12 ➖ Cokelat dan Surat
Malam ini, keluarga Aletta mengadakan makan malam di rumah. Berbagai jenis makanan sudah tersedia di atas meja dan Aletta pun sudah mengambil makanan yang ia mau.
Di samping Aletta ada Alkana yang tengah mengambil sayuran, dan di hadapan mereka ada kedua orang tua mereka yang memerhatikan mereka berdua.
"Kamu nggak mau sayur?" tanya Alkana.
Aletta menggeleng. "Nggak."
"Ayam doang?" ucap Alkana lagi.
"Iya, emang kenapa?" balas Aletta.
"Kamu itu dari dulu jarang banget makan sayur, kenapa sih?" Alkana malah ngomel. "Enak kok ini sayurnya, apalagi ini bikinan Mama."
Aletta menggeleng lagi. "Nggak mau! Aku tau masakan Mama enak, tapi kalo akunya nggak mau sayur gimana?"
Alkana berdecak. Saat ia hendak mengeluarkan suara lagi, Alfi pun menyelak. "Udah, nggak pa-pa, Alkana, Aletta kan emang nggak terlalu suka sayur. Jangan dipaksa, ngambek entar dia."
"Ish, Papa!" Aletta beneran ngambek.
"Tuhkan," celetuk Alfi.
Alkana menatap Aletta yang manyun dan nampak kesal menikmati hidangan yang ada. Tapi, melihat wajah Aletta yang seperti itu justru membuat Alkana gemas. Lantas Alkana mencubit pipi Aletta sambil tertawa.
"Ya udah, nggak dipaksa makan sayur lagi. Gitu aja cemberut," ejek Alkana.
Plak! Aletta menabok lengan Alkana dengan enteng. "Nyebelin."
Yang terjadi selanjutnya adalah mereka semua tertawa karena Aletta. Aletta sendiri masih menekuk wajahnya. Ia benar-benar tak suka dipaksa-paksa dan diejek seperti tadi.
Pada akhirnya, mereka kembali fokus menikmati acara makan malam sederhana yang biasa mereka lakukan bila Alfi ada di rumah. Karena Alfi merupakan tipe pemimpin keluarga yang sangat mementingkan arti kebersamaan.
"Besok Aletta dianter Alkana aja ya," ucap Alana tiba-tiba.
"Ke mana, Ma?" tanya Aletta.
"Ke sekolah. Papa besok berangkat siangan, jam delapan. Takutnya Papa nggak bisa anter kamu ke sekolah," tutur Alana, "tau sendiri Papa kamu kalo kecapekan bangunnya pasti lama."
"Oh ... ya udah." Aletta memaklumi. "Aku bawa motor sendiri aja deh, Ma."
"Eh, nggak!" cegah Alkana. "Kamu sama aku. Aku yang anterin kamu ke sekolah besok."
"Kamu aja tidur kayak kebo," cetus Aletta.
"Aku pasang alarm entar," sahut Alkana.
Aletta tak menyahut lagi. Ia kembali makan untuk menghabiskan makanannya yang porsinya sedikit tapi belum habis pun Aletta sudah merasa kenyang. Ia menatap nasi dengan ayamnya sambil mengunyah perlahan makanan itu di dalam mulut.
"Habisin," ucap Alkana. "Jangan sampe sisa sedikit pun."
"Kenyang." Aletta mengerucutkan bibirnya sambil menjatuhkan punggungnya di sandaran kursi. Ia mengelus perutnya yang mengembung seraya meraih segelas air putih untuk ia minum.
"Habisin, Aletta," suruh Alkana.
Aletta menggeleng. "Aku kenyang. Tadi aja udah makan pasta bikinan kamu."
"Ya tapikan itu nasinya tinggal dikit lagi, nanggung," kata Alkana sambil melirik piring Aletta.
"Nggak ah," tolak Aletta.
Alkana yang keras kepala itu pun langsung menyendok nasi Aletta dan sendok berisi makanan itu ia arahkan ke mulut Aletta. Ia menyuruh anak itu untuk membuka mulut, tapi Aletta tak mau.
"Ayo, buka mulutnya," ucap Alkana. "Aku berasa lagi nyuapin anak kecil tau gak?"
"Lagian orang aku udah kenyang!" kesal Aletta, lalu mengadu pada orang tuanya. "Ma, Pa, Alkana nih, maksa mulu!"
"Lagian Aletta kebiasaan kalo makan nggak abis," sahut Alkana.
"Ayo, empat sendok lagi nih." Alkana kembali menyuruh Aletta membuka mulut. Wajah Aletta sudah sangat kesal dan ia menatap tajam Alkana, tapi Alkana tetap tak peduli akan hal itu. Ia mau adiknya tak kebiasaan membuang-buang makanan seperti itu.
"Aletta, nurut sama aku," tegas Alkana.
"Alkana!" Aletta meringik. Dengan kesal, ia melahap makanan yang Alkana sodorkan dan mengunyahnya secara tak santai. Alkana pun tersenyum lebar dan terkekeh pelan.
"Tuh, lanjut makannya." Alkana meletakkan sendok itu di piring Aletta. Aletta nurut, walau ia merasa sangat jengkel pada kakaknya itu.
Menit-menit berlalu. Ruang makan sudah bersih setelah Aletta dan Alana merapikan meja dan makanan-makanan bekas makan malam tadi. Sekarang Aletta beranjak ke kamarnya sambil mengikat rambut panjangnya dengan karet berwarna violet.
Ia menutup pintu kamar, jalan ke meja belajar untuk merapikan buku-buku yang harus ia bawa ke sekolah besok sesuai jadwal pelajaran yang ada. Aletta membuka resleting tasnya, mengeluarkan buku-buku dari dalam sana dan ia taruh di tumpukan buku lain.
Ia mengambil buku yang diperlukan besok dan memasukannya ke dalam tas. Tapi, pergerakan Aletta seketika terhenti saat ia menemukan sesuatu dari dalam tasnya dan membuatnya mengerutkan kening tanda bingung.
Aletta meraih benda itu, dan ternyata itu adalah dua batang cokelat dengan sebuah pita yang melingkar di tengahnya. Aletta membalikkan cokelat itu, dan kini ia bisa melihat di bagian bawah cokelat ada sesuatu berukuran kecil. Ia menariknya dari ikatan pita dan membaca sebuah tulisan yang ada di sana.
Buka buku tulis matematika lo deh.
Begitu isinya. Segera Aletta mencari buku tulis itu yang tertumpuk dengan buku-buku lain. Tapi, tak sampai tiga detik Aletta berhasil meraih buku itu dan membukanya. Namun, Aletta tak menemukan apa-apa ataupun sesuatu yang spesial di dalam buku tulis itu.
"Apaan sih?" heran Aletta. Ia lalu membalikkan buku itu, membuka cover belakangnya dan sekarang ia bisa lihat apa yang ada di lembar terakhir buku tulis tersebut.
Aletta rasanya ingin menjerit karena kaget, tapi juga kesal karena ia merasa ini seperti dadakan. Otaknya langsung terasa buntu, tak tau harus ngapain dan bereaksi seperti apa.
Ia kembali melirik dua batang cokelat tadi dan menghela napas. Ia bergumam, "kok dia bisa tau gue suka banget cokelat? Atau cuma kebetulan?"
Aletta terduduk di tepi kasur dan meletakkan cokelat-cokelat tadi di dekat pahanya. Besok Aletta memang tak ada acara apa-apa alias free, tapi ia tidak tau apakah ia bisa menerima ajakan itu atau malah sebaliknya.
"Aduh, gimana, ya ...." Aletta berujar pelan.
Ia melihat buku tulisnya lagi dan membaca ulang tulisan yang ada di sana. Yang menjadi beban pikirannya ialah; ia tak tau bagaimana cara memberi tahu tentang ini pada Alkana.
Aletta, besok lo harus kosongin
jadwal buat jalan sama gue.
NO TAPI TAPI, BUT YES YES.
— Sekala Tampan.
• • • • •
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN YA SEMUANYAAA!
maaf kalo aku pernah bikin kalian kesel, sebel, bete, atau apapun yang disengaja maupun gak disengaja. maafin yaaaa!
#RadenCintaDamai
💖🙏🏻💖
•• bonus pic: Sekala ••
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro