Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Self Publish

*Terbit Self Publish yang Membuat Banyak Orang Mendadak Kaya*

Serius? Itu pasti yang ada di benak Anda ketika membaca judul di atas. Ya, ini lebih dari serius. Tunggu, jangan mengernyitkan kening dan tertawa sinis dahulu. Saya belum selesai bercerita tentang dahsyatnya penghasilan yang didapat dari Self Publish. Sebentar, pastikan Anda tidak berpaling dari catatan penting kali ini, tinggalkan sejenak aktivitas, dan dengarkan pengalaman yang ingin saya bagikan kali ini.

Beberapa tahun lalu, ketika LovRinz sedang lucu-lucunya belajar berjalan, saya ingat sekali, penulis yang memilih menerbitkan naskahnya di penerbit indie, masih belum sebanyak saat ini. Awal mula LovRinz menerbitkan naskah penulis yang memilih Self Publish (selanjutnya akan saya singkat dengan SP), adalah penulis yang mengupload naskahnya di platform kepenulisan Wattpad. Berbekal sejumlah pembaca fanatik, penulis memberanikan diri menerbitkan SP. Semua dikerjakan sendiri, mulai dari editing naskah, melayout naskah menjadi tampilan siap cetak dan membuat desain sampulnya sendiri. Ya, semua itu dikerjakan demi menghemat budget. Bagaimana jika penulis tidak bisa menyiapkan naskah sendiri? Tenang saja, biasanya penerbit indie membuka layanan jasa pracetak. Namun, ini akan membutuhkan biaya, walau saat-saat sekarang, biaya pracetak yang disediakan penerbit cukup terjangkau, tidak seperti beberapa tahun lalu yang lumayan menguras isi dompet. Harga paket penerbitan di berbagai penerbit cukup beragam, dan jauh lebih murah dari  zaman saya menerbitkan buku pertama saya “Keping Hati” di tahun 2013 lalu. Kemudian penulis mempercayakan naskahnya untuk diajukan ISBN (International Serial Books Number), dan dicetak dengan sistem POD (Purchase on Demand). Bila penulis memiliki pembaca militan yang banyak, maka bisa dipastikan, bukunya akan terjual banyak pula.

Belakangan, seiring waktu berjalan, fenomena penulis online semakin marak, karena media social memegang peran paling penting untuk menghasilkan penulis-penulis dadakan (mendadak jadi penulis). Terutama makin menjamurnya platform-platform menulis selain wattpad, membuat stok naskah/cerita yang berpeluang dibukukan dalam bentuk fisik semakin besar. Peluang ini juga yang membuat banyak penerbit-penerbit indie bermunculan.

Nah, para pemilik tulisan yang nangkring di platform, biasanya sudah mendapat penghasilan, ketika bergabung di platform yang menggunakan sistem kontrak. Namun, banyak juga penulis yang memilih membukukan tulisannya melalui jalur SP. Mengapa tidak menawarkan tulisannya ke penerbit konvensional? Jawabannya sungguh mencengangkan. Sebelum saya paparkan jawabannya, saya cerita sedikit mengenai trend mengirimkan naskah ke penerbit mayor.

Dahulu, sebuah kebanggaan bila seorang penulis menerbitkan naskahnya melalui penerbit konvensional (penerbit mayor, seperti Gramedia, Elex, Gagas Media, dll). Mengapa demikian? Ya, tentu saja karena mejeng di salah satu rak di toko buku itu, keren dan jadi sebuah gengsi tersendiri. Itu bisa berhasil jika penulis memang sudah punya nama besar, punya fans banyak dan lain hal yang mendukung kemungkinan besar bukunya bisa terjual banyak di toko buku konvensional. Akan tetapi, itu tidak bekerja dengan baik jika penulis bukanlah siapa-siapa, belum punya personal branding yang kuat, ceritanya kurang menarik, mungkin, atau tidak kuat bersaing dengan ribuan buku yang juga menunggu nasibnya di rak-rak selasar toko buku. Bila kurang beruntung, paling tidak 3 bulan pertama apabila buku tidak menarik, secara penjualannya kurang bagus, buku itu sudah turun dari rak. Paling lama ia bertahan hanya 6 bulan saja. Selebihnya, bersiap dikembalikan ke distributor, atau berujung beradu nasib di box obralan.

Selain itu, tentu saja yang disoroti oleh penulis-penulis indie (yang lebih suka menerbitkan buku melalui penerbit indie baik terbit gratis melalui pinangan penerbit ataupun melalui jalur Self Publish) adalah royalty yang diperoleh.

Saya akan mengajak Anda untuk ikut berhitung. Soal perhitungan ini sempat saya posting di media social Facebook beberapa tahun lalu. Angka-angka yang saya paparkan, bikin ngiler para penulis online. Ini menarik sekali, sebab sangat jarang penulis mau buka-bukaan berapa royalty yang diperolehnya ketika bukunya terbit dan terjual.

Kita tahu bersama, saat ini, penulis itu adalah profesi yang menggiurkan. Namun, bagi penulis mayor, ini akan jadi tumbukan keras di hati. Akan sangat menyakitkan ketika mengetahui sebuah fakta, 1000 eksemplar terjual di toko buku akan jauh royaltinya dibanding dengan jumlah yang sama, tetapi terjual melalui online (penerbit indie, atau lewat penulisnya sendiri). Kenapa bisa begitu? Nanti akan saya terangkan pada waktunya.

Sebelum sampai ke perhitungan itu, saya ingin mengisahkan seorang sahabat saya yang memilih menjadi penulis Self Publish daripada kerja kantoran. Sebelumnya, ia adalah karyawan sebuah perusahaan swasta, dan ia menulis di sela-sela waktu istirahatnya. Beliau menulis rutin di aplikasi oren (sebutan untuk aplikasi menulis Wattpad). Awalnya ia tak percaya diri untuk menerbitkan naskahnya melalui jalur Self Publish. Namun, saya yakinkan ia, karena ia sudah memiliki pembaca tetap dan juga tergabung dalam komunitas menulis yang cukup memiliki banyak anggota. Dan kebanyakan pembacanya, tak puas hanya membaca di media online. Membukukannya adalah pilihan tepat.

Dan, tiba pada waktunya, ia akhirnya menerbitkan buku. Gayung bersambut. Sistem penjualan bukunya menggunakan sistem Pre Order  dengan jangka waktu tertentu. Saya ingat sekali, tahun 2015 adalah tahun pertamanya menerbitkan buku melalui Self Publish. Dan di PO pertama, bahkan sebelum tanggal tutup PO berakhir, pemesan bukunya mencapai angka 300 eksemplar. Ini angka yang cukup fantastic untuk penulis pemula (ia menyebutnya demikian karena merasa masih baru di dunia literasi apalagi ini novel pertama yang ia terbitkan).

Dengan riang gembira, ia menghampiri saya. Rekapan penjualan tiga ratus eksemplar lengkap dengan alamat pengiriman, membuat saya sungguh terharu. Ia tidak membutuhkan modal untuk mencetak bukunya. Kok bisa? Ya, tentu saja bisa. Ia juga tidak mengeluarkan biaya untuk jasa pracetak bukunya, sebab ia bisa mengerjakannya sendiri.

Mari kita mulai berhitung.
Harga jual bukunya pada waktu itu, 90.000 rupiah. Dikalikan 300 eksemplar. Ia mendapat dua puluh tujuh juta. Karena waktu itu ia menerbitkan melalui digital printing, maka ia mengeluarkan biaya kurang lebih 30rb per buku. Ia hanya mengeluarkan sembilan juta untuk membayar biaya cetak digital print, untuk bukunya.

Tak sampai sebulan setelah PO pertamanya, ia kembali mengorder cetak untuk jumlah yang lebih besar. 400 eksemplar. Luar biasa, bukan. Amazing. Inilah nikmatnya Self Publish dan dijual melalui online. Betapa dahsyatnya peran media social. Tak perlu saya hitungkan kembali, berapa yang ia dapatkan.

Mungkin bagi sebagian besar penulis yang sudah biasa memilih Self Publish, ini bukanlah hal yang luar biasa dan bukanlah sesuatu yang wow. Tapi bagi sebagian penulis yang belum memahami ini, self publish adalah hal yang bisa saja dianggap cahaya Ilahi, untuk kondisi super istimewa pada masa-masa sekarang ini.

Kebanyakan 1000 eksemplar rata-rata penulis mayor (yang bukunya terjual di toko buku) --biar mudah saya hitung dari harga jual 100.000-- penulis paling mendapat 10 juta (ini kalau royaltinya 10% *prosentase ini dari beberapa teman penulis yang menerbitkan naskahnya melalui penerbit konvensional), belum lagi dipotong pajak dan administrasi lainnya. Namun, bila jumlah yang sama untuk penulis yang menjual bukunya melalui indie dan memilih jalur self Publish, penulis bisa menerima royaltinya utuh tanpa dibagi-bagi ke penerbit atau distributor. Misal, untuk perhitungan royalty di LovRinz, harga 100.000, penulis mendapat royalty sebesar 40% (ini kalau naskah dipinang oleh Lovrinz), namun untuk terbit mandiri self publish, penulis hanya perlu menyisihkan untuk biaya cetak, ya, anggaplah biaya cetak 30.000, bila harga jual seratus ribu, penulis sudah mengantongi 70 juta, bila terjual 1000 eksemplar. Hebat, kaaan.

Masih gak percaya, kalau self publish bisa bikin kaya?

Baru-baru ini, awal Oktober 2021 (tanggal 4) saya membuka pre oder sebuah novel berjudul Malang Untold Story. Buku ini buku duet penulis indie, yang diterbitkan self publish. Kami buka di market place untuk 1000 eksemplar dengan harga 99.000. Luar biasa, hanya sehari. Ya, hanya sehari, 1000 eksemplar sudah habis. Saya sungguh excited ketika dalam perjalanan menuju Malang untuk mengikuti Grounded Books Writing Workshop, di dalam bus, saya mengikuti perjalanan detik-detik habisnya stok Malang Untold Story.

99.000.000 sudah nyata. Dikurangi biaya cetak tiga puluh sembilan ribu per buku. Bisa dibayangkan, berapa yang diterima penulis hanya dalam waktu sehari, kan.

Masih banyak contoh penulis yang menerima keberkahan luar biasa dari menulis dan menerbitkan bukunya melalui self publish. Angka yang luar biasa untuk seorang penulis yang hanya dikenal melalui online. Tidak mejeng di toko buku. Ia hanya memastikan dirinya rutin menulis di platform menulis online, dan meyakinkan pembacanya bahwa apa yang ia tulis adalah sebuah cerita yang layak mendapat tempat di hati pembaca dan pantas untuk dikoleksi buku fisiknya.

Tak sedikit penulis yang sudah makmur dari merasakan pendapatan real dengan menulis. Membangun rumah, menyekolahkan adiknya, mengumrohkan dan menghajikan orangtuanya, bukanlah sekadar impian. Sudah beberapa penulis LovRinz mengabarkan berita bahagia, ketika ia berhasil membangun rumah dari self publish. Betapa senangnya ketika melihat orang tuanya naik haji. Dan berbagai macam kabar gembira lainnya ketika menerima transferan dari penjualan bukunya.

Ini impian yang bukan hanya menjadi milik satu dua penulis. Ini menjadi mimpi besar penerbit LovRinz yang punya impian satu juta penulis LovRinz bisa terbit buku solonya melalui jalus Self publish dan terjual ribuan eksemplar hanya melalui penjualan indie, penjualan online, lewat penerbit maupun market place. Sebuah impian yang besar, yang sangat yakin saya katakan, penulis-penulis indie sekarang adalah profesi yang paling dicari, paling diminati, yang menulis jutaan judul dengan kisah-kisah inspiratif dan motivasi untuk penulis-penulis muda lainnya.

Mau mencoba jalur ini?
LovRinz siap melayani ...

Rina Rinz
Authorpreneur
Cirebon

#HappyWriting
#Writingwithpower
#SelfpublishLovRinz

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro