15# Alzheimer (6) - Hoshi (SVT)
Part 6 from Safir
Dan setelah engkau mengetahuinya, hatiku hancur berkeping-keping.
***
Soonyoung's POV
Ini sudah sebulan aku berpacaran Hong Jae dan tentu saja kehidupan kami baik-baik saja. Hong Jae yang tidak bersekolah dan menjadi ibu rumah tangga, sekarang pasti sedang menungguku. Jujur saja, kadang aku agak khawatir dan selalu bertanya bahwa apakah dia baik-baik saja di rumah sendirian? Sebagai kekasihnya yang baik, aku harus tahu bagaimana keadaannya. Aku benar-benar tidak sabar untuk pulang.
Akhirnya waktu kuliah sudah selesai, aku dengan segera membereskan peralatan kuliahku lalu menuju pintu keluar dari kelas ini dan beranjak pulang ke rumah. Hong Jae! Aku datang!
Saat aku sedang dalam perjalanan pulang, aku terhenti ketika aku lewat dari toko Tv yang menayangkan sebuah berita di Tv. Aku pun mundur dan menonton berita tersebut.
"Apa Anda yakin kalau kasus ini sama dengan kasus seorang siswi dari SMA Gyeoundo yang bunuh diri itu?", tanya wartawan itu pada polisi tersebut. Tunggu dulu... SMA Gyeoundo? Bukankah itu sekolahnya Hong Jae?
"Benar sama persis, untung saja korbannya selamat, tetapi dia perlu dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari.", kata polisi tersebut sambil menggaruk leher belakangnya.
"Apakah bapak tahu alasan mereka bunuh diri?", tanya wartawan tuh lagi.
"Kemungkinan besar mereka bunuh diri karena stress dan juga pembullyan dari teman-teman sekolahnya seperti kasus Siswi SMA Gyeoundo, Hong Jae Ah. Dia bunuh diri karena pembullyan.", kata polisi tersebut mengungkap ulang kejadian kasus itu lagi.
Aku yang mendengar dari pak polisi tersebut, mataku langsung membesar karena terkejut sampai aku terus bertanya apakah aku salah dengar namanya tadi? Hong Jae Ah? Tidak mungkin... Tidak mungkin dia bunuh diri...
"Korban yang bernama Hong Jae Ah, apakah mayatnya sudah ditemukan pak? Saya dengar dari berita lalu, melaporkan bahwa mayatnya tidak ditemukan. Apakah itu benar, pak?", tanya wartawan itu dengan penuh penasaran.
"Ya, itu benar.", katanya dengan tegas.
"Awalnya kami tidak menemukan mayatnya, tetapi kami hanya menemukan tas sekolahnya di dalam sungai. Dan disitulah kami menemukan nama pemilik korban tersebut, Hong Jae Ah.", kata polisi pada wartawan tersebut.
"Maaf tetapi aku sedang sibuk sekarang. Bolehkan aku pamit?", tanya polisi itu yang masih dalam mengamati kasus tersebut.
"Oh, tentu saja, pak. Terima kasih ya pak. Anda sudah banyak membantu.", Kata wartawan tersebut sambil berterima kasih pada polisi tersebut dan bapak polisi itu melanjutkan kegiatannya.
"Baiklah pemirsa, kami akan menayangkan video kejadian kasus dulu tentang siswi SMA Gyeoundo yang bunuh diri. Silakan menyaksikannya."
Aku yang menonton video tersebut, entah mengapa seluruh tubuhku merinding langsung, aku melihat ada seorang ibu yang menangis pada saat kejadian tersebut dan juga seorang bapak yang terus mendorong polisi untuk masuk ke dalam TKP tersebut. Dan juga...
"Mengapa kejadian kasus lama ini ditayangkan lagi?" Aku membalikkan badanku dan melihat di belakangku, Hong Jisoo, teman seangkatanku juga sedang menonton berita tersebut.
"Ji-Jisoo?"
"Oh. Soonyoung? Wah, ternyata kau disini juga?", katanya padaku.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Oh, tidak aku hanya kebetulan lewat. Sepertinya kau sedang menonton berita ini juga.", katanya sambil tersenyum tetapi senyum tuh langsung hilang sekejap ketika dia menonton berita tersebut.
"Hei, kau tahu siapa siswi yang bunuh diri disana?", tanyanya padaku tetapi aku cuma menatapnya.
"Dia adalah adikku."
Jae Ah's POV
Aku yang sedang menonton berita tersebut, tidak dapat menahan tangisanku. Aku melihat ibuku menangis dengan kencang di TKP tersebut sedangkan Ayah terus memaksakan polisi untuk membiarkannya masuk ke dalam TKP. Aku yang duduk diam di sofa empuk ini, merasa bersalah dan juga menyesal telah membuat mereka bersedih karenaku. Aku yang enak-enak hidup santai dan nyaman disini, tidak memikirkan bagaimana keadaan keluargaku. Aku merasa cemas dan juga khawatir bagaimana dengan keadaan ayah dan ibu sekarang tanpaku.
Tiba-tiba ada suara bel masuk bunyi dan aku dengan segera mengelap air mataku dan mematikan siaran Tv tersebut dan dengan segera menyambut kedatangan kekasihku.
"Soonyoung? Kau sudah pulang? Aku sudah masak mie instan untukmu.", kataku seperti calon istrinya.
Ketika aku melihat Soonyoung masuk ke ruang tamu dengan keadaan pucat dan bermuka murung, aku bingung dan juga khawatir. Apakah dia tidak sehat? Tanyaku dalam pikiranku.
"Kau baik-baik saja? Kenapa murung sekali?", tanyaku padanya dan akhirnya dia mengangkat mukanya untuk melihatku, tetapi dengan tatapan bosan. Ada apa nih?
"Hong Jae... Besok kau ada waktu?", tanyanya padaku dengan nada lelah.
"Besok? Ada. Memangnya kenapa?", tanyaku dengan bingung.
"Besok aku akan mengajakmu keluar. Jadi siap-siap ya.", katanya langsung menuju ke kamarnya.
"Wah~ Benarkah?? Apakah kita akan jalan-jalan?? Tunggu dulu bukankah kamu harus kuliah besok?", tanyaku dengan semangat sebab Soonyoung mengajakku kencan.
"Besok aku cuti. Pokoknya siap-siap aja.", katanya langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya.
Aku yang melihat tingkah lakunya bingung karena dia seperti tidak bersemangat hari ini. Aku pun datang dan menuju kamarnya sambil mengetuk pintu.
"Soongyoung, tidak mau makan? Nanti mienya keburu dingin.", tanya ku di depan pintu kamarnya.
"Taruk saja di meja.", nyahutnya di dalam kamar. Aku yang dari tadi terus bingung, masuk ke kamarku dan memilih baju apa yang akan kupakai besok untuk hari kencan kita. Ini kencan kan?
Keesokan harinya, hari pun sudah datang dan aku tidak tahu kalau kita bakal berangkat sepagi ini dan lagi... Melihat Soonyoung memakai kemeja hitam beserta celana hitam, aku bingung mengapa dia memakai seperti itu, sebab cuaca hari ini panas sekali. Kita naik kereta beberapa menit disana dan turun menuju ke lorong gang sana. Dan setelah beberapa menit kemudian, akhirnya kami sampai di tempat pemakaman. Mengapa kita ke sini?
Aku melihat Soonyoung masuk ke dalam dan aku pun mengikutinya. Apakah hari ini adalah hari kematian seseorang? Tetapi siapa? Aku terus dan terus mengikutinya dan pada akhirnya kita sudah sampai. Aku melihat Soonyoung terus menatap guci pemakaman orang tersebut dan aku pun ikut melihatnya dan ternyata...
Hong Jae Ah
R.I.P
Meninggal pada tanggal 25 Mei 2***
Tempat/Waktu kematian : Jembatan Seoul, pukul 00:00 a.m.
Penyebab kematian : bunuh diri karena ditindas oleh teman-teman sekolahnya.
Itu guci makam ku...
"So-Soonyoung?", panggilku padanya dengan gemetar. Tidak mungkin... Dia sudah...
"Aku datang untuk melihat kekasihku... Yang sekarang dia ada di depanku.", katanya membuatku takut dan badanku terus gemetaran.
"A-Aku b-bisa jelaskan...", kataku sambil memegang tangannya walaupun tanganku terus gemetaran.
"Jadi selama ini kau sudah berbohong padaku?", katanya dengan nada marah.
"S-Soonyoung! Dengarkan aku dulu."
Soonyoung langsung melepaskan genggaman tanganku padanya dan melihatku dengan penuh kecewa.
"Aku sudah tahu semuanya, Hong Jae. Dan kau tidak perlu menceritakannya padaku lagi. Abangmu sudah menceritakanmu padaku.", katanya membuatku bingung. Abang? Tidak mungkin...
"Jae Ah?"
Aku membalikkan mukaku untuk melihat siapa yang memanggilku ternyata Oppa (Abang)!
"O-Oppa??", kataku dengan terkejut dan tiba-tiba Oppa langsung memelukku dan dia terus mengucapkan terima kasih pada Tuhan karena aku masih hidup. Aku melihat Soonyoung yang melihat kami berdua, tatapannya terhadapku belum berubah. Tatapan kecewanya padaku.
Dia pergi dan meninggalkan kami berdua di sini, aku terus memanggilnya tetapi ia tidak menjawabku. Pada akhirnya Oppa membawaku pulang ke rumah... Rumah ku yang sebenarnya untuk bertemu ayah dan ibu. Aku melihat Soonyoung mengabaikanku ketika berpamitan dengan Oppa. Ternyata dia adalah teman seakatan oppaku. Dia bahkan tidak mau menatapku dan langsung beranjak pulang.
Ketika kami dalam perjalanan pulang ke rumah, kami sudah sampai dan ketika ibu melihatku yang sekarang di depannya, dia menangis bahagia karena aku masih hidup dan memelukku dengan erat sambil berterima padaku dan juga Tuhan. Ayah pun juga langsung memelukku dan aku sudah merasa menyesal karena tidak pulang ke rumah sejak awal. Maafkan aku, ayah, ibu... Aku menyesal.
Akhirnya acara makan bersama pun sudah buka, ibu terus bertanya apa aku baik-baik saja atau segala hal macam tentang hidupku selama aku nggak di rumah ini sedangkan ayah terus mendengar omonganku. Ketika Oppa dengar kalau aku dan Soonyoung ada suatu hubungan, dia pun terkejut bahkan orang tuaku. Tentu saja siapa yang nggak terkejut tiba-tiba anaknya dapat pacar?
Hari sudah mulai sore dan aku baru sadar bahwa waktu terus berjalan dengan cepat. Aku pamit pergi sama ayah dan ibu dan ibu terus bersikeras menyuruhku tinggal aja bersama mereka, tetapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa meninggalkan Soonyoung sendiri dan pada akhirnya ibu mengizinkanku pergi, tetapi dia menyuruhku untuk pulang jika sudah kembali ke sana.
Oppa mengantarku ke rumah Soonyoung Dan akhirnya aku sudah tiba di rumah ku dan Soonyoung. Aku membuka pintunya dan masuk ke dalam untuk mencari Soonyoung dan akhirnya aku ketemu dia disana sedang duduk di sofa sambil menatapku dengan tatapan itu lagi. Aku melihat ada luggage di depannya dan mataku langsung membesar karena melihat situasi ini tersebut.
"Soonyoung... Kau..."
"Benar. Segeralah pulang, aku sudah mengemas barang-barangmu.", katanya dengan santai.
"Apa?"
"Bukankah seharusnya kau pulang? Jika kau sudah menemukan keluargamu, aku rasa kau tidak perlu tinggal disini lagi.", katanya sambil melipat lengannya ke dadanya.
"Apa artinya kau mengusirku?", tanyaku padanya.
"Ya.", katanya langsung dan bangkit dari sofanya.
"Aku ingin kau pergi.", katanya membuatku sakit dan seluruh tubuhku gemetar karenanya, tetapi aku tidak boleh menyerah dan cepat membujuknya.
"Soonyoung... Aku mohon biarkan aku jelaskan.", kataku ketika meraih lengannya, tetapi dia langsung menghindar dan melihatku dengan tatapan marah dan kesal.
"Kau tidak perlu menjelaskan apa-apa! Dan kau tidak perlu memberitahuku apa-apa... Aku sudah muak dengan semua kebohonganmu! Aku selalu bertanya selama kita berpacaran, apakah kau cuma mempermainkanku?"
"Soonyoung dengarkan aku..." Aku berusaha membujuknya tetapi dia terus memotong perkataanku.
"Selama kita hidup bersama, Apakah kau menyembuyikan sesuatu dariku? Apakah sekarang kamu mulai bosan bersamaku? Seberapa banyak kau sudah membohongiku?? Apakah hubungan kita ini sungguh tidak berarti bagimu?!"
SLAP!
Dan tanpa kusadari, aku langsung menamparnya dan air mataku keluar dan membanjiri di mukaku. Hatiku hampir sobek ketika mendengar omongannya dan aku tidak dapat menahannya.
"Dasar gila..." Dia membuka mulutnya dan aku melihat bibirnya koyak disebabkan oleh tamparanku. Dia mengangkat wajahnya dan menatapku dengan tatapan benci.
"Seharusnya ku bawa kau ke rumah sakit saja dari pada ke kantor polisi. Kau sudah menderita penyakit Alzheimer.", katanya langsung menuju ke kamarnya dan ketika dia melewatiku, ia berbisik.
"Jangan pernah datang ke sini lagi Hubungan kita berakhir sampai sini.", katanya membuatku tersentak dengan omongannya. Apakah ini berarti kita putus?
Dia langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya, aku yang melihatnya masuk ke dalam, menangis karena aku tidak percaya ini adalah akhir kita. Ini sungguhlah menyedihkan. Hatiku yang hampir sobek akhirnya tersobek menjadi belah 2. Dan apakah ini namanya sakit tak berdarah? Dari sekian lama, akhirnya aku mengalami bagaimana rasa sakitnya itu... Ini benar-benar sakit dan aku... sangat menyesal.
Pada malamnya, aku nginap di rumahnya untuk sementara dan esoknya aku tidak akan kembali ke sini lagi. Dan kenangan-kenangan kita lalui bersama kutinggalkan disini.
Maafkan aku dan aku benar-benar menyesal...
(The end... Taklah belum habis! Bercanda aja 😂)
To be continued...
★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆
#Day15
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
Words : 1757
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro