Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

29. Drama.

Pamela Harris, kalau dibilang Model yang underrated, atau not well-known, nameless auhg, whatever you name it, ya ... nggak juga sih. Batavia International Management, agency yang menaunginya bahkan telah berdiri nyaris sejak 23 tahun lalu, pamornya di industri fashion nggak pernah padam, mereka juga rutin mengirim talenta muda berbakat ke event-event fashion kelas dunia. Kendati, gaungnya mungkin nggak sekeras Ayumi Sarasvati yang berkat prestasinya di Face of Asia langsung jadi buah bibir di seantero negeri, tetapi Miko yakin bahwa Pamela bisa mengantarkan pesan marketing VER dengan baik.

Ugh!

Okay, seperti yang dikatakan oleh Priyanka dalam rapat kemarin, untuk produk hijab yang mereka usung agaknya Pamela adalah pilihan yang boleh jadi bukan the very good one. Bukannya apa-apa, tapi sekilas dari tampilan feed media social-nya saja di mana perempuan itu sering banget berbikini juga menebar pusar ke mana-mana, which is dia tentu akan atau justru sudah menjadi santapan empuk bagi mereka-mereka kaum sangean yang nggak ngerti seni.

Namun, ya apa pun itu, sekali pun dia secara personally sangat bertentangan dengan image wanita berhijab, tetapi toh dia Model, dan pekerjaannya itu tentu akan selalu menuntutnya agar menjadi profesional. Lagi, Miko sudah punya ide sendiri. Di mana dia rasa, biar pun reputasi Pamela ini tergolong amat liar—sekali lagi, untuk representation wanita-wanita yang hijaban—but, every woman's success should be an inspiration to another. Woman empowerment merupakan salah satu tagline marketing yang sangat digandrungi belakangan. Dengan menggeret konsep cheer all woman, siapa tahu Miko bisa membuat cerita mengharu biru nan mengundang simpati yang relate dengan petualangan hidup Pamela bersama VER Hijab. Once more time, marketing is no longer about the stuff you make, but about the stories you tell. Dan, Miko percaya Pamela bukanlah seseorang yang sulit untuk diajak bekerja sama.

Yap.

Sedetik lalu, ketika laki-laki itu baru membuka pintu kaca salah satu breakfast cafe paling hits se-Jakarta, yang hidangan rice porridge-nya katanya lebih enak dari gerobak bubur ayam kaki lima sehingga counter kasirnya selalu ramai oleh antrian manusia, Miko masih berpikir bila pertemuannya pagi ini sekadar formalitas. Dia akan mendapatkan persetujuan Pamela, lantas melakukan syuting iklan sesuai jadwal tanpa kendala. Miko tahu bahwa segalanya bakal dengan mudah dia kendalikan seperti biasa.

Sebelum suara lontaran benda jatuh, serta ribut-ribut orang bicara kontan menyergap seluruh perhatian mata dan telinganya.

Miko masih terus coba berjalan mendekati kerumunan karena toh agaknya Pamela duduk di sekitaran sana. Dia beberapa kali berupaya melongokan kepalanya melewati bahu-bahu pengunjung yang otomatis membuat lingkaran di sekitar kejadian. Tapi, selain helai-helai rambut berwarna pirang, praktis nggak ada yang dapat Miko temukan. Tak menyerah, dia kemudian menyetop seorang Mbak-Mbak yang melintas di dekatnya sambil membawa baki berisi mangkuk pecah.

"Itu di depan kenapa ya, Mbak?" tanya Miko kepo.

Mbak-Mbak berseragam t-shirt merah itu meringis. "Itu ... Mas, ada Mbak Pamela Harris. Yang Model beken itu loh. Biasalah. Lagi tipsy kayaknya dia."

Miko sontak melebarkan netranya.

Jadi, ribut-ribut ini tuh ulahnya ... Pamela? Dan, apa? Biasa? Tipsy? Oke, kobam bukanlah sesuatu hal yang aneh bagi Miko, sometimes dia juga suka minum-minum sampai teler. Namun, mau meeting loh dia! Gila saja tuh Pamela!

Maka, tanpa babibu, seraya menahan kedongkolannya yang bisa kapan saja meledak, pria itu segera bergegas memecah kerumunan demi menghampiri cewek yang lagi teriak-teriak nggak jelas.

"Kenapa sih? Kurang apa sih? Gue cantik, sexy, bibir gue kissable, mana gue juga Model populer! Duit gue banyak! Tapi, bukan berarti dia boleh ngerampok duit gue nyampeh dua Emh! DUA EMH MILIYAR YA, BOK! Bukan duit mainan monopoli!!"

Miko melihat melalui mata kepalanya sendiri saat sesosok cewek dengan surai sewarna rambut jagung menjambak-jambak dirinya sendiri sembari menunjuk-nunjuk beringas ke segala arah. Beberapa pengunjung bahkan terang-terangan terus mengambil gambar dan video-nya.

Hadeh! Sial! PR Miko pasti bakalan banyak habis ini. Oleh sebab itu, sebelum adegan drama mabok-mabok Pamela makin heboh dan digoreng ke sana-sini. Miko lantas cepat tanggap beranjak demi mengeliminasi jarak. Dia bahkan langsung menggamit erat lengan ramping Pamela. Sebelum sebelah tangannya lantas melinggar di sekitaran pundak perempuan itu. Dan, dari jarak tersebut dapat sungguh dapat terhidu bau alkohol yang menyengat menampar-nampar tepian hidung Miko.

Cih! Apanya yang tipsy? Ini sih dikit lagi juga paling nyungsep saking telernya!

"Auuuh, Sayangkuh baru datang yahh? Lama tahuuuk nunggunya! Manaa duit dua emh akuhh? Manaa manaaa? Balikinnn! Kan akuh udah kasih buat bayar DP gedungnyah kok kamuh malah tilep sih? Nih, akuh ditangih lagi sama WO-nyaaah!"

Miko mengibaskan jari-jari tangan Pamela yang mulai berlari ke atas kepalanya dan menjambak-jambak helai-helai rambutnya.

"Apa sih?" desis Miko tajam.

"Ihhh kok apaaah? Heum, akuh terancam digorok Donald Harris tahukkk! Masa akuh harus jual anak-anakkuhhh? Giuseppe Zanotti yang harmony nggak akan akuh jual! LV akuh juga enggak boleh! Jimmy Choo, YSL enggak engak mauuuu pokoknyaaa semuanya kesayangankuh. Jadi, kamuh mesti balikin duitnyaaah!"

Entah Pamela ini mengira Miko siapanya? Mengingat dia ngungkit-ngungkit soal WO, mungkin cewek ini mau nikah? Miko belum dengar beritanya sih. Dan, sama sekali nggak paham dengan tagihan 2 Miliyar yang terus cewek ini serukan.

Lalu, ketika ia melirik ke arah kerumunan yang masih saja setia melingar bersama ponsel yang teracung tinggi membidik ke arah mereka, Miko paham bahwa dia harus cepat-cepat membawa cewek berisik ini menyingkir dari sana daripada gosip bakal bergolak kian liar dan panas.

Maka, sambil mengunci dua tangan Pamela yang tiada henti bergoyang-goyang tak tentu arah, Miko langsung berupaya membimbing langkah. Mereka mungkin baru berhasil berjalan sekitar satu meter dari lokasi awal cewek ini bikin huru-hara saat Pamela tiba-tiba menghentikan laju tungkainya untuk kemudian menyerong ke arahnya.

Miko masih menatap cewek itu dengan rautnya yang bingung sewaktu mendadak dia menyeruduk kasar dagu Miko menggunakan kepalanya sehingga membuat pria tanpa pertahanan itu kontan roboh dalam seketika. Dan, sialnya udah jatuh, ditonton oleh banyak pasang mata pula, terus dia masih harus menerima tubuh tak ringan Pamela yang menindihnya di lantai sambil muntah!

Oh, Tuhan!

Astaga!

Sungguh sialan!

***

Dara telah tiba di VER sedari kurang lebih sekitar sepuluh menit lalu. Serta, layaknya rutinitasnya belakangan semenjak atasannya tak hanya Pak Rega seorang, Dara tak akan langsung berdiam di workstation-nya. Dulu, tentu dia bakal sibuk beberes. Sering kali, tak perlu menunggu cleaning staff dia bahkan bakal buang sampahnya sendiri. Dia juga selalu bikin teh atau kopi sendiri. Namun, beberapa hari ini udah enggak lagi. Dia merasa tak mampu berdiam lama-lama di mejanya serta melakukan kesemuanya itu. Entah mengapa kendati tak ada orang lain, Dara tetap merasa bahwa dirinya sedang diawasi. Jadi, dibanding terjebak dalam perasaan itu, Dara lebih suka menghabiskan waktunya di toilet sambil menunggu waktu di mana normalnya Pak Rega akan datang ke VER.

Dan, kini seperempat jam sebelum operasional kantor resmi dimulai—di mana Pak Rega juga lumrahnya segera sampai di menit-menit ini—Dara masih betah berdiri guna menghadapi cermin yang memantulkan sosoknya.

Nggak ada lagi Dara yang pucat. Dia udah pastikan telah memoles lipstik merah tebal-tebal di atas bibirnya. Rencananya, setelah menaruh tas serta beberapa berkas revisi dari divsi keuangan yang kebetulan memang sempat pending response ke ruangan Pak Rega, Dara bakal mengantar paper bag berisi jaket Mas Linggar yang dipinjamnya semalam. Daripada dikira hamil lagi oleh orang lain—mana itu juga ruangan Miko kan—jadi, ya Dara pastikan untuk tampil sesegar mungkin hari ini.

Sekali lagi, Dara menepuk-nepuk pipinya yang sepertinya sedikit lebih tirus. Masa sih beberapa hari doang nggak nafsu makan berat badanya langsung turun?

Oh, entahlah!

Masih banyak yang menganggu pikiran Dara dari sekadar perkara berat badan. Itu mengapa selanjutnya ia lantas mengeluarkan satu tablet dari dalam botol kecil yang kembali ia simpan dalam tasnya, untuk kemudian ditelannya tanpa minum.

"Rileks, Dara," bisiknya menyemangati diri sendiri. "Kamu harus tetap kerja. Buat diri kamu sendiri yang harus tetap punya masa depan jika pun suatu hari ternyata pernikahan ini nggak berhasil. Buat Ibu di rumah yang udah mempertaruhkan segalanya yang beliau punyai buat kamu. Kapravda atau siapa pun enggak berhak merenggut masa depan yang udah kamu perjuangkan habis-habisan hingga di titik ini. Kamu pasti bisa, Dara. Pasti bisa!"

Dara sontak mengehela napasnya dalam-dalam sembari erat memejam. Lalu, ketika netranya kembali terbuka untuk menemukan bayangan sosoknya yang pagi ini tampil dalam balutan satu blouse warna merah muda, Dara tahu kalau hidupnya tentu hanya bisa dia perjuangankan melalui tangannya sendiri. Dia mungkin tak mampu mengatur takdir berikut orang lain, tapi dia kuasa mengatur dirinya sendiri. Untuk selalu terjebak dalam lembah menakutkan, atau keluar serta hadapilah segala rintangan yang menghadang.

Seraya meraih paper pag yang ia letakkan di atas tembok wastafel, Dara lalu memilih melangkah keluar dari sana.

Kemudian, di dekat meja kerjanya di lantai puncak gedung, dia justru dapati Pak Rega yang berkemeja merah sudah berdiri seraya melipat lengan di sana.

Dara bahkan belum menyapa ketika Pak Rega tahu-tahu menembaknya dengan tanya, "Mana Miko?"

Satu pertanyaan pendek yang toh hanya sanggup Dara kerjapi. Sebab, setelah membiarkannya berangkat bareng Maula, dia bahkan nggak yakin ke mana kiranya Miko yang tadi tampak begitu terburu-buru lantas bergegas pergi? Enggak kah dia udah sampai VER? Atau, malah dia balik lagi ke Tangerang?

Dara ... enggak tahu. Karena, semalam bahkan hingga tadi pagi sewaktu mereka papasan di depan kulkas, pria itu tak juga bicara apa-apa. Dan, Dara sendiri terlalu tak enak hati untuk mengajak Miko yang mukanya terlihat keruh nan terlipat-lipat itu bicara lebih dulu.

Oh! Siapa yang menjamin Miko tak akan meledak dan menjebak Dara dalam pertengkaran kan? Pun, jika benar tadi pagi mereka bertengkar, Mbah Nung yang ada di rumah mungkin akan kian memandang buruk Dara.

Actually, Dara beserta segala keputusannya cuma akan serba salah kan?

***

Halo kami kembali, maaf ya lama 🙈

Bwang Mikoh lagi sibuk ngadepin another drama, Mbak Dara 😈

Dan, selamat datang Pamela anuannya Mas Jevas 😳

Masih betah baca cerita ini?

Terima kasih ya udah mau menunggu dengan sabar dan mengikuti cerita ini. Anyway, simbaak selalu baca komentarnya loh ya. Makasih atas dukungannya buat cerita ini, bahkan cerita simbaak di sebelah, juga cerita lainnya bahkan nyampe ke KK juga.

Anyway, buat kamu yang belum tahu pertemuan pertama Bwang Mikoh sama Mbak Dara termasuk juga perjalanan Dara liburan ke Vietnam ada di KK ya.

Yowes. Kira-kira akyu besok bisa langsung update lagi nggak nih? Di seblah aja sehari 5 bab loh ya 😈

Masih saya pantau dramanya eh pantainya 😒

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro