Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 10 - Kembali Pulang

3,5 Tahun kemudian

Cengkareng, Indonesia.


"Katanya program belajarnya cuman 1 tahun, tapi apa? Apa yang terjadi? Anak kita malah baru pulang ke Indonesia setelah empat tahun lamanya."

Reno mendorong koper Haru seraya menggerutu mengenai durasi anaknya di Malaysia—yang dijawab oleh istrinya dengan tawa ringan seperti biasa. Memang benar, rencana pendidikan Haru yang semula hanya satu tahun saja ternyata malah diperpanjang karena Haru ingin meneruskan pendidikannya dari Grand Diploma menjadi Bachelor of Culinary Management. Padahal menurut testimoni orang-orang, belajar sampai Diploma saja kalau sekolahnya di Le Cordon Bleu, sudah bisa bekerja dimanapun ia mau, tapi Haru malah berkata kalau ia ingin meneruskan pendidikannya dan memperpanjang durasinya di Malaysia. Jaraknya memang dekat, dalam empat tahun di Malaysia saja tidak terhitung berapa kali ia ditengok oleh orangtuanya, tetapi sebagai ayah yang sejak lama mengidap Daughter complex, Reno sangat tersiksa. Ditambah lagi, setelah dua tahun menyelesaikan gelar sarjana, Haru malah lintas jurusan. Anaknya yang manis itu malah mengikuti pelatihan untuk menjadi instruktur yoga. Apa-apaan!

"Papa, udah dong ngomelnya. Kan Haru bener-bener pulang sekarang, Papa sendiri yang jemput Haru," ucap Haru. Gadis itu memelankan langkahnya, menunggu ayahnya agar mereka bisa sejajar kemudian mengalungkan tangannya di tangan ayahnya.

"Temen-temen Haru dijemputnya di Bandara loh. Papa doang yang jemput Haru ke Flat langsung," kata Haru.

Sharen bergabung dengan mereka berdua, "Nggak tahu deh Nak. Papa kamu ini kebiasaan," ucapnya.

"Papa udah ikutin maunya kamu loh ya. Nanti giliran kamu yang ikutin maunya Papa."

Haru tersenyum manis, "Lihat aja nanti, kemauannya Papa apa, ya nggak Ma?" lemparnya pada Ibunya.

Sharen mengangguk setuju.

"Harukuuu!" suara yang tiba-tiba terdengar membuat Reno berdecak dengan kesal, "Baru juga mau damai, udah rusuh lagi," dumelnya.

Sharen menepuk lengannya pelan, "By ih! Stop dulu napa," katanya.

Reno tidak peduli. Ia malah menahan tangan Haru yang masih melingkar di lengannya. Sengaja membuat anaknya tetap di sampingnya alih-alih berlari menuju seorang laki-laki yang melambaikan tangan di hadapannya.

Haru tersenyum. Ia tahu ayahnya menahannya, jadi yang ia lakukan hanyalah melambaikan tangan pada Jino.

"Jinooo!" ucapnya dengan antusias.

Jino menatap Reno dan mendapati dirinya dimusuhi saat ini juga. Ih. Padahal selama empat tahun ini Reno begitu bersahabat dengannya, katanya sih kasihan Jino jauh dari orangtua dan kasihan juga Jino jauh dari Haru. Padahal Reno bersikap baik semata-mata untuk menghibur Jino kalau-kalau Haru punya pacar orang Malaysia dan meninggalkan Jino. Siapa sangka hubungan mereka sulit sekali dipisahkan. Hancur sudah!

"Papa Reno. Anaknya mau dipegangin sampe kapan?" tanya Jino.

Kurang ajar memang anak satu ini! Geram Reno tertahan.

"Hai Ji! Kamu cukuran ya? Semalem waktu kita video call kayaknya masih agak gondrong," ucap Haru.

Jino tersenyum, mengangguk-angguk seperti anak anjing yang akan diajak bermain oleh majikannya.

"Sengaja rapian, biar enak dilihat kamunya."

Reno yang mendengar gombalan Jino untuk anaknya mendengus, "Enak apanya! Kelihatan kayak tukang tipu gitu," gerutunya.

"Reno, astagfirullah!"

Suara yang taka sing terdengar oleh Reno hingga membuatnya menoleh. Maryam—ibunya baru saja kembali dari kamar mandi dan datang-datang malah memarahi Reno.

"Omaaaaa!"

Haru terlepas dari ayahnya. Ia memeluk neneknya dengan erat, menghilangkan rasa rindu dalam hatinya karena lama sekali tidak bertemu dengan neneknya. Terakhir bertemu waktu Haru wisuda, sudah lama sekali. Ya ampun!

"Aduh, cucu omaa. Udah lulus kuliah, udah mau kerja. Ya ampun, perasaan kemarin kamu masih dinangisin sama Papa kamu gara-gara kamu diimunisasi."

Semua orang tertawa di sana sementara Jino—ia menatap Maryam dengan putus asa. Karena mengerti dengan tatapan Jino padanya, Maryam melepaskan pelukan Haru dan menyerahkan cucunya itu pada Jino, "Nih! Peluk sepuasnya!" kata Maryam.

Dijawab dengan teriakan antusias oleh Jino dan protes hebat oleh Reno.

"Udah Reno, gantian! Kamu mah bisa ketemu Haru kemarin-kemarin. Jino boro-boro. Dia capek belajar, jangankan mau ke Malaysia, ketemu orangtuanya aja susah," bela Maryam.

Reno akhirnya diam, sementara Jino memeluk Haru dengan erat. Seerat-eratnya.

"Haru. Sumpah! Aku kangen banget!" katanya.

Ia membenamkan kepalanya di leher Haru, menjauhkan wajahnya untuk melihat Haru, kemudian memeluk Haru lagi dengan erat. Mencium aroma tubuh Haru lekat-lekat sementara Haru—ia balas memeluk Jino dan mengusap-usap punggungnya.

"Udah woy! Kebablasan nanti kamu Jino!" kata Reno memperingati.

Diperingatkan seperti itu, Jino melepaskan pelukannya kemudian bertanya, "Kebablasan boleh Papa Reno?"

"ENAK AJA!!!!"


*****


"Jadi, jadi, jadi..." Haru sengaja menggantungkan ucapannya. Ia menggerakkan tubuhnya, sengaja menyamping agar bisa melihat Jino yang tengah sibuk menyetir di sampingnya.

"Apa? Jadi Apa?" tanya Jino.

Haru tersenyum senang, "Kamu beneran wisuda kan seminggu lagi?"

Jino menganggukkan kepala, "Finally!" serunya.

Ia menghela napas, "Setelah menguasai ilmu kedokteran dasar seperti: biokimia kedokteran, fisiologi sel, fisiologi jaringan, fisiologi organ, anatomi, patologi, parasitologi, mikrobiologi, histologi, dan lain sebagainya, terus belajar juga ilmu kedokteran gigi dasar, ilmu kedokteran gigi klinis, ilmu kesehatan gigi masyarakat, manajemen kesehatan, alat bahan kedokteran gigi, teknologi kedokteran gigi, bioetika, hukum kesehatan, farmasi kedokteran gigi, dan lain sebagainya. Akhirnya! Aku lulus jugaaa!" seru Jino dengan antusias.

Haru tersenyum, "Sekalian aja kamu sebutin kurikulumnya Ji," katanya.

Jino terkekeh, "Saking stress nya kemarin-kemarin sampe aku ngulang semua yang aku pelajari buat mikir bahwa semua ini pasti berakhir. Aku pasti lulus, udah terlalu banyak yang aku pelajari."

"Dan akhirnya memang lulus kan?"

Jino mengangguk dengan bangga. Ia melirik Haru kemudian berkata, "Cumlaude juga!" katanya.

"Serius?" tanya Haru memastikan.

Jino mengangguk dengan senang.

"Ya ampun Ji! Congrats! Aaa, hebat bangeeeeet. So proud of you!" kata Haru.

"Congrats doang ucapan selamatnya?" tanya Jino.

Haru mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Hehe, tar aja deh," sambung Jino. Ia menatap Haru sekali lagi kemudian berkata, "Harus. Wajib. Dateng ya, ke wisuda aku," katanya.

Haru tersenyum senang, "Pasti dong! Aku pulang lebih awal juga kan buat kamu," kekehnya.

Jino merasa bahunya naik beberapa centimeter karena kebanggaan yang ia rasakan dalam hatinya.

"Kita ke Agni dulu nanti? Kamu nggak capek?"

"Iya! Aku udah kangen banget sama Agni. Lagian capek apa, perjalanan cuman sebentar kok. Kita juga sekarang kan lewat tol, lancar gini nggak akan berasa," jawab Haru. 

"Tapi Papa kamu nggak akan ngomel lagi?" tanya Jino memastikan. Soalnya, setengah jam yang lalu juga Reno protes habis-habisan karena ia harus pulang tanpa Haru—karena tentu saja Haru ikut mobil Jino. Sebenarnya bukan mobil Jino sih, yang Jino pakai adalah mobil kakeknya, karena Jino masih memakai sepeda motornya, dia mana bisa dapat mobil, penghasilan dari hasil kost nya saja ia simpan untuk tabungannya di masa koas nanti.

"Papa tahu kok aku mau ketemu Agni dulu, yang penting nanti makan malem bareng di rumah," ujar Haru. Baiklah kalau begitu.

Jino menginjak gasnya dan memacu mobil yang dibawanya menuju rumah Agni untuk membawa Haru temu kangen dengan sahabatnya.


*****


"Welcome back, Runa!"

Sambutan yang didapatkan oleh Haru di rumah Agni benar-benar jauh dari perkiraannya. Ia kira hanya ada Agni, siapa sangka Endra ikut berada di sini dan menyambutnya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Jino dengan penuh perhitungan.

Endra tak menghiraukan Jino. Ia malah menghampiri Haru dan memberikannya sebuket bunga mawar merah, "Buat kamu," ucap Endra.

Haru mengerutkan kening. Ia memaksakan senyumnya sementara matanya menelusuri setiap juru di rumah Agni. Ah itu dia! Agni datang dari dapur dengan wajah kesalnya.

"Aku nggak ngundang dia ya! Aku juga nggak tahu kenapa dia tiba-tiba ada di sini dan nyiapin semua ini," gerutu Agni seraya menunjukkan rumahnya yang sudah didekorasi sedemikian rupa oleh Endra.

Haru memilih untuk tak memikirkannya. Ia tersenyum menatap sahabatnya kemudian memeluknya dengan hangat, "Agniiiiiii!" serunya.

Keduanya sibuk berpelukan dan temu kangen sementara Endra yang sejak tadi sibuk dengan acara kejutan untuk Haru menatap Jino dengan sinis.

"Apa lo?" tantang Jino.

Endra mencibirnya, "Gue kira lo udah nggak pernah ngintilin Runa," ujarnya.

"Ngintilin lo bilang?" seru Jino tak terima.

Endra berdecak, "Runa udah lulus, siap kerja. Gue juga udah kerja, lah lo masih kuliah. Harus koas kan? Lihat aja nanti. Biasanya hubungan antar orang yang udah kerja bisa lebih deket karena obrolan juga udah nyambung," katanya.

Jino mengepalkan tangannya, "Serah lo. Harunya aja nggak mau sama lo juga,'' sahutnya.

"Eh. Kok malah ribut sih! Kalian kalau mau ribut mending pulang aja gih!" perintah Agni. Jino masih mendumel habis-habisan sementara Endra yang tengil itu masih saja menantanginya sedangkan Haru. Ia hanya bisa tersenyum dan mencoba memecahkan suasana dengan berkata, "Aku bawa oleh-oleh buat kalian!"


****


"Habis perjalanan jauh kan capek. Kenapa masih sempet-sempetnya buat ikut Jino sih?"

Reno masih saja mendumel di dalam rumahnya. Membuat anak kembarnya yang sedang sibuk mengerjakan PR menatapnya tak menyangka.

"Papa berisik! Lagian perjalanan dari Malaysia deket kali Papa, Kak Haru kan nggak pake mobil dari sana. Kenapa harus capek."

"Tapi kan dari Bandara ke rumah lintas kota." 

"Tapi kan lewat tol sebentar, Papa," timpal Hasya. 

"Ya, tetep aja. Capek nantinya!" 

"Males ah. Papa malah marah-marah terus," gerutu Hasya. 

"Papa marah-marah soalnya kak Haru keluar sama Bang Jino," sahut putra.

Diingatkan nama Jino membuat Reno mendumel sekali lagi.

"Papa kalau masih mau dumel-dumelan mending ke kamar aja, dumel di depan Mama. Katanya mau bantuin Hasya. Kenapa malah ngomongin Kak Haru terus?" gerutunya.

Reno membuang napasnya kasar. Perhatiannya teralihkan karena ucapan Hasya. Benar. Ia ke kamar anaknya untuk membantu mereka mengerjakan PR. Pada akhirnya Reno menatap Hasya dan bertanya, "Mana sini, tadi kamu tanya apa sayang?"

Hasya menunjukkan buku jurnalnya dan berkata, "Kenapa jurnal yang Hasya buat nggak balance terus?! Capek!" keluhnya.

Hasya saat ini berada di kelas dua SMA, dia masuk IPS sehingga mau tidak mau harus mempelajari akuntansi yang ternyata menurutnya sangat sulit. Sementara Putra masuk IPA, ya sama saja. Dia juga tidak terlalu pintar sehingga masih saja kesulitan dengan tugasnya.

"Ini kamu ada yang salah hitung nak," kata Reno.


****


"Byan! Kamu dari mana aja?!"

Ibunya yang senang marah-marah ini mulai mewarnai hidup Jino dengan omelannya lagi. Padahal wisudanya masih satu minggu lagi, tapi Ibunya sudah datang untuk menyiapkan semuanya—sehingga Jino sedikit keteteran karena harus mengasingkan semua anak kost nya agar rumahnya bisa kosong kembali dan Ibunya tidak tahu apa yang sudah terjadi selama ini. Beruntung Kakeknya juga mau diajak kerja sama jadi Jino selamat dari semuanya.

"Kan Byan udah bilang, mau jemput Haru ke bandara."

"Kamu ke Bandara pake apa? Pake mobil kakek kamu?"

Jino mengangguk, "Kan Jino nggak dikasih mobil sama Papa, konsekuensi Jino yang tetep kuliah di sini, alih-alih ikut ke Kalimantan."

"Hadeuh. Bikin malu aja," gerutu Ibunya. Ia menatap Jino dan berkata, "Nanti Mama bujukin Papa kamu supaya Papa bisa kasih kamu mobil lagi," katanya.

Jino tersenyum tipis. Ibunya ini aneh, kadang marah-marah karena melihat Jino bersama Haru seolah-olah tidak setuju, tapi kadang mendukung dengan cara yang tak Jino mengerti juga, pokoknya Jino pun masih tak paham dengan cara berpikir ibunya yang benar-benar diluar batas pengetahuannya.

"Papa nggak akan kasih kali Ma," sahut Jino.

"Lagian nggak apa-apa sih, Byan motoran aja di sini."

"Tapi nanti tetangga ngomongin kamu! Udah kamu motoran, belum lulus kuliah, eh kamu jalan sama anaknya Pak Reno yang mobilnya aja dia banyak, mana udah lulus, mana kerjanya tinggal tunjuk mau dimana."

Nah kan, lagi-lagi masalah itu.

"Mama, santai aja. Selama Mama di Kalimantan juga nggak ada yang ngomongin kan? Mamanya aja yang ke GR an, suka PD sendiri mau diomongin. Emang ibu-ibu senengnya cari penyakit sendiri," ucap Jino.

Ibunya melotot tak suka, tapi ia memilih untuk menahan amarahnya.

"Ya udah. Kamu makan dulu. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu."

"Nah, gitu dong Ma," kata Jino dengan senyuman lebar di wajahnya.


****


"Sagit?"

"WOW! Cantik sekali Haru! Saya sampai terharu melihatnya!"

Sambutan hangat atas kepulangannya bukan berasal dari teman-temannya saja, tetapi juga dari temannya Jino—Sagit dan Genta yang tinggal di rumah Jino dan terkadang bergabung dengan obrolannya bersama Jino kalau mereka sedang video call. Oh ya, masih ada dua orang lagi, namanya Avir dan Garuda, tapi yang dua orang ini tak seheboh Sagit dan Genta. Mereka juga tidak terlalu dekat dengan Jino. Yah, hubungannya masih sebatas teman serumah saja. Kalau Genta dan Sagit, mereka sudah menjadi teman seperjuangannya Jino.

Hari ini keempatnya mengungsi ke kost an Mushkin karena orangtua Jino ada di rumah, sehingga Haru juga mendatangi kost Mushkin untuk menemui mereka, tentu saja Jino yang mengajaknya.

"Kamu wisuda juga nanti Git?" tanya Haru dengan hangat. Sagit mengangguk setuju sementara Genta menggeleng, "Aku ditunda. Kayaknya semester depan."

"Loh, kenapa?" tanya Haru.

"Biasa. Dia malah asik bikin novel, katanya lebih lancar ngetik novel dari pada ngetik skripsi," ucap Jino.

"Ya ampun," kata Haru.

Kalau yang lain pasti sudah ikut menceramahinya, tapi Haru tidak. Haru memang sebaik ini, makanya Jino selalu membanggakannya di depan semua orang.

"Tapi novel kamu memang seru, aku suka banget," puji Haru. Genta merasa terhibur, "Makasih ya," katanya.

Haru mengangguk, "Semangat ya! Nggak apa-apa kok kalau lulusnya telat juga, yang penting kan kedepannya mau gimana. Iya nggak Ji?"

Jino mengangguk setuju.

"Oh ya, BTW. Aku bawa sedikit cemilan buat kalian," sambung Haru tiba-tiba. Gadis itu mengangkat tas yang dibawanya tinggi-tinggi.

"Minggu depan aku mau coba buat toko kue di sini, anggap aja ini sample nya," katanya seraya membuka tas yang dibawanya.

Ada beberapa jenis kue dan roti yang Haru bawa dan tentu saja langsung diserbu oleh teman-teman Jino di sana. Mereka berebut hingga membuat Jino berteriak, malu dengan kelakuan teman-temannya sementara Haru malah senang sekali dibuatnya.

Di ujung sana, seseorang menghentikan langkahnya, memperhatikan mereka dengan seksama kemudian berbalik dan kembali dari tempatnya, meninggalkan tujuan yang sebelumnya hendak ia datangi.



TBC



KEKASIH YANG DULU HILANG, KINI DIA TLAH KEMBALI PULANG!

WKWKWKWWK JUDULNYA TEEEH YAH.

Emang kalau lagi semangat mah susah!

Aku tadi lagi nyetrika. Gak bisa fokus, kepikiran terus pengen ngetik part lanjutannya WKWKWKWKWK

Kalau kecepetan tiba tiba dah 4 tahun yaa anggap yang kemarin aku lama nulis juga waktu tunggu untuk ini hahahahaha

BTW aku baru sadar KALAU AKU NULIS INI TAHUN 2016 ASTAGFIRULLAHALADZIM SAYANG SAYANGKU MAAPIN AKUUUUU.

MAKASIH BUAT YANG MASIH NUNGGU, MASIH MAU BACA, MASIH SETIA MENANTI, MASIH NAGIH NAGIH KE AKU, MAKASIH BANGEEEEEET.

Gak tahu bakal selama ini aku ngebiarin kisah mereka yang indah ini. Ya ampun!

Memang selama 5 tahun terakhir banyak banget hal yang terjadi sih, bahkan mungkin diantara kalian ada yang udah punya anak dua, udah lulus kuliah, udah pindah pindah kerjaan, SEMENTARA AKU MASIH MENGGANTUNG CERITA INI.

Maaf ya haru jinoku sayang, anakku.. maafin mama WKWKWKWKWKWK

Oh ya takutnya kalian bingung masalah timeline waktu di sini. INI TERJADI DI MASA DEPAN. HARU JINO UDAH GEDE, Yang mana kisah emaknya kan 2015 lah ya, sekarang usia Haru udah 22 berarti ini di tahun 2032 an lah WKWKWKWK

Usia Haru 22 sementara Hasya 16 sesuai dengan timeline mereka ya, beda 6 tahun.

Nggak usah bingung juga sama Icha sama Mushkin. Di cerita sebelah, itu kejadiannya TAHUN INI. 2021. WHICH IS usia anak anaknya masih kecil.

Kayaknya kalian paham sih, tapi ya ga ada salahnya juga aku jelasin wkwkwkwk

Oke karena udah aku upload, selanjutnya ditunggu aja ya.

Ini gak aku edit lagi. Semoga udah sesuai dan gak ada typo.

Jangan lupa baca cerita aku yang lain.

DAH.

SELAMAT HARI MINGGU.

AKU SAYANG KALIAN :*  

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro