gadis yang terasa sangat familier dari segi postur. "Bukannya itu So Hyeon? Kenapa dia belum ke toko?" gumamnya setelah berhasil mengenali gadis yang semakin dekat dengannya.

Karena penasaran, Arnand berlari kecil menghampiri So Hyeon. "Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu tidak ke toko? Atau kamu jalan kaki ke sana?"

"Arnand?"

So Hyeon tampak sangat terkejut melihat Arnand. Tatapannya seolah sedang bertemu dengan lelaki yang seharusnya sudah mati, tapi hidup kembali.

"Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Arnand.

Mata Arnand tiba-tiba melebar. Wajah gadis di depannya memang mirip, tapi dia bukan So Hyeon. Gadis bernama So Hyeon tidak mempunyai tahi lalat di dagu, sementara gadis di depannya sekarang mempunyai tahi lalat. Hanya satu orang yang dikenal Arnand memiliki wajah yang sama dan tahi lalat di dagu. Dan, dia adalah gadis yang paling tidak ingin Arnand jumpai dalam hidupnya.

"Kamu bukan So Hyeon, 'kan?" tanya Arnand, memastikan tebakannya.

"Jadi, kamu mengenal kembaranku itu?" Gadis di depan Arnand tertawa. "Atau kamu berusaha mendekati dia karena gagal menikah denganku?"

Kalimat yang baru saja didengarnya membuat Arnand merasakan kembali perih yang mulai mengabur. Rasa sakit itu kembali terasa hingga menusuk ke ulu hati. Tidak mau membahas luka lama lebih lama, Arnand berbalik dan pergi.

"Arnand, tunggu!"

Meski dipanggil, Arnand tetap melangkah. Menatap gadis itu, sama saja menunggunya untuk hancur kembali. Dan, ia tidak ingin mengulang masa itu walau sekali saja.

"Arnand, kamu tidak mendengarku? Apa udara di Korea sudah membuat telingamu tidak berfungsi normal lagi?" Gadis itu berhasil mencegat Arnand.

"Apa yang kamu inginkan, Ra? Kamu mau pamer kalau kamu sudah menikah? Tidak perlu. Aku sudah tahu kejadiannya dari Didik."

Gadis bernama Lyra itu tersenyum penuh kemenangan. "Jadi, selama ini kamu belum bisa move on dari aku? Selama ini kamu terus mencari tahu kabarku dari Didik?"

"Siapa bilang? Aku sudah melupakanmu, kok," dusta Arnand. "Kita sudah berakhir. Sudah berakhir untuk selamanya."

"Apa kamu yakin?"

Arnang menghela napas. "Sepertinya, aku tidak perlu membuktikan kalau aku sudah move on. Pendapatmu tentangku tidak penting untukku. Kamu bebas berpikir apa saja tentangku. Tapi tetap, aku yang tahu bagaimana hatiku sekarang."

"Lalu, bagaimana dengan So Hyeon? Apa kamu menyukainya? Kamu betah di sini karena ada dia, 'kan?"

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Arnand balik bertanya. Matanya kemudian memindai Lyra dari ujung kaki ke ujung kepala. "Dan, kenapa kamu memakai pakaian So Hyeon?"

Lyra tertawa. "So Hyeon itu adikku. Apa aku salah kalau ingin mengunjunginya? Dan, apa aku salah kalau aku meminjam bajunya?"

"Adik?" Meski sudah menduga hal ini dari awal, Arnand tetap saja terkejut. Bagaimana bisa So Hyeon tidak pernah membahas soal Lyra selama ini? Padahal, ia jelas tahu kalau nama Lyra pernah ia sebut di awal mereka bertemu.

Percakapan Arnand dan Lyra terhenti karena sebuah mobil berhenti di dekat mereka. "Hyung, ayo berangkat sekarang. Kita sudah terlambat," kata Ji Sung dari dalam mobil.

Sebenarnya, Ji Sung tidak ada niat untuk turun. Namun, begitu melihat wajah gadis yang dikenalnya, ia tiba-tiba berubah pikiran. "So Hyeon-ah, apa kamu tidak ke toko?" tanyanya dengan senyum lebar.

"Maaf. Aku bukan So Hyeon. Namaku Lyra."

"Lyra?" ucap Ji Sung bingung.

Arnand menarik lengan Ji Sung untuk masuk ke mobil. "Ayo berangkat sekarang. Katamu kita sudah terlambat, 'kan?"

"Tunggu dulu, Hyung. Lyra? Siapa Lyra?"

"Sudah. Nanti kujelaskan di mobil." Arnand memaksa Ji Sung masuk ke mobil. Meski Ji Sung menolak, Arnand terus mendorongnya.

Setelah di dalam mobil, Ji Sung masih mencoba untuk keluar. Namun, langsung di tahan Arnand. "Kalau kamu masih menganggap aku sebagai hyung-mu, dengarkan aku. Sekarang kita pergi dan jangan pedulikan dia."

"Tapi ...."

"Kalau begitu, aku yang pergi." Arnand meraih kenop pintu.

"Oke." Ji Sung meraih lengan Arnand. "Oke, Hyung. Aku tidak akan keluar. Tapi, Hyung janji untuk menjelaskan ini padaku, 'kan?"

"Iya, bawel. Ayo jalan."

Sepanjang perjalanan, Arnand merasa tidak tenang. Ia beberapa kali mengigit bibir bawahnya. Tanpa sadar, ia juga menghela napas berkali-kali hingga Ji Sung merasa terganggu.

"Ada apa sebenarnya, Hyung? Siapa dia? Kenapa wajahnya sangat mirip dengan So Hyeon?"

Arnand tidak langsung menjawab. Ia menatap Ji Sung dengan ekspresi menyedihkan.

"Kenapa, Hyung? Ada masalah?" Ji Sung berhenti di pinggir jalan. "Hyung sudah janji untuk menceritakannya. Sekarang, ayo cerita."

"Tidak ada masalah, kok. Kamu tanya siapa Lyra tadi, 'kan? Dia kakaknya So Hyeon."

"Kakaknya So Hyeon? So Hyeon Eonni?"

Arnand mengangguk.

"Wah, mereka mirip sekali."

"Mereka kembar."

"Wah!" Ji Sung benar-benar terkejut dengan apa yang dikatakan Arnand. Mungkin jika bertemu, ia tidak akan bisa membedakan So Hyeon dan Lyra.

Bola mata Ji Sung berputar. "Lalu, kenapa wajah Hyung ditekuk begitu?"

Arnand langsung menggeleng dan memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Itu cuma perasaanmu saja. Sudah. Ayo jalan."

"Aku yakin, pasti ada sesuatu." Ji Sung tersenyum jail.

"Itu cuma perasaanmu saja. Kita harus buru-buru, lho. Mungkin orang-orang di toko tidak akan bisa bekerja kalau kita terus-terusan di sini."

Ji Sung mengangguk. Ia kemudian menyalakan mobil. "Oh ya, Hyung, kalau ada masalah, cerita saja padaku. Aku akan bantu semampuku."

"Iya."

Di saat semua mulai berjalan baik. Kenapa masa lalu kembali mengusik?

Perlahan, Arnand berhasil menata hidupnya lagi. Ia mendapatkan teman yang mendekatkannya pada Allah. Namun, kehadiran Lyra berhasil membuat hatinya merasa perih. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa sakit karena luka itu hingga Ji Sung yang ada di sampingnya semakin penasaran.

"Hyung, sakit hati itu bisa sembuh. Walaupun sulit, ayo belajar untuk melupakan. Jangan terpuruk pada titik hitam yang membutakan. Dunia ini terlalu indah untuk kita hanya fokus satu titik. Banyak hal lain, yang bisa kita lihat selain kesedihan itu."

"Kamu bicara apa, sih?"

Semua terlalu jelas di wajah Arnand hingga Ji Sung hanya tersenyum. "Bismillah, Hyung. Aku yakin Hyung pasti bisa."

***

Ada yang nunggu kehadiran Lyra? Atau, udah lupa siapa Lyra? Di awal sempat disinggung tentang Lyra. Nah, di part berikutnya Lyra bakal dikenalkan lebih dalam lagi.

Tunggu part berikutnya, ya. Karena cerita ini bakal semakin ambyarrrrrr....!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro