Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Profil Keluarga


Mereka berlima berkumpul bersama di kontrakan Nadine. Sudah sejak lama kontrakan mungil itu ditahbiskan sebagai basecamp trio aneh Nadine, Jeremy, dan Theo. Dan semenjak Renata menjadi pacar Theo dan Sonya menjadi sahabat Nadine, geng kecil itu berubah menjadi lima sekawan yang kompak.

Pagi ini adalah hari Minggu yang santai. Aryan mengatakan akan pergi ke Bandung untuk melihat perkembangan pembangunan Resort miliknya. Sebenarnya dia sudah mengajak Nadine untuk ikut ke Bandung juga tapi gadis itu menolak. Nadine masih belum siap untuk berduaan dalam jangka waktu lama dengan Aryan. Lagipula dia masih harus memikirkan rencana kepergian mereka ke New York beberapa minggu lagi.

"Kayaknya elo gi ada masalah, Nad?" Theo menyelidiki wajah Nadine yang murung. Sejak mereka datang satu jam yang lalu, sahabatnya itu tak terlihat antusias dan ceria seperti biasanya.

Sonya dan Renata yang sedang menyiapkan makan pagi ikut menoleh ke arah Nadine. Mereka mengamini pertanyaan Theo pada gadis mungil sahabatnya itu.

Nadine mengedikkan bahu. Percuma juga berbohong pada sahabat-sahabatnya ini. Mereka sudah sangat mengenal dirinya untuk tahu sedikit saja kebohongan yang dilakukannya.

"Aryan ngajak gue ke New York," sahut Nadine pendek.

"Kapan?"

"Entar pas liburan semester."

"Wah, bagus dong, bisa liburan ke New York?" Sonya nimbrung. Dia meletakkan dua mangkok bubur ayam di atas meja. Di belakangnya Renata mengikuti dengan senampan bubur ayam juga.

"Dia ngajak gue ketemuan sama keluarganya."

Sekejap ruangan itu hening. Empat pasang mata menatap Nadine serius. Nadine yang belum sadar menjadi pusat perhatian malah asyik meraih bubur ayamnya dan menghabiskan sesendok demi sesendok.

"Maksudnya, Nad?" Sonya yang akhirnya bertanya memecah keheningan.

"Ya maksudnya Aryan ngajak gue ketemuan sama keluarganya." Nadine nampak bingung.

"Jangan-jangan.... Elo sudah dilamar?" Sonya menebak.

Nadine tersedak. Buburnya muncrat ke arah Jeremy yang apesnya sedang duduk pas di depan Nadine. Jeremy langsung misuh-misuh.

"Sorry Jer, gue nggak sengaja." Nadine meminta maaf.

"Berarti bener Aryan ngelamar elo?" Renata mengulang pertanyaan Sonya.

Wajah Nadine memerah. Ditatapnya Sonya sengit, "Masak dia ngomong lagi ke elo, Sonya? Wah, nggak bisa dibiarin ini. Gue sebagai sahabat elo harusnya gue yang ngomong duluan."

Lagi ruang tamu mungil itu menjadi hening. Nadine langsung diam. Dia mulai sadar akan sesuatu.

"Eh, maksud elo, Aryan gak ngomong apa-apa gitu ke elo?" Nadine bertanya tak enak saat melihat wajah kaget Sonya.

"NADIIIIINNNNEEEEE!!!!!" Serempak empat orang di ruang tamu itu menjerit histeris. Mereka langsung menubruk Nadine dan berebutan memeluk gadis mungil itu. Nadine shock.

"Woi, gue nggak bisa napas, nih! Woi, stop dong!" Nadine berteriak-teriak.

Akhirnya setelah tiga menit yang serasa bagai setahun bagi napas Nadine, empat sahabatnya itu melepaskan pelukan mereka ke tubuh Nadine. Nadine menarik napas panjang-panjang.

"Gila, kalian mau bunuh gue, ya?" Nadine mendelik sebal.

"Hehehe... Sorry, Nad, soalnya kita semua happy denger elo dilamar Aryan." Jeremy cengengesan.

"Happy kan gak harus gitu juga kali?!" Nadine sewot.

"By the way kapan Aryan ngelamar elo?" Renata terlihat kepo. Maklum dalam hati kecilnya yang terdalam dia sangat salut pada keberanian Aryan melamar kekasihnya. Sebenarnya dia juga pengen dilamar sih, sama Theo. Tapi usia mereka masih sangat muda dan Renata belum siap melepas masa lajang sekarang.

"Semalem, waktu kita hang out di Ancol."

"Woaaaa.... Lamaran romantis di pantai nih, ye?" ledek Theo. Semua tertawa mendengar ledekan Theo. Hanya Nadine yang tetap diam dengan muka memerah.

"Nggak lah, apaan sih, elo? Kita gi makan malam dan tahu-tahu dia minta gue jadi istrinya."

"Waaaaahhhhh...." serempak empat mulut di depan Nadine berkoor takjub.

"Idih lebay deh, kalian!" Nadine manyun.

"Terus elo jawab apa, Nad?" Sonya kepo lagi.

"Menurut elo kalo dia ngajak gue ketemuan sama keluarganya, itu berarti gue jawab apa?" Nadine gemas dengan ketulalitan sahabatnya yang dosen cerdas ini.

Sonya ternganga takjub, "Gue yakin elo pasti terima lamaran Aryan."

Nadine tersipu. Dia menganggukkan kepala malu.

"Nadine, selamat ya. Kita turut seneng elo akhirnya mau nikah sama Mister Ganteng itu." Jeremy memeluk sahabatnya erat. Disusul Theo, Renata, dan terakhir Sonya.

"Thanks, Guys." Nadine terharu.

"Jadi apa yang elo bingungin lagi sekarang, Nad?" Renata kembali bertanya.

"Gue takut ketemu keluarganya." Jawab Nadine lirih.

Sonya mengeluarkan smartphone-nya. Jemarinya dengan lincah menari-nari di atas layar smartphone. Sejurus kemudian dia berseru takjub.

"Woaaa... Elo beneran dapet 'tangkepan' bagus, Nad!" Sonya mengulurkan smartphone-nya agar semua dapat membaca hasil browsing-nya barusan.

Di layar terpampang artikel berbahasa Inggris tentang Aryan Noah Jayden Hill. Jeremy berinisiatif membaca dan menerjemahkan artikel itu.

"Aryan Noah Jayden Hill adalah putra bungsu dari Klan Hill yang terkenal di Eropa. Ibunya seorang wanita berkebangsaan Turki yang menikah dengan Arthur Edogan Hill setelah istri pertama Arthur meninggal saat melahirkan anak ketiganya. Tiga kakak dari Arthur Noah Jayden Hill merupakan individu-individu yang berpengaruh di bidang masing-masing."

Jeremy menarik napas, "Putri pertama Klan Hill bernama Laurent Cindy Angela Hill. Dia seorang pengusaha kawakan yang merajai bisnis kecantikan dunia. Produk make up dan skin care produksinya telah dipakai oleh banyak selebriti dunia dan menjadi langganan untuk berbagai program televisi, film, bahkan menjadi gift tetap untuk acara Oscar dan Grammy."

"Anak kedua Carson Yoseph Angelo Hill adalah eksportir dan importit manufaktur sukses yang menyuplai kebutuhan berbagai negara di Eropa, Amerika, dan Asia. Istrinya adalah seorang artis cantik berkebangsaan Arab, Aisyah Hill dan telah memiliki seorang putri cantik bernama Emily Angela Hill."

Jeremy melanjutkan membaca, "Putra ketiga adalah... Ya Tuhan, kalian pasti tak percaya ini!" Jeremy berseru takjub, "Putra ketiga adalah seorang aktor Broadway yang baru melangsungkan pernikahan. Coba tebak?"

"Dante Raphael Angelo Hill alias Dante Hill, kan?" Sonya menjawab malas.

Theo terbelalak. Renata berseru takjub. Nadine bengong.

"Siapa itu Dante Hill?" tanya Nadine bego.

PLETAKKKK....

Jari Renata sukses menjitak dahi mulus Nadine. Theo dan Jeremy terbahak, "Good job, Rena. Sudah lama kami pengen ada yang bales jitak Nadine." Theo terbahak.

Nadine cemberut. Dielusnya dahinya yang baru kena jitak Renata.

"Dante Hill itu aktor indie yang sangat terkenal, Nadine. Dia Rajanya teater dan film-film yang dibintanginya selalu sukses meraih penghargaan di berbagai festival film indie dunia." Renata menjelaskan panjang lebar.

"Ah, film indie. Pantesan gue nggak tahu. Yang mania film indie kan, kalian bertiga," tunjuk Nadine pada Jeremy, Theo, dan Renata.

"Dan terakhir, Aryan Noah Jayden Hill adalah putra bungsu yang sukses mengembangkan bisnis properti di berbagai negara. Dia memiliki perusahaan developer yang sangat sukses, Fronterra Corporation. Usianya baru tiga puluh tahun tapi perusahaannya telah menjadi salah satu developer yang disegani di seluruh dunia. Baru-baru ini Fronterra Corporation memenangkan tender proyek bernilai miliaran dollar Amerika untuk membangun real estate dan mega mall di Asia."

"Itu menjelaskan kenapa Aryan ada di Indonesia sekarang," Sonya nimbrung, "Gila elo, Nad. Elo bisa menaklukkan hati seorang miliuner seperti Aryan. Bobot bibit bebet jaminan banget, deh." Sonya geleng-geleng kepala.

"Thanks to mak comblang gue," Nadine nyengir.

"Gue maksudnya? Oh iya, kan, gue yang ngenalin elo ke Aryan." Sonya terbahak, "Tarif gue jangan lupa elo transfer ya, Nad?"

"Matre elo!" Nadine menimpuk kepala Sonya dengan kerupuk.

Mereka tertawa. Jeremy browsing lagi dan menemukan sebuah artikel menarik, "Coba kalian denger ini, deh."

"Keluarga Hill terkenal dengan sifat dermawannya yang luar biasa. Arthur Hill merupakan salah satu filantropi yang rutin menyumbangkan jutaan dollar ke negara-negara berkembang untuk membantu kesejahteraan masyarakatnya. Hal itu menurun pada diri keempat keturunannya yang juga memiliki beberapa yayasan sosial. Laurent Hill dan Dante Hill memiliki empat anak yang diadopsinya dari Afrika, Vietnam, dan Turki. Sedang Carson Hill sangat aktif mengusahakan pangan dan pendidikan yang layak bagi anak-anak negara berkembang. Aryan Hill juga telah mendedikasikan dirinya untuk membangun rumah murah di Bangladesh, Afrika Tengah, dan Rumania. Miliaran dollar uang digelontorkan keluarga ini setiap tahunnya untuk berbagai kegiatan sosial mereka."

Nadine merenung. Dia sama sekali tak menyangka jika Aryan memiliki latar belakang keluarga yang begitu hebat. Nadine pikir Aryan hanyalah seorang pengusaha bule biasa yang bekerja di Indonesia. That's all. Karena itu Nadine tak pernah tertarik untuk mencari tahu tentang Aryan di internet. Bahkan sosial media Aryan pun dia tak tahu.

"Ya Tuhan, gue mau nikahin siapa ini?" wajah Nadine memucat, "Guys, sepertinya gue harus batalin lamaran ini."

*****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro