Part 25 - Pacaran Lagi?
"Perasaan lo baru pergi tadi, kenapa sekarang udah di sini lagi?" tanya Agnin dengan sinis.
Jino terkekeh, ia melihat brosur yang ia titipkan di cafe lalu menelusuri setiap sudut cafe. Agni ini pintar juga dalam berbisnis, cafenya terhitung baru tetapi pelanggannya sudah cukup banyak, benar-benar luar biasa.
"Gimana? Udah ada yg ambil brosur ini belum?" tanya Jino seraya menarik brosurnya.
Agni menggeleng, "Hari ini semua orang pesen ice coffee dan gue denger mereka ngunyah tuh es batu alias gigi mereka sehat semua!"
Jino tergelak, "Tawarin aja, mana tahu ada sepupunya."
Agni menghela napas, "Berat banget ya kerjaan gue."
"Makanya kayak Haruku dong, kerjaannya menenangkan diri," kata Jino.
Agni tertawa, "Menenangkan diri dari Hongkong! Kata Haru, yoga juga capek tahu!"
"Yah dari pada Yogi, lebih capek."
"Siapa Yogi?" tanya Agni.
Jino terkekeh, "Satpam kampus yang nyebelin banget."
"Dih! NGGAK PENTING BANGET!" protesnya.
Jino terkekeh, "Abis, yang pentingnya masih yoga yah? Haruku beres jam berapa?"
"Euh. Onta! Bilang kek dari tadi nanyain Haru beres jam berapa! Pake basa basi segala lagi lo!"
Jino tertawa, "Gue menjaga perasaan lo, takutnya iri sama yang pacaran."
Agni menatapnya penuh perhitungan, "Gue giling juga lu!" teriaknya.
"Nggak apa-apa kok kalau mau digiling, gue ikhlas soalnya gue udah punya pacar," jawab Jino.
Agni melebarkan matanya. Pria ini kenapa sih? dia kerasukan apa? Hmm. Agni lupa, dia kerasukan setan pacaran.
"Nggak jadi ngegilingnya gue. MALES!" gerutu Agni.
Gadis itu beranjak dari tempatnya untuk masuk ke dapur lalu kembali lagi dengan membawa bungkusan plastik berisi bubuk minuman yang ia tuangkan ke dalam wadah.
"Tapi Ni, pacaran asik tahu," bisik Jino tiba-tiba.
Agni menghentikan kegiatannya. Ia menatap Jino dan berkata, "Lo mau nungguin Haru sambil ngerecokin gue kerja ya?"
"Hehe, soalnya Haruku nggak bisa diganggu. Gue ganggu lo aja gimana?"
Agni menggelengkan kepalanya, tak habis pikir, "Emang muka gue nih muka-muka orang yang pantas untuk diganggu ya? Nggak Endra, nggak lo. Sama aja," katanya.
Jino tergelak, "Wah. Cewek emang seneng banget ya bilang kalau semua cowok sama aja."
"Bodo amat," gerutu Agni. Ia selesai dengan kegiatannya. Gadis itu menatap Jino dengan nyalang, "Lo duduk aja deh sana! Gue bikinin kopi! Gratis! Dari pada lo berisik banget di sini," katanya.
Jino tersenyum, "Gitu dong Ni, kan asik kalau dari tadi ditawarin gratisan."
"Ya Allah. Nih orang bener-bener," gerutunya.
****
Haru sudah selesai dengan kelas yoga pertamanya. Ia mengelap wajahnya yang dipenuhi keringat dan turun sebentar untuk membeli minuman dingin yang bisa menyegarkan tenggorokannya, tetapi baru sampai tangga ... matanya terbelalak sementara senyumnya melebar saat mendapati seseorang sedang meminum kopi di depan sana.
"Loh, Jino!"
Haru berlari kecil, mempercepat langkahnya dan melewati Agni begitu saja lalu duduk di hadapan Jino.
"Kamu balik lagi ke sini? Apa gimana? Tadi ngabarin aku, katanya udah sampe kampus."
Jino tersenyum bahagia mendengar pertanyaan Haru kepadanya hari ini, dia menyimpan gelasnya dan menatap Haru dengan gembira, "Kangen," jawabnya.
Semburat merah muncul di pipi Haru, membuat Jino tertawa dibuatnya.
"Kamu makin cantik kalau malu-malu gitu."
"Ini bukan malu-malu," sanggah Haru.
"Terus? Apa dong?" tanya Jino.
Alih-alih menjawabnya, Haru malah menundukkan kepalanya, saking malunya, sementara Agni yang menyaksikan mereka berdua, lagi-lagi harus menggeram tertahan.
"Yailah, gue lipet juga nih bumi!" gerutunya.
"Jangan dong Ni, kalau dilipet, gue belum lulus."
Sebuah suara membuat Agni menoleh dan ia mendapati Endra sudah berada di sana.
"Hah? Lo kapan masuknya deh? Tahu-tahu udah di sini," kata Agni.
Endra terkekeh, "Gue masuk dari tadi, mau manggilin lo malah lihat lo asik banget ngelihatin sesuatu, pas gue cek ... ternyata lihatin Haru sama Jino. Hadeuh, apa yang seru sih dari lihatin mereka berdua?" tanyanya.
Agni menatapnya dengan sinis, "Bukan urusan lo!" katanya.
Gadis itu membuang mukanya dari Endra. Sementara Endra, ia mencoba mendekat pada Agni.
"Ni, lo nggak akan minta maaf sama gue?" tanyanya.
"Paan si, emang gue buat salah apa?" tanya Agni.
"Kemarin lo ninggalin gue Ni, waktu di Hotel."
Teringat akan kejadian tempo hari membuat Agni menghela napasnya. Gadis itu akhirnya menatap Endra, namun tatapannya tajam. Ia siap mengeluarkan semua amarah tertahannya pada pria itu, hanya saja ... pada akhirnya, Agni memilih untuk memejamkan mata dan menenangkan dirinya.
"Gue nggak ninggalin lo ya, kemarin gue mau pulang sementara lo mau nyelametin Runa lo yang berharga itu. iyalah, dia mah top, nggak kayak gue, bengbeng."
Ucapan Agni membuat Endra menatapnya tak menyangka, pria itu bahkan tergelak seketika, "Lo lagi mens ya? napa marah-marah gini sih?"
"Lo amnesia apa gimana? Lupa ya, kalau sama lo gue selalu marah-marah," katanya.
"Hadeuh. Apa muka gue sengeselin itu ya? perasaan muka gue ganteng. Yah, walaupun nggak seganteng Jino sih."
"Bodo amat!" kata Agni. Ia menatap ponselnya dan melihat ada sebuah pesanan masuk lalu mulai menyiapkannya satu per satu sementara Endra, pria itu menyandarkan tangannya di meja kasir seraya menatap Haru dan Jino yang terlihat manis sekali karena mereka asik bercengkrama seperti biasa, namun bedanya hari ini keduanya jadi lebih all-0ut dari biasanya.
"Mereka kenapa sih? kayak orang pacaran," tanya Endra.
Agni membelalakkan matanya. Loh iya, Endra belum tahu kalau Haru dan Jino sudah meresmikan hubungan mereka.
Seketika, jiwa jahil dalam dirinya bangkit dan mulai menguasainya. Agni menyelesaikan dulu pesanannya dan menyerahkannya pada kurir sebelum ia kembali dan menatap Endra.
"Kasihan banget jadi lo," kata Agni tiba-tiba.
Endra menatapnya tak menyangka, "Paan? Kasian apa?" tanyanya.
"Nggak tahu ya? Haru sama Jino udah pacaran sekarang. RESMI! MAMPUS LO KENA TIKUNG! HAHAHAHAHAHAHA."
Agni benar-benar meledek Endra habis-habisan dan ia tertawa dengan puas, namun alih-alih marah, Endra malah bersikap biasa saja.
"Oh? Udah ya? ya bagus dong," katanya pada akhirnya.
"Hah? Gimana?" tanya Agni.
"Ya, bagus kalau mereka pacaran."
"Bukan. Bukan itu! harusnya kan lo nangis darah. Kenapa malah kayak gitu?" kata Agni.
Endra tertawa, "Ngapain nangis darah, gue anemia Ni. Nanti mati gue, darahnya abis ditangisin."
"Nggak lucu ya Ndra," gerutu Agni.
Endra terkekeh, "Emang nggak lucu sih. Yah, dari awal kan Runa sukanya sama Jino Ni. Gue bisa apa, selain melepas dia dengan ikhlas."
"Huek!" Agni menutup mulutnya, memberikan isyarat bahwa ucapan Endra benar-benar membuatnya mual seketika.
"Beneran. Namanya level tertinggi mencintai kan mengikhlaskan."
Menatap Endra, Agni malah dibuat merinding karenanya. Gadis itu memutuskan untuk meninggalkan Endra dan masuk ke dalam dapur seraya menggelengkan kepalanya. Namun, Endra justru malah mengikutinya.
"Ni ..." panggilnya.
Agni menoleh, "Lo ngapain ngikutin gue ke sini? mau masak? Boleh! Atau mau cuci piring? Tuh banyak kerjaan gue," kata Agni.
Alih-alih menjawabnya, Endra malah menggeleng. Pria itu menatap Agni, namun Agni sibuk sendiri di dapur.
"Aduh, lo susah diemnya ya Ni," kata Endra.
"Orang gue lagi kerja Ndra, Ya Allah. LO KAPAN SIH BISA BIKIN ORANG NGGAK EMOSI?!" gerutu Agni.
Endra tertawa, "Bosen Ni," katanya.
"Jiah. Kasihan. Haru dah ada pacar sih ya, makanya nggak bisa lo godain."
"Iya nih. Kita pacaran aja apa ya? biar gue godain lo nya enak."
"NGADI-NGADI LO!" teriak Agni.
Endra terkekeh, "Beneran ini Ni, gue ngajak lo pacaran."
"Ngajak pacaran kayak ngajak beli gorengan ya. Lo dari pada ngajak gue pacaran, mending lo beli dagangan gue deh Ndra."
"Ya udah gue beli, tapi udahnya pacaran ya?" tanya Endra.
Agni membelalakkan matanya, sementara jantungnya berdebar-debar tak karuan.
"Lo mending pergi aja sana!" usirnya dengan ketus.
"Ya udah gue pergi, tapi pacaran ya?"
Bugh! Menendang tulang keringnya, Agni berlalu begitu saja dari hadapan Endra sementara pria itu mengaduh kesakitan.
"Masa orang ngajak pacaran lo jawab sama tendangan sih Agni!" protes Endra.
Agni menatapnya penuh perhitungan, "Ya! lo maunya gue jawab pake apa?! Emang lo paling jago banget kalau bikin orang kesel."
"Masa ngajak pacaran bikin kesel?" tanya Endra.
"Ya elah, gue banting juga lo pake panci."
Mendengar jawaban Agni, Endra malah tertawa.
"Ni, emang gue nggak capable ya di mata lo? Sampe gue ngajak pacaran aja beneran ditolak mentah-mentah begini. Gue mah serius Ni, gue beneran ngajak lo pacaran."
"Karena Haru sama Jino pacaran juga kan? Makanya lo ke-trigger pengen pacaran juga. Enak aja!"
"Yah enggak sih," kata Endra. Ia menatap Agni dan terkekeh, "Karena Jino udah bisa jujur banget sama Runa. Ya udahlah, itu bagus. Sekarang giliran gue yang jujur sama lo."
Agni mengerutkan keningnya tak mengerti, sementara Endra menatapnya penuh perhatian, "Makanya, pacaran yuk!"
Astaga. LAGI?
"Ngomong sekali lagi, gue tampol muka lo! Beneran pake panci!" ancam Agni.
TBC
Kayaknya 2 atau 3 part lagi tamat wkwkwk
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro