1. Kejutan
#NUBARMEMORIESSP
“KITA PUTUS!” Aku menatap nyalang lelaki di hadapanku dengan derai air mata yang sudah mengalir deras. Tak kusangka, lelaki yang sudah menjadi kekasihku selama dua tahun ini, bisa mengucapkan kata perpisahan. Banyak kenangan manis pahit yang sudah dilalui bersama.
Akan tetapi, mengapa lelaki di hadapanku begitu mudah mengucapkan kata tersebut tanpa adanya beban?
***
“Van ...,” panggilku pelan.
Aku menghirup aroma vanilla khas pria yang sudah menjadi kekasihku sejak dua tahun yang lalu dari arah samping. Rambut hitam lurus sepinggang kubiarkan tergerai dan tertiup angin yang berasal dari kaca jendela mobil.
Kepala ini kuandarkan pada bahu pria yang sedang fokus menyetir. Sesekali dia melirik ke arahku dengan tangan kiri yang mengusap pucuk kepala ini dengan lembut.
Alunan lagu pop mengalun dari kaset mobil, membuat suasana pagi ini menjadi semakin terasa manis.
“Van, janji ya, nggak bakal ninggalin aku?” tanyaku dengan raut wajah penuh harap seraya melirik ke arah wajah tampan tersebut. Hidung bangir, mata sipit, bibir lebar dan tipis serta alis tebal yang membuatku tergila-gila padanya.
“Pasti,” ucapnya kemudian melirik ke arahku seraya tersenyum manis yang membuatku candu sampai dimabuk asmara.
“Terima kasih,” lirihku kemudian kembali menyandarkan kepala ini pada bahunya.
Lima belas menit berlalu. Mobil merah nan mewah yang aku tumpangi sudah berhenti di parkiran sekolah berlantai dua.
Mataku memandang sekitar, malas lebih tepatnya. Ini hari pertama kembali sekolah setelah liburan semester satu. Aku menghela napas berat.
“Ayok!” ajak Irvan yang sudah berada di depan pintu mobilku. Kapan dia keluar mobil? Batinku heran.
Tangan kekarnya terulur ke arahku. Aku tersenyum, lalu menerimanya. Kemudian, keluar mobil dan menggenggam tangan sang kekasih sampai di koridor.
“Istirahat nanti mau ke kantin?” tanya lelaki beralis tebal menghentikan langkahnya, lalu berdiri di depanku.
Aku mengangguk seraya tersenyum. “Boleh.”
“Aku duluan ya, Sayang,” pamitnya menekan kata ‘Sayang’.
Pipi dan hatiku mendadak menghangat. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan di perutku, lalu terbang ke atas dada.
Aku mengangguk, membiarkan dia pergi ke ruang lain. Kemudian, melanjutkan langkah gontai menaiki anak tangga menuju kelas yang berada di lantai dua.
Kelas kami sama. Sama-sama mengambil jurusan IPA. Dia pergi karena ada rapat antar anggota OSIS. Lelaki yang menjadi kekasihku itu menjabat sebagai ketuanya.
Tanganku melempar tas begitu saja. Kelas masih kosong karena penghuni kelas IPA hampir semuanya mengikuti kegiatan OSIS.
Aku mendengkus kesal, karena sepagi ini sudah kesepian. Ke mana anak-anak yang lain, sih? Batinku bertanya-tanya.
Bosan. Aku mengkahkan kaki jenjang ini ke arah jendela, lalu menatap ke bawah dengan mata memicing.
“Vi-ka Al-yanti I-Love-You,” ejaku.
Membutuhkan waktu lama untuk mencerna kalimat tersebut. Siapa yang membuat bunga bertaburan di lapangan dengan nama ....
“Hah! I-itukan ... namaku!” pekikku.
Aku kembali memajukan tubuh ini untuk menatap ke bawah dari jendela. Terlihat tiga siswi memegang balon bertuliskan ‘I Love You’ dan dua siswi di sampingnya membawa buket bunga mawar putih serta cokelat.
“Vik, ayok!” ajak seseorang dari belakang.
Aku menoleh. “Nelma? Salsa?” tanyaku memastikan.
Mereka saling bertatapan kemudian terkekeh pelan. “Iya, ini gue. Lo nggak lupa kan, sama sahabat lo sendiri?” ujar gadis berambut cokelat, Salsa.
“Ta-tapi, siapa yang itu ....”
Belum selesai aku bertanya, Nelma dan Salsa sudah menarik lenganku ke luar kelas menuju lapangan.
Sorak sorai begitu antusias saat kaki ini berpijak di dalam bunga mawar merah yang berbentuk hati di atas luasnya lapangan.
Aku memandang sekitar dengan perasaan bingung. Sebenarnya apa yang terjadi dan siapa yang membuat ini untukku?
“Happy Anniversary!” seru seseorang dari belakang.
Aku berbalik badan, lalu menutup mulut tak percaya. Kekasihku Irvan tengah memegang kue cokelat berbentuk hati tengah berjalan ke arahku.
Lelaki bermata sipit itu ikut masuk ke dalam bunga mawar berbentuk hati yang kini kupijak . Para siswa yang menyaksikan bertepuk tangan dan bersorak sorai atas kejutan manis yang kekasihku berikan.
“Vik, happy anniversary!” ucapnya sembari menyodorkan kue padaku.
Aku lupa bahwa hari ini hari jadian kami yang ke dua tahun lebih enam bulan. Lebay memang, tetapi itulah Irvan. Anniversary selalu dirayakan enam bulan sekali. Romantis, bukan? Bukan hanya aku yang tergila-gila padanya, tetapi siswi seantero SMA ini juga mengakui ketampanan dan keromantisan seorang Irvan.
Tanganku menerima kue yang diberikan sang pujaan hati, lalu berdoa dan lekas meniup lilin. “Terimakasih,” ucapku setelah lilin padam.
“Guru bagaimana?” tanyaku dengan perasaan was-was.
“Aman. Guru sedang rapat dadakan untuk kegiatan mengajar semester dua ini,” jawab Irvan penuh semangat. Matanya terlihat sangat bahagia.
Aku berhambur memeluknya menghiraukan keberadaan para siswa yang ikut terbawa perasaan atau pun mencibir keromantisan kami.
“Cieee ... makin lengket, nih! Jadi dong, married tahun depan!” celetuk gadis berambut ikal, Salsa sahabatku.
Aku dan Irvan terkekeh. Kemudian melerai pelukan dan berjalan seraya bergandengan tangan meninggalkan lapangan menuju kantin.
Kegiatan belajar mengajar masih bebas karena selain guru yang sedang rapat dadakan, tetapi juga karena masih hari pertama setelah libur semester satu.
Banyak pasang mata yang memperhatikan kami saat memasuki kantin. Mungkin terbawa perasaan atau ... iri lebih tepatnya.
Irvan yang bisa dibilang nyaris sempurna. Baik dari segi fisik atau pun materi. Sementara aku? Aku hanyalah gadis sederahana. Bibir lebar agak tipis, hidung yang tak terlalu mancung dan tidak pesek, alis rapi, dan bulu mata lentik di bagian atas dan sedikit bagian bawah, serta kulit langsat.
Kata orang, aku tidak cocok bersanding dengan orang di sampingku. Paras yang tampan dan materi yang lebih membuatnya sangat digandrungi kaum hawa, sementara aku hanyalah gadis biasa dan tidak cantik, tetapi sang kekasih selalu memujiku manis.
“Vik, ayok!” ajak lelaki di sampingku membuyarkan lamunan, dia meraih tanganku dan menggenggamnya menuju kursi.
Kuningan, 01 Oktober 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro