Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13 ➖ Menahan Rasa

Keadaan jalan raya terbilang ramai padahal masih jam enam lewat limabelas menit. Alkana mengemudi mobil dan Aletta ada di sampingnya, sibuk memainkan ponsel sambil cengar-cengir sendiri.

Satu telinga Aletta juga disumpal headset yang menyambungkan lagu dari ponselnya. Aletta selalu melakukan itu agar hari-harinya terasa lebih asik. Karena Aletta menyukai musik dan musik membuat suasana hatinya jadi lebih adem.

Xavier Sekala: Serius lo udah jalan ke sekolah?

Aletta langsung menggerakan jemarinya di atas keyboard untuk membalas pesan di aplikasi line dari Sekala.

Latisha Aletta: udah. bareng kakak gue

Xavier Sekala: Wkakakkak gue aja masih di kasur, masih setengah sadar nih🤤💤

Latisha Aletta: najis kebo😑

Xavier Sekala: Mana ada kebo seganteng gue

Latisha Aletta: awkarin naik kuda, iyain aja da

Xavier Sekala: Ih Aletta lucu deh pantunnya, jadi pengen halalin😍😘

Xavier Sekala: Eh salah emot *😂😂

Pipi Aletta seketika mengembung karena menahan tawa setelah membaca pesan dari Sekala. Wajahnya memerah dan tidak biasanya seorang Aletta seperti itu pada lelaki kecuali Alkana dan ayahnya.

Ia kembali senyam-senyum sendiri dan itu membuat dahi Alkana mengerut tanda bingung. Apalagi gelagat Aletta yang duduk mojok ke pintu mobil dan kepalanya ia sandarkan ke jendela, seperti tak ingin Alkana tau apa yang sedang ia lakukan dengan ponselnya.

"Kamu lagi ngapain?" tanya Alkana langsung pada poinnya.

Aletta menoleh dan menjawab, "main hape."

"Iya, ngapain? Kamu ngetik apa daritadi?" ucap Alkana.

"Ngetik kalimat," celetuk Aletta.

"Buat siapa, Aletta? Kamu lagi chatting sama siapa?" Alkana mulai panas.

"Nggak." Aletta menggeleng.

"Nggak apa sih?" Alkana ngomel. "Sini, aku liat hape kamu."

"Nggak boleh, mau ngapain emangnya?" ucap Aletta.

"Aku cuma mau pinjem sebentar, nggak boleh? Lagian daritadi aku perhatiin kamu senyum-senyum sendiri sambil mainin hape kamu. Pasti kamu lagi chatting sama orang. Sama siapa? Kamu punya pacar? Kamu mulai main rahasia sama aku?" cerocos Alkana.

"Alkana, aku punya privasi," ujar Aletta, "aku cuma chat sama temen, bukan pacar."

"Lelaki?"

Aletta mengangguk.

"Hapus kontaknya," ucap Alkana yang membuat mata Aletta membulat dalam sekejap.

"Kok dihapus?" heran Aletta.

"Biar kamu nggak mikirin dia terus. Ada aku di sini, kamu malah chatting sama lelaki lain. Nggak mikirin perasaan aku gimana?" Alkana berujar ketus.

"Alkana, kamu kakak aku." Aletta tanpa sadar menahan napasnya saat berkata seperti itu. "Kenapa kamu bersikap kayak kamu ... pacar aku?"

"Stupid question." Alkena berdesis.

Aletta mengembus napasnya dengan berat dan kasar, ia mematikan lagu 2U dari Justin Bieber dan melepas headset dari telinga kirinya. Lama kelamaan ia merasa lelah menghadapi sikap posesif Alkana terhadapnya, padahal wajar saja seorang kakak bersikap seperti itu pada adik perempuannya. Tapi, Alkana melakukannya seperti Aletta adalah kekasihnya.

"Aku nggak suka, Aletta," ucap Alkana setelah keheningan menyelimuti mereka.

"Dia temen aku," balas Aletta.

"Tetep aja," sahut Alkana.

Aletta tak mau berkata-kata lagi. Malas berdebat dengan Alkana yang sangat keras kepala dan membuatnya jadi emosi jiwa. Daripada mood di pagi ini menjadi kacau, lebih baik Aletta diam dan tak melanjutkan debat ringan itu.

Aletta mengunci layar ponselnya dan memasukannya ke dalam saku rok abu-abu yang ia kenakan. Ia kemudian menatap lurus ke depan, melihat kendaraan lain yang ada di hadapannya. Sebentar lagi akan tiba di sekolah dan Aletta akan lepas dari penjara kecil ini.

"Aletta," panggil Alkana.

Aletta tak menyahut. Ia diam seakan Alkana tak memanggilnya. Bibirnya tertutup rapat, tatapan matanya menajam dan napasnya terdengar berat. Alkana menoleh sekilas ke arahnya dan kembali fokus ke jalanan.

"Sorry kalo aku bikin kamu kesel," kata Alkana.

Aletta masih bergeming. Entah mengapa, Aletta merasa dadanya sesak setelah ia dengar Alkana berujar seperti tadi. Wajahnya juga jadi memanas dan matanya sedikit perih.

"Nggak tau kenapa, aku sampe sekarang nggak siap ngelepas kamu, Al," aku Alkana. "Aku nggak siap liat kamu deket sama lelaki lain, apalagi punya pacar."

"Aku takut mereka malah nyakitin kamu," lanjut Alkana.

"Nggak ada yang boleh sakitin kamu, kamu punya aku. Kamu adik aku," tutur Alkana.

Adik. Tapi kamu selalu perlakuin aku lebih dari itu, batin Aletta.

Aletta menarik napas begitu dalam, mencegah air mata itu turun dari tempatnya. Bersama Alkana, topeng Aletta selalu terbuka. Ia rapuh, hatinya mudah terluka dan gampang menangis. Namun semua itu selalu ia tutup dengan topeng jutek yang ia pamerkan pada orang lain.

"Aku sayang kamu, Aletta," ungkap Alkana. "Aku sayang banget sama kamu."

Suara Aletta seakan menghilang hingga ia tak bersuara sejak tadi. Hanya diam, membisu seperti orang tak bisa bicara. Sampai akhirnya mobil Alkana memasuki halaman luas sekolah Aletta. Aletta masih diam juga, tidak langsung keluar dari mobil.

"Al." Alkana menatap Aletta. Aletta tak menatapnya balik, malah menunduk dan wajahnya tertutup oleh rambut lebatnya yang menjuntai ke depan.

"Maaf aku udah bikin mood kamu jadi jelek," ucap Alkana. Tangannya bergerak untuk menyelipkan rambut Aletta ke belakang daun telinga dan sekarang ia bisa melihat wajah Aletta walau hanya dari samping.

"Aletta," panggil Alkana.

Aletta kini menoleh, sekarang keduanya saling tatap. Tatapan yang sejak lama tak berubah, masih dengan tatapan lembut tanda sayang pada satu sama lain. Aletta menyukai tatapan itu, Alkana pun sama.

Ya Tuhan, kenapa jantung aku masih berdegup cepet banget setiap liat Alkana, batin Aletta.

"I love you," ucap Alkana yang kemudian menarik kepala Aletta ke dekatnya dan mengecup kening cewek itu untuk beberapa detik. Aletta memejamkan matanya, malah menikati sentuhan lembut di keningnya itu.

Alkana tersenyum pada Aletta setelahnya. Ia mengusap pipi Aletta sekilas dan mencubit ringan hidung mancungnya.

"Ya udah, sana gih masuk." Alkana menyuruh Aletta turun dan masuk ke sekolah.

Aletta mengangguk sekilas dengan senyuman sangat tipis di wajahnya. Ia membuka pintu mobil dan keluar. Saat ia hendak menutup pintu, Alkana berucap, "belajar yang bener!"

Aletta terkekeh kecil. Ia kemudian menutup kembali pintu mobilnya dan melambaikan tangannya pada Alkana. Ia pun beranjak dan berjalan menjauh dari mobil itu menuju lobi sekolah.

Alkana memerhatikan Aletta dari belakang dan mengukir sebuah senyuman lagi.

Seandainya kamu bukan adik aku, batinnya.

• • • • •

📷: Aletta

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro