50. Usai.
"So, everything is over now?"
Miko yang barusan saja kembali dari kegiatannya menelepon dengan seseorang yang entah siapa, bergabung bersama Dara untuk duduk lesehan di salah satu sudut rooftop kantor. Di mana siang ini, nggak jauh berbeda dengan siang di beberapa hari belakangan, rooftop VER yang cozy serta normalnya menjadi buruan sebagai tempat membunuh penat mendadak sepi peminat. Penghuni gedungnya agaknya lebih tertarik menghabiskan jam istirahat untuk makan siang di kafetaria atau warung makan yang berpotensi dikunjungi oleh budak korporat dari gedung-gedung tetangga sehingga mereka bisa saling menggoreng gosip yang hari ini lagi hits.
Ugh, gimana nggak heboh? Kerabat dari President Director VER, perusahaan yang kemarin baru saja salah satu anak buahnya diterpa gosip selingkuh sama dua Selebritis sekaligus, tahu-tahu mengumumkan rencana pernikahan!
Pamela Harris cucunya salah satu keluarga old money negeri ini yaitu Donald Harris bakal merit sama anak Pelakor. Entah siapa yang berhasil secara instan mengorek-ngorek soal latar belakang Jevas Prambada. Mendadak gosip itu udah langsung simpang-siur di jagat maya! Menggeser nama Jatmiko Sadewo alias JS dari singgah sana tahta khazanah pergosipan. Praktis suara-suara soal bunuh diri Ayumi Sarasvati pun ikut mengendur.
Entah itu kabar baik atau justru buruk.
Tetapi, jika sampai hal itu dibiarkan mengamuk lebih jauh, rasanya malah bakal menyerang personal keluarga Pak Rega. Di mana itu udah jelas Mbahnya Buruk!
Lalu, bukannya membalas gumaman Dara yang melayang berbarengan dengan sepoian angin siang yang terasa terik menampar wajah, Miko malah langsung sibuk mengupas beberapa obat yang Dara bekal tadi pagi.
Mana tak lama dia malah meloloskan tanya super-ngeles ini pula, "Masih sakit banget nggak kaki kamu waktu dipakai jalan sepanjang hari ini?"
Melalui kode basa-basi itu saja Dara udah paham kalau Miko nggak ingin mengungkit soal apa yang barusan saja telah terjadi. Maka, Dara pun memilih meladeni sambil coba menuruti nasihat Ko Iyel untuk berani sedikit demi sedikit jujur nan terbuka ketika mengujarkan, "Nggak terlalu sih, Bang."
"Masa?" Miko yang kini beralih membuka satu bungkus nasi padang yang di-order-nya melalui ojol terdengar tak percaya. "Kalau sakit saya bisa gendong kok."
"Ih, Abang apaan sih!" Dara buru-buru menyalak bak anjing galak, tak ingin dirinya lebih dulu dikuasai oleh hawa-hawa salah tingkah yang sanggup mencipta rona kemerahan di seluruh wajah.
"Kan kamu senang saya gendong," ungkap Miko melalui nada bicaranya yang sedatar papan.
Dih! "Nggak loh ya dari kemarin aku juga selalu minta diturunin!" bela Dara kemudian begitu tak terima.
"Oh." Sependek itu. Lalu, pria yang duduk berselonjor seraya saling berdempetan bersama Dara tersebut meraih satu sendok plastik dari dalam kantung keresek bekas wadah nasi padang yang dia beli. Sesaat berikutnya, dengan sendok yang telah penuh terisi oleh nasi yang sedikit kekuningan akibat tersiram kuah sayur nangka favorit Dara, lengkap juga pakai rendang yang udah disuwir kecil-kecil tangan Miko tanpa diduga justru secara entengnya mengarahkan menu itu ke hadapan Dara.
Bikin perempuan itu kontan tertegun, serta mencicit cengo, "Ini ... Abang ngapain?" Matanya yang kontras melebar bahkan tak dapat melepaskan pemandangan berupa satu sendok yang siap meluncur kapan pun andai mulut Dara lekas luas ternganga.
"Saya lagi mau suapin kamulah. Nggak kelihatan?" Berbeda dengan Dara, Miko terus saja berhasil meluncurkan kata-katanya dengan begitu tenang nan santai.
Dara sendiri rasanya tak lagi segan untuk memutar bola matanya biar pun Miko boleh jadi melihat dan menganggapnya nantangin. "Maksud aku itu, kenapa Abang harus suapin aku?"
"Kok ya masih perlu ditanya?" sergah Miko retoris. "Tangan kamu luka. Babak belur begitu masih juga nggak berasa, hm? Dan, tadi pagi tangan kamu baru saja diganti perban baru. Terus, kalau kotor kena cipratan santan dan nanti tangan kamu pegang berkas buat laporan ke Rega gimana? Bau nangka sama sambal ijo nanti berkasnya!"
"Ihhh, ya nggak mungkin lah Bang kan kassa menyerap cairan tahu!"
"Halah! Ya, mungkin-mungkin saja. Sudahlah, cepat makan nih, tangan saya sudah pegal!"
"Pegal juga kan aku nggak minta."
"Sandara, buka mulut. Aaaa!"
"Ih, ya udah deh kalau Abang maksa mulu!"
Lalu, Dara menerima suapan yang terasa sedikit bagai de javu tersebut. Bedanya, waktu itu Dara yang mencoba menyuapi Miko serta berakhir dengan segala penolakan pria itu yang tak mampu Dara tembusi.
Huh, ironi kan? Miko selalu saja bisa dengan gampang dapatkan apa yang pria itu mau!
Bah!
Dara sendiri lantas mengunyah pelan-pelan mengingat dagunya pun masih sedikit nyeri. Kemudian, meski agak nggak yakin, tapi di lidahnya ada segurat rasa yang cukup familier. Dara nggak ingin ke-geeran sih, tetapi apa yang dia cecap di mulutnya sekarang emang mirip banget sama rasa nasi padang yang biasanya dijual di kantin Amera Clinic. Namun, mungkinkah? Itu kan jaraknya jauh dari VER!
Serta ya, entah iya atau bukan toh Dara nggak punya waktu buat sibuk mengurusi. Sebab, di sampingnya duduk dia tiba-tiba disuguhi pemandangan yang begitu di luar dugaan. Di mana Miko tampak menyuap ke mulutnya sendiri melalui sendok yang sama dengan yang barusan digunakan Dara!
Sehingga tak ayal perempuan itu tak sanggup menahan diri untuk tak memprotes, "Lho, kok Abang makan juga?!"
Menelan seluruh isi mulutnya dalam sekali percobaan, Miko menyahut apatis, "Terus, saya kudu nontonin kamu doang gitu?"
Dara mengerjap-ngerajap. "Ya enggak sih. Tapi, aku kira itu buat aku aja?"
"Memang kamu habis satu porsi?" timpal Miko dengan mata yang menuding secara bergantian ke arah Dara juga nasi padang yang boleh jadi baru bakal tandas dalam dua kali sesi makan oleh gadis itu.
Menyadari bahwa dia nggak mungkin dapat berkelit memakai cara lain, Dara memutuskan guna terus terang menjawab, "Nggak juga sih. Tapi, kan itu sendoknya bekas aku. Memangnya Abang nggak jijik?" Mengingat beberapa pria di sekitar Dara misalnya saja Pak Rega, yang bahkan nggak pernah mau makan barengan sama orang lain! Ada migrasi kuman yang nyata, katanya! Pun, Dara sekali pun sama Mbak May yang teman kulinerannya nggak pernah tuh makan barengan begini! Mereka selalu pakai sendok atau tangan mereka sendiri-sendiri pas makan!
"Terus, kamu mau saya lepehin?" tandas Miko sembari menunjuk asal mulutnya yang udah kosong.
"Ya bukan begitu juga sih, Bang."
"Terus, kamu ini maunya apa sebenarnya?!"
Lha, kenapa malah jadi Miko yang sewot coba?
Dara tanpa sadar hanya bisa kembali menghela napasnya. Sampai akhirnya cuma menukas aman, "Terserah Abang kalau begitu. Aku ikut aja."
Yang sontak dibalas Miko melalui satu dengkusan kasar.
Hih! Ngambekkan banget deh!
Namun, ya biar pun mukanya kentara banget betenya Miko toh tetap mengulurkan suapan kedua ke arah Dara.
Dan, gadis itu sedang berupaya menghaluskan satu daging buah nangka dalam rangkuman gigi-giginya kala netranya yang sejak tadi mengawasi Miko berhenti lumayan lama di bagian wajah pria itu.
Wajah yang lagi merengut. Wajah yang ... mengapa begitu sulit dibaca? Macam soal Matematika yang Dara gagal temukan rumusnya semasa dia sekolah. Wajah itu ... lekat sekali dengan teka-teki. Apa saja gerangan yang dipikirkannya, Dara rasanya sulit sekali untuk mengerti.
"Saya sudah mengabari Mama kalau sementara kita akan tinggal di rumah Kalibata. Kalau nanti Mama minta video call tolak saja," Miko tiba-tiba membeberkan info tersebut yang sekaligus bikin Dara otomatis mengerjap-ngerjap menyudahi sesi lamunan pendeknya.
"Muka aku masih kelihatan banget lukanya ya, Bang?" balas Dara kemudian dalam tanya.
"Hm."
"Tapi, kalau telepon boleh aku terima?"
"Kalau kamu nggak keberatan ngeladenin Mama yang kepo. Go ahead!" Miko mengedikkan pundak lebarnya secara acuh tak acuh.
Dara mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Mengerti bahwa bila bertemu muka maka nggak akan mudah baginya menyembunyikan sesuatu dari Mama Asmita yang nyaris nggak pernah mempan dia kelabuhi. Jadi, ya mungkin dia akan nge-chat sambil sesekali beralasan sibuk di VER sampai menunggu kondisinya baikkan.
"Oh iya, Bang ... tadi pagi di rumah sakit nggak kelihatan suami Mbak Prita. Mas Kavi ... ditangkap Polisi?" tanya Dara hati-hati. Takut Miko ternyata nggak suka juga bila dia membawa-bawa topik ini.
Dan, benar saja Miko nggak suka. Buktinya dia langsung menyergah galak, "Nggak usah Mas-Mas-an! Memangnya kalian lahir dari Ibu yang sama?!" Pria itu bahkan memelototi Dara yang ... padahal pas Dara manggil Mas Linggar meski dia nggak kakak-adikkan pake embel-embel serupa, Miko nggak ada protes tuh. Aneh nggak sih?
"Dan, dia sudah di rumah sakit. Dia datang waktu kita berangkat," imbuh Miko melunak.
Yang membuat Dara gatal demi lagi-lagi mendesak, "Apa nggak papa biarin dia di dekat Mbak Prita dan anaknya, Bang?"
"Di negara ini bahkan nggak ada hukum yang bisa melarang suami serta ayah untuk berada di dekat istri dan anaknya kan?" pungkas Miko yang sama sekali nggak mungkin bisa dibantah Dara. Karena, nyatanya memang begitu.
"Jadi, habis ini Abang mau lakuin apa?"
Miko mengangkat bahunya. "Just wait and see, patiently." Pria itu kontan menolehi Dara. "Anyway, ibu kamu punya anak lain selain kamu?" sambungnya sungguh tak terduga.
"Hah?"
"Dengar apa yang dibilang Kapravda tadi? Kamu mirip adiknya. Kamu ... juga merasa bahwa di VER bukan pertama kalinya kalian bertemu? Benar begitu?"
Dan, Dara tiba-tiba saja bak kayu yang hendak ditebang. Reaksi yang sama dengan yang beberapa waktu lalu dia pajang sewaktu tengah berada di ruangan Pak Rega untuk menadahi satu topik yang serupa.
Ugh! Tak hanya menegang, dia merasa bak sedang dibelenggu dalam simpul tali yang kuat. Bahkan, gelengan yang kemudian dia keluarkan demi membalasi Miko tampak sangat patah-patah seolah ada batu besar yang ditaruh persis di atas puncak kepalanya.
Batu yang mungkin juga dapat menghancurkan harapannya agar Miko tak tahu terlalu cepat.
***
"Gue baru saja berhasil menemui seseorang."
Pria itu sayup-sayup mendengar tangisan bayi yang kejar dari seberang sambungan.
"Seseorang yang lemah sekali dan kalau gue habisi maka akan ada orang-orang yang hilang kendali serta ngerasa kalau mereka sedang hidup dalam neraka."
"Tapi, bukannya itu balasan yang setimpal? Gue ... akan kasih tahu hukuman apa yang pantas bagi mereka yang berani menipu gue!"
"Kav—"
"Shhhhh! Gue udah berkeputusan. And, you know? I will never forgive what is done. Dan, lo harus lakuin itu buat gue."
"Maksud lo ...?"
"Lo tentu tahu apa yang gue maksud. So, jangan pura-pura bego, Kapravda! Lo ... udah berpengalaman dengan yang kotor-kotor sejenis ini kan?"
***
Kami kembali.
Sisa 6 bab lagi di sebelah. Mulai bingung mau move on ke cerita apa? Kamyu pengen baca lanjutan cerita yang mana hayoo? Sapa tahu kita satu suara 😳
Terima kasih udah terus baca sampai sini dan sana 💜💜💜
Bab 63 spoiler.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro