SL - P r o l o g u e.
“Aku memandang rintik hujan dari dalam jendela bus yang aku tumpangi. Rasanya, hari ini terlalu berat. Ku kira, semua hal yang kau tujukan padaku itu, karena kau mencintaiku, tapi seperti nya salah.. Aku salah mengartikan hal itu, jadi..
Itu sebuah perhatian, perasaan suka, atau hanya...
Rasa kasihan saja?”
— SecretsLove’ ashraf furqan septoadi
-------
Jakarta, 21 Mei
“Kamu tau gak, kenapa banyak yang musuhin aku?” tanya Ku dengan raut wajah datar, walaupun tidak bisa di pungkiri lagi, jika hatiku memang sedih, sekaligus sakit disaat yang bersamaan.
“Aku nggak tau, mungkin mereka iri sama kamu.”
“Iri?”
“Ya, Iri! Kamu pintar, dan juga karena kamu populer! Ditambah lagi banyak guru dan siswi disini suka sama kamu.”
Aku mendengus geli saat mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan oleh Canasta, seorang gadis populer di SMA PRADITOR.
Dahinya mengerut saat aku mendengus setelah mendengar jawabannya, kami berdua memang dekat semenjak aku di pindahkan oleh salah satu guru ke kelas unggulan.
“Sudah ah! Aku mau beresin bukunya, terus pulang.”
“Mau pulang bareng?”
“Naik bus?”
“Ya.., kalau kamu nggak keberatan.”
“Boleh! Aku tunggu di gerbang ya, sekalian beli minum buat kita nanti. Siapa tau kamu haus dijalan.”
Canasta Ekadiniarti, gadis yang selama ini selalu bersamaku, dan tiba-tiba dekat denganku yang memiliki sifat dingin dan terkesan sangat acuh pada segala hal, walaupun sebetulnya tidak.
Yang aku lakukan selama ini hanya topeng. Topeng dari semua keburukan yang aku tutupi dengan rapih dan bersih. Bertingkah seolah aku hanya siswa biasa yang tidak tau segala hal. Nyatanya, aku tau apa yang semua orang lakukan di belakangku, contohnya, keluargaku.
Aku masih belum bisa melepas topeng ini, terlebih Canasta selalu bertanya tentang apa yang aku sembunyikan dibalik hansaplast yang terpasang di dekat jakun Ku.
Aku bisa merasakan degub jantung yang berdetak seperti melodi indah, di iringi dengan perasaan tenang, ditambah lagi, sikap Canasta yang selalu menanyakan bagaimana kabar, dan yang lain.
Anggap saja aku terlalu percaya diri sampai mengira Canasta mencintaiku. Tetapi, kenyataan nya memang begitu, aku terlalu percaya diri tentang gadis itu menyukaiku.
Hari ini aku melihat Canasta dijemput oleh siswa dari sekolah lain, dengan Canasta yang memeluk siswa itu dengan erat.
Menarik napas panjang, lalu menghembuskannya berat. aku menggenggam erat tali tas punggungku dengan raut wajah datar. Berjalan sedikit dari gedung sekolah, aku menunggu disalah satu halte bersama dengan siswa-siswi lainnya.
Badan bus sudah terlihat saat tiba-tiba hujan deras turun bersamaan dengan Canasta yang dibonceng oleh siswa tadi menggunakan motor sportnya.
Mundur, aku yang sebelumnya ada di antrean paling depan dengan tenang nya mundur perlahan, berusaha menghilang sebelum terlihat oleh mata bulat itu. Namun, semuanya terlambat sekaligus sial untuk ku.
Canasta sudah terlebih dahulu melihatku dengan tangan yang melambai kearahku, bersamaan dengan bus yang akan aku naiki datang. Ditambah lagi karena tubuhku terlalu tinggi untuk bersembunyi diantara siswa-siswi yang tinggi nya hanya sebatas hidungku.
Disini lah aku, menatap keluar jendela dengan kedua tangan yang terlipat kedepan menumpang di belakang kursi kosong. Seluruh pandanganku terfokus keluar jendela, mengingat cara Canasta dan siswa tadi tertawa bersama saat berboncengan, ditambah lagi Canasta memeluk siswa itu erat.
Ujung bibirku terangkat sedikit walaupun terlihat samar. “Jadi, sebetulnya kamu itu perhatian, suka, atau hanya kasihan padaku Ta?” bisik Ku pelan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro