13 Januari 2023
Suasana hening kelas semakin mencekam tatkala guru kelas tersebut bangkit dari duduknya. Hendak memeriksa satu per satu jawaban murid-murid kelasnya. Juga bersiap menyemprot siapa saja yang ketahuan menyontek di ulangan harian pertama pada semester ini.
Pak Husain segera melangkah, sesekali mengecek jawaban dari murid bangku depan. Jangan sampai ada yang kertasnya ia robek hari ini. Murid kelas 10 MIPA tersebut duduk diam sembari berusaha terlihat sebaik mungkin di depan Pak Husain.
Namun berbeda dengan barisan bangku belakang. Aris dan kawan-kawan masih sibuk berbisik dan saling pindah lembar jawaban. Terlihat sama sekali tidak takut pada Pak Husain yang sebenarnya sejak tadi telah memerhatikan mereka.
"Pak Husen cuy, Pak Husen dateng. Sini ... sini." Bisik-bisik di belakang semakin terdengar. Apalagi ketika Pak Husain semakin dekat dengan bangku mereka.
"Pak Husen Ris! Astaga." Aris masih tetap diam, berusaha tenang. Meski lembar jawaban milik Adi berada di tangannya.
Saat Adi hendak teriak meminta lembar jawabannya. Aris tiba-tiba merentangkan tangan ke atas. Dan entah sengaja atau tidak, tangannya yang besar dan postur tubuhnya yang jauh lebih tinggi di banding Pak Husain, malah mengenai kepala Pak Husain yang setengah plontos tersebut.
Sontak membuat seluruh isi kelas tertawa terbahak-bahak melihat pemandangan yang seolah Aris tengah memegang kepala Pak Husain.
"Aduh, Pak maaf. Ini saking fokusnya saya ngerjain tugas, sampai nggak nyadar kalau Pak Husen ada di dekat saya," kata Aris dengan memamerkan senyum pepsodent miliknya.
Elnaya
232 kata
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro