Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30# Maaf - BONUS for LEBARAN (LAST)

Karena nggak kerasa puasa sudah mau berakhir, saya buat cerita ini sebagai BONUS chapter terakhir saya!

Jadi mohon maaf jika ada perkataan, tulisan, atau ketikan yang salah dalam chapter ini. Saya sungguh minta maaf.

★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆

Barangsiapa memaafkan kesalahan orang lain maka Allah akan memaafkan kesalahannya pada hari kiamat.

- (HR. Ahmad)

***

"Designer yang lain udah pulang duluan… Tinggal kamu Lis… Tolong ya…"

Aku yang melihat banyak sekali tugas-tugas yang diberikan oleh boss ku ingin sekali aku ambil tas dan kabur dari sini. Tetapi ketika mendengar boss bilang "Urgent", aku tidak dapat menolaknya.

"Oh, oke bu…", kataku dengan nada paksa dan menyerah. Tentu saja ini menyiksa, tetapi lebih menyiksa lagi kalau yang dibuat itu desain untuk iklan makanan dan minuman. Lihat gambar saja sudah buat orang tergoda apalagi yang asli? Dua jam terakhir itu memang kerasa makin berat ya…

"Wah, Lis. Belum balik?" Aku membalikkan mukaku untuk melihat siapa yang memanggilku dan ternyata Riana.

"Belum… Boss suruh aku kerja ini nih… Apalagi desain untuk makanan dan minuman huhuhu.", kataku sambil menggaruk kepala dan mengeluarkan nada suara menangis tetapi pura-pura cuma main-main doang kok.

"Waduh… Mau kubantu?", katanya ketika melihat gambar tersebut. Riana Lau, dia adalah teman Chinese sekantorku, akhir-akhir ini tugas yang diberikan boss padanya, sudah dikerjakan semuanya berhari-hari selama bulan puasa. Orang non-muslim tetap kerja seperti biasa, mengerjakan apa yang diberikan boss sedangkan muslim boleh langsung pulang sebelum buka, tetapi tetap kerja juga. Hanya saja lebih berat kerjaannya sih non-muslim kalau di bulan puasa. Jadi agak merasa kasihan sama mereka yang sudah bekerja keras selama ini sampai nggak tega gantiin Riana mengerjakan tugasku ini.

"Tidak apa deh, Rin. Ngomong-ngomong kau mengapa belum pulang?", tanyaku padanya dengan bingung. Soalnya semuanya pada pulang, kok cuman tinggal dia sendiri? Hari ini non-muslim boleh balik cepat soalnya hari ini kan hari terakhir dan besok pun hari lebaran dan tentu saja artinya liburan dari kerja!

"Oh, ini lagi otw mau pulang ke rumah, tetapi Lis, bukankah hari ini hari buka terakhir?", tanya Riana padaku tetapi aku cuma menghela nafas dan menjawab ya saja.

"Kenapa nggak pulang saja? Aku bisa kok kerjakan sisa tugasmu.", nawar Riana padaku. Aku sih mau aja sih, tetapi… kalau aku balik cepat… Ibu pasti tidak ada di rumah.

"Nggak deh, Rin. Lagian ibuku juga belum balik dari luar negeri besok.", kataku dengan nada sedih. Soalnya selama ini, aku buka puasa sendirian di rumah tanpa ada ibu. Ayah sudah meninggal sejak aku masih kecil, keluarga ku satu-satunya adalah ibu, tetapi ibu selalu saja sibuk dalam pekerjaannya di luar negeri dan tidak pernah memikirkan perasaanku. Aku merasa seperti orang yang ngekos di rumahku sendirian.

Tiba-tiba hpku berdering dan ini dari ibuku. Apakah ibu bakal pulang? Tetapi aku biarkan saja dia berdering dan melanjutkan pekerjaanku dan ketika ia berhenti berdering, aku langsung menghela nafas dengan lega.

"Lis… Tadi itu telepon ibumu kan? Mengapa nggak diangkat?", tanya Riana yang masih disini.

"Biarkan saja. Aku sudah malas sekali berhubungan dengannya.", kataku dengan jutek.

"Aduh… Lis… Jangan bilang… Kau… Kok lagi bulan puasa bertengkar sama orang tua sih?? Besok dah mau lebaran lho.", kata Riana sambil menggeleng-geleng kepalanya.

"Ha-Habisnya! Dia sibuk melulu, nggak pernah di rumah! Gue sahur sendiri! Buka puasa sendiri! Dan lagi-"

"Lis, aku tahu kau lagi sedih, kemarin-kemarin buka puasa sendiri terus. Tetapi sudahlah, maafin saja.", kata Riana yang sedang menasehatiku sedangkan aku cuman duduk diam.

"Terus ajak buka bareng bersama ibumu… Pasti kau nggak bilang apa-apa, terus langsung ngambek sendiri kan?", katanya membuatku terpukul. Iya, juga sih… Aku nggak memberitahu ibuku kalau aku ingin buka bareng bersamanya… Tetapi… sama saja! Kalau aku kasih tahu, pasti alasannya sama dan bilang "Maaf ya, Lis. Ibu terlalu sibuk." Atau apalah alasannya! Aku sudah muak dengan alasannya, pokoknya tak akan kumaafkan.

"Walaupun aku memberitahu ibu kalau aku ingin buka bareng bersamanya… Bukankah alasan yang akan diberikannya padaku sama saja? Dia akan bilang sibuk lagi! Percayalah, Rin! Aku sudah capek sekali mendengar alasan darinya! Tidak perlu berkata apa-apa lagi!", kataku dengan marah dan juga kesal. Selama ini aku menahan amarahku dan akhirnya aku bisa mengeluarkannya sebab aku sudah tidak tahan lagi dengan kelakukan atau alasan ibu yang sudah perbuat. Aku rasa Riana menghela nafas sedikit untuk menenangkan dirinya dan mencoba membujukku lagi.

"Lis… Bulan Ramadhan kan bukan soal buka sama sahur doang. Kalau memang bisa lebih baik dari ibumu, lakuin, Lis. Semuanya kan dimulai dari diri masing-masing.", katanya membuatku mau menangis tetapi aku menahannya dan masih tidak dapat memaafkan ibuku. Tetapi, hatiku yang selama ini ku mengelak, akhirnya membuatku tersadar ketika mendengar nasehat Riana.

"Sebanyak dan sebesar apapun kesalahan anak, setiap orang tua pasti akan selalu memaafkan… Dan kadang, setiap mereka selalu punya caranya sendiri untuk membahagiakan anak-anaknya…"

Air mata yang selama ini tidak mau kujatuhkan, akhirnya jatuh membanjiri suasana hatiku. Hatiku yang selama ini berkobar-kobaran api, akhirnya padam dengan suasana tenang. Aku yang selama ini merasakan kebencian, akhirnya belajar untuk memaafkan. Ibu… Aku minta maaf…

"Huff…"

"Jangan nangis.", kata Riana ketika melihatku yang sedang menangis. Dia menghela nafas dan menepuk kepalaku.

"Sudah sisanya aku kerjakan saja. Kau pulang saja, hari ini kau pasti lelah sekali.", katanya menyuruhku untuk pulang, tetapi bagaimana dengannya?

"Tenang saja, aku bisa kerjakan ini dengan cepat. Kau tahu kan kalau aku tuh expert kalau soal hal ini.", katanya sambil memantap dirinya dan menyuruhku untuk cepat pulang jika tidak, aku bakal terlambat. Bahkan dia mengusirku seperti kucing.

Aku pun pergi meninggalkan kantor sambil pamit pada Riana yang sedang mengerjakan sisa tugasku tersebut. Riana itu baik walaupun dia orang Chinese, banyak yang suka merendahkannya karena hanya beda suku. Kadang aku tidak mengerti dengan negara kita ini, mengapa kita orang Indonesia tidak bisa menghargai atau bersosialisasi dengan orang lain walaupun hanya beda suku? Memang apa salahnya jika mereka suku Cina, Melayu, Batak, Flores, dll? Bahkan juga agama, mengapa mereka tidak bisa bergaul dengan baik walaupun hanya beda agama maupun suku? Negara ini butuh orang seperti Riana lagi.

Ketika aku sudah sampai di rumah, aku terkejut ketika aku membuka pintu rumahku yang ternyata tidak dikunci. Kepalaku bertanya "Apakah ada pencuri didalam rumahku ini?" Aku diam-diam masuk ke dalam dan menutup pintu rumah tersebut dan aku terkejut ketika ada orang memanggil namaku dan ternyata…

"Ibu?"

"Aduh, kok pulang lama sekali sih? Ayo cepat mandi sebelum buka.", kata ibuku yang sedang menyajikan makanan-makanan di atas meja dan semuanya adalah makanan favoritku. Aku shock dan juga senang.

"Ibu, kapan balik?", tanyaku padanya yang masih di sana melihat makanan-makanan yang dihidangkan ibuku.

"Waktu aku telepon kamu itulah, ibu sudah sampai di rumah, tetapi kamu tidak angkat. Ibu pikir kamu sibuk, jadi ibu tidak ingin menganggumu.", kata ibu yang sedang memperhatikan masakannya di dapur.

"Cepat mandi sebelum-"

Aku langsung datang pada ibuku dan memeluknya dengan erat. Ibu yang tadi lagi masak, tentu saja terkejut dengan aksi tiba-tiba ku ini.

"Ibu… Maafkan aku…", bisikku padanya, ibu yang mendengarkanku bingung, tetapi dia membiarkanku memeluknya dan berkata.

"Ibu juga minta maaf, Lis… Maaf tidak bisa berbuka bareng denganmu selama ini." Ibu yang berminta maaf padaku membuatku tersentuh mendengarnya dan aku sangat terima kasih pada Tuhan untuk memberikanku kesempatan untuk meminta maaf pada ibu. Ibu… Maafkan aku.

Maaf walaupun hanya kata sederhana tapi kata itu mampu untuk meluluhkan hati, terkadang sulit bagi kita untuk memaafkan kesalahan orang lain, terutama kesalahan itu adalah kesalahan yang besar. "Barangsiapa memaafkan kesalahan orang lain maka Allah akan memaafkan kesalahannya pada hari kiamat." (HR. Ahmad)

The end

★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆

Yeay! Sudah tamat juga buku ini! Terima kasih para pembaca yang sudah tetap atau terus lanjut membaca buku ini ya! I'm so happy 😭!

Dan saya juga ingin mengucapkan,
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H bagi  yang menjalankannya, mohon maaf lahir dan batin ya 😊.

Dan sekali lagi mohon maaf jika ada perkataan, tulisan, atau ketikan yang tidak berkenan. Saya sungguh minta maaf.

Dan karena ini adalah chapter terakhir saya dan saya tidak tahu harus ketik atau ngomong apa lagi. Terima kasih dan maafkan saya! 🙏

P.s.
Btw saya ini bukan muslim ya… Tetapi non-muslim 😅 And I'm Chinese 😤.

#Day30
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara

Words : 1344

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro