S E C R E T C R U S H
Warning : BL, AU, typo(s), dll
ToG not mine!
Summary : Senyum dan tawamu selalu menemani hari-hari burukku, memandangimu dari jauh menjadi hobi yang entah sejak kapan terjadi. Sama halnya dengan hati yang jatuh padamu tanpa disadari. Yes, you’re my secret crush.
.
Secret Crush
.
“Sasuga Viole. Kau berakting dengan sangat baik.” Lero Ro tersenyum ke arah seorang pemuda bersurai brunette gelap yang kala itu balas tersenyum kecil. Produser itu menepuk pundak sang remaja kemudian pamit undur diri untuk mengecek naskah dan adegan lain.
Lero Ro memperhatikan Viole yang berjalan menjauh. Ia memang tidak mengerti mengapa remaja itu menggunakan nama ‘Viole’ untuk nickname saat berakting dan menjadi aktor yerkenal.
Padahal, Lero Ro tahu nama asli Viole adalah Baam. Biasanya, remaja pada umumnya akan sangat senang bila namanya terkenal akibat prestasi yang didapat. Namun Viole atau Baam berbeda. Remaja itu lebih menyukai ketenarannya yang misteri tanpa diketahui oleh siapapun.
Maa, selama film yang dia garap selalu sukses. Lero Ro tak terlalu mempersalahkan nama sandi bila sewaktu-waktu Baam masuk koran atau televisi.
Viole atau lebih tepatnya Baam memperhatikan mobil pengantar--milik Quant (asisten Lero Ro)--yang telah melesat jauh. Lengannya merogoh saku kemejanya dan meraih sebuah kacatama bulat tebal yang langsung dipakainya. Ia pun berjalan kembali ke sekolahnya sambil sedikit berlari.
Jika kalian bingung dengan yang mana Viole dan yang mana Baam bisa kita jelaskan saat ini. Baam berpenampilan layaknya seorang otaku dengan kepribadian penyendiri, diam dan tak banyak bersosialisasi, wajahnya dihiasi kacamata bulat tebal yang menghalangi sebagian wajahnya.
Sementara Viole adalah nama samaran saat Baam bekerja menjadi aktor, sikapnya arogan, angkuh, dan pendiam. Bila Baam biasanya memakai kacamata. Saat menjadi Viole, Baam melepas kacamata itu dan memakai wig cokelat panjang, sehingga tidak ada yang tahu bahwa Viole dan Baam adalah orang yang sama.
Memang penyamarannya hanya tergantung pada sebuah kacamata dan wig panjang. Namun selama orang lain tidak ada yang curiga, identitasnya aman. Seperti pepatah Sherlock Holmes :
‘You see, but do not observe. The distinction is clear.’ --A Scandal in Bohemia
Orang-orang hanya melihat sebagian dari dalam dirinya, sehingga identitasnya tidak pernah terbongkar meski sudah hampir satu tahun lebih ia menyandang nama Viole.
Baam menikmati hidupnya di sekolah sebagai petugas perpustakaan. Dirinya yang tidak begitu suka menjadi pusat perhatian seantero sekolah bila jati dirinya sebagai Viole terkuak--lebih memilih menggunakan hobinya untuk menghabiskan waktu di perpustakaan.
Baam memperhatikan suasana sekolah yang cukup ramai, sepertinya ia kembali ke sekolah saat jam istirahat siang. Alasan mengapa Baam bisa keluar masuk sekolah di jam pelajaran karena sekolahnya telah mentolelir dirinya untuk pergi bekerja sebagai aktor--mengingat orang tua angkat Baam sudah meminta izin dan ikut 'menyumbang' sekolah. Jadi pihak sekolah pun tak terlalu peduli apakah sosok Baam hadir di sekolah atau tidak selama nilai pelajarannya bagus.
Melangkahkan kakinya pelan di koridor penuh siswa, Baam mempercepat jalannya untuk menghindari beberapa pasang mata yang memandangnya penasaran. Mungkin karena penampilannya yang sangat cupu atau culun, Baam tak peduli. Ia hanya ingin segera masuk ke kelasnya, mengambil kotak bento dan segera pergi ke perpustakaan untuk istirahat. Tubuhnya sudah cukup kelelahan karena tadi ia sempat berlari kesana kemari untuk adegan pengejaran.
Usai membawa kotak bento di kelas, Baam berjalan ke arah barat menuju perpustakaan. Ketika ia berbelok dirinya sama sekali tidak menyangka kalau seseorang tengah berlari hingga keduanya bertabrakan.
Baam meringis pelan, ia membenarkan posisi kacamatanya dan segera membawa bento yang tadi sempat terlempar--yang untungnya tidak rusak. Sebelum ia mengangkat tubuhnya untuk berdiri, maniknya menemukan uluran tangan seseorang di depannya. Ia mengangkat wajahnya dan mendapati remaja yang menabraknya tengah tersenyum padanya.
“Maaf, aku tadi tidak begitu melihat jalan. Kau tidak apa-apa?”
Dengan wajah sedikit merona, Baam menggeleng pelan. Ia menerima uluran itu dan berdiri. “Aku tidak apa-apa. Aku juga minta maaf karena tak begitu melihat jalan.” Jawabnya sambil melepas genggamannya.
“KURA-KURA BIRU! KEMARI KAU!”
Sang penabrak langsung mendecak sebal ketika mendengar teriakan khas anak lelaki lain yang berlari mendekat. Dia pun memberi senyuman kecil sebelum sosoknya kembali berlari meninggalkannya.
Baam mengedipkan matanya, ia melihat seorang siswa lelaki bermata merah tengah membawa tongkat pel dan berlari mengejar sang penabrak sambil berteriak keras. Melihat pemandangan khas itu, ia tersenyum kecil dan melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan.
Sebenarnya Baam memiliki rahasia lain. Rahasia di mana ia telah menyukai seseorang dan tak pernah mau mengatakannya. Ia sangat menyukai senyumnya, wajah bahagianya, tingkahnya, bahkan raut sinis penuh sarkasmenya pun sangat Baam suka. Namun, dia tidak pernah memberitahu siapapun tentang perasaannya.
Selain orang yang disukainya adalah seorang laki-laki yang mengartikan dia penyuka sesama jenis. Orang yang disukainya adalah murid paling populer di sekolah. Ya, sosok yang tadi sempat menabraknya. Seorang remaja bersurai biru muda dengan manik azure-nya yang indah, murid yang terkenal akan kejeniusan dan mulut tajamnya di sekolah.
Makanya, Baam hanya bisa memendam perasaannya dalam-dalam dan tak pernah berkeinginan untuk mengatakannya atau berteman dengan Khun. Karena baginya, melihat sosok itu dari kejauhan saja sudah membuatnya senang.
Dirinya tidak tahu sejak kapan hatinya tercuri oleh pemuda biru itu. Awal mula Baam melihat Khun adalah saat mereka tak sengaja satu kelas di kelas 1. Khun yang saat itu sedang dikejar temannya--Rak, memilih perpustakaan untuk bersembunyi. Baam yang kala itu ingin mendaftar untuk menjadi petugas perpus. Mendapati sang bluenette tengah berjongkok di bawah meja dengan dengusan, Baam hanya menautkan alisnya heran.
Saat tatapan mereka bertemu, Khun sedikit tertegun lalu menyeringai lebar, dia menyimpan telunjuknya di depan bibir, menyuruhnya untuk diam. Mengikuti keinginan sang bluenette, ia pun meninggalkan tempat persembunyian Khun dan memilih untuk membaca buku yang sempat ia tinggalkan.
Usai kejadian itu, Baam makin memperhatikan Khun. Remaja jenius yang sering adu mulut dengan temannya itu sangat menarik, dia terlihat bebas meski memiliki kondisi latar belakang keluarga yang rumit. Baam mengagumi sifat satu itu.
Semakin hari, Baam terus memperhatikan tingkah Khun dari kejauhan. Di mana sang bluenette sering kabur ketika temannya mengejar, di mana Khun berkata kejam jika ada yang mencari masalah padanya; meremehkan perkataan guru dan mengajaknya debat; dan hal-hal licik lain yang dia lakukan.
Tidak terasa setahun berlalu dengan cepat. Saat Baam naik ke kelas dua, ia kecewa karena dirinya tak bisa satu kelas dengan Khun.
Semejak itulah, ia mengerti. Rasa kosong di hati ketika tak bisa melihat Khun; rasa kecewa karena tak bisa melihat wajah Khun setiap hari; dan rasa cemburu ketika melihat sang bluenette bercengkrama dengan beberapa perempuan--padahal itu sepupu-sepupunya.
Pernah dirinya berpikir untuk berteman dengan sang bluenette. Namun, ketika ia ingat posisinya di sekolah, Baam mundur. Ia tahu kalau Khun tidak pernah membeda-bedakan status temannya. Tapi Baam berbeda, dirinya tidak ingin mencoreng nama Khun akibat seorang otaku cupu sepertinya yang tiba-tiba berteman baik dengan Khun. Jadi, yang bisa ia lakukan hanyalah melihat, memandang dan mengamati orang yang disukainya dari kejauhan.
Dan jangan sebut Baam adalah seorang stalker! Dia tidak sampai mengikuti Khun kemana pun atau mengambil foto sang bluenette diam-diam. Dirinya hanya memperhatikan, jika Khun ada dalam jangkauan pandangannya.
Tidak terasa waktu istirahat sudah habis, Baam pun bergegas menuju kelasnya dan mengabaikan sebuah pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
.
.
.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak dua puluh menit yang lalu. Baam yang mendapat jadwal menjaga perpustakaan, masih berada di sekolah. Lengannya sibuk mencatat nama-nama siswa yang tengah meminjam atau mengembalikan buku di atas meja. Ketika ia memandang jendela, alisnya tertaut heran. Tidak biasanya para siswa berkumpul di gerbang sekolah.
Untuk melihat lebih jelas, Baam berjalan mendekati jendela dan langsung shock. Ia melihat salah satu fans gila-nya tengah berteriak di gerbang sekolah.
Ha?!
Dengan cepat Baam berlari ke tempat kejadian, ia merogoh ponselnya dan mendapati pesan dari Lero Ro yang mengatakan jika fans hardcore-nya telah pergi ke sekolahnya dan dirinya harus hati-hati.
.
.
.
“Viole! Aku tahu kau sekolah disini? Kemarilah sayang~ beri pacarmu satu ini pelukan manis~” fans hardcore itu berkata dengan nada manis. Wajahnya memerah dipenuhi kebahagiaan--yang anehnya terlihat menjijikan.
Khun yang kebetulan berada di sana, melangkah maju. "Maaf menghancurkan fantasi indahmu, tapi di sekolah kami tidak terdapat murid bernama Viole."
Fans itu menyipitkan matanya dengan cibiran. "Hmph, kalian diam saja. Aku sedang menunggu pujaan hatiku~"
Baam yang baru sampai di tempat kejadian berusaha mencari ide yang bagus agar fans gila itu mengalihkan targetnya padanya. Sayangnya ia tidak bisa membuka identitasnya di depan keramaian seperti ini. Apa yang harus ia lakukan?
Saat sebuah ide brilian terlintas diotaknya, sang brunette pun berlari ke arah belakang sekolah. Ia melihat fans hardcore yang masih berdiri dengan angkuh. Ia benci ini, tapi dia tidak bisa membiarkan wanita gila itu membuat masalah di sekolahnya.
Dengan cepat Baam menunjukkan diri di seberang belokan jalan.
“Oi, aku disini!"
Wanita itu menoleh dan menemukan sosok ‘Viole’ yang tengah tersenyum arogan terhadapnya. Karena fans gila itu hanya diam tak bergerak, Baam memanfaatkan situasi itu untuk segera lari menjauh.
Dalam hati ia merutuk apa yang dilakukan rumah sakit jiwa sehingga pasiennya kabur dan mengejarnya kemari.
Kakinya terus berlari mejauhi sekolah, berharap wanita gila itu mengejarnya. Ia menggiringnya ke sebuah gedung tak terpakai yang terlampau sepi. Dirinya sengaja memilih tempat ini untuk mengulur waktu sampai bantuan dari rumah sakit jiwa datang.
Baam menyandarkan punggungnya di sebuah pilar di sudut gedung, ia mencoba menstabilkan napasnya yang sempat terputus-putus akibat sibuk berlari. Ia mempersiapkan bela dirinya jika wanita gila itu tiba-tiba datang.
“Perlu bantuan?”
“Huh?” Baam terlonjak kaget saat melihat sosok Khun tengah menyeringai lebar di sisinya.
“Ka--kau! Kenapa kau ada di sini?” tanya Baam terkejut.
Khun nyengir polos. “Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian mengurus wanita gila itu bukan?”
Menghela napas pendek, Baam memperhatikan suasana di sekelilingnya dengan serius. “Pergilah, aku sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.” Titah sang aktor sambil menekankan perkataannya.
Asal kalian tahu, wanita gila itu sangat berbahaya. Beberapa fans miliknya dulu pernah hampir mati karena wanita gila itu dengan emosional menusuknya dengan pisau hanya karena mendapat tanda tangan edisi khusus miliknya.
Khun memperhatikan Baam yang sedang mengawasi keadaan. Ia baru tahu kalau aktor terkenal seantero Jepang ternyata berasal dari sekolahnya. Tapi kenapa dia tidak pernah melihatnya? Sosok semanis Viole pasti tak akan terlewat oleh Khun. “Tapi aku tak pernah melihatmu sebelumnya di sekolah."
--deg!
“Jangan lengah, wanita itu sangat gila. Aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya dia bisa kabur dari rumah sakit jiwa.” Jawab Baam cepat mengalihkan topik pembicaraan. Jantungnya berdegup, karena kedekatan mereka saat ini. Ia berusaha menahan rona merah saat hidungnya menangkap aroma khas Khun.
Ketika wanita gila itu datang, Khun melempar bola asap dan membuat pandangan si fans gila mengabur.
Kesempatan itu pun digunakan Baam untuk berlari dan memukul si wanita gila sampai jatuh pingsan.
“Hora, berterima kasihlah karena aku sudah datang.” Khun berkata sambil tersenyum arogan.
“Arigatou gozaimasu.” Balas Baam pelan.
Baam memandang Khun sejenak lalu berjalan ke arah dokter rumah sakit jiwa untuk menanyakan beberapa hal.
Sang bluenette yang terabaikan, kemudian menarik lengan Baam untuk menjauh dari para petugas dan membawanya ke tempat yang lebih sepi.
“Hei!”
Khun kemudian meng-kabe don sang aktor dengan pandangan meneliti, perasaannya atau bukan namun dia rasanya sangat mengenal sosok di depannya. Ketika ia menemukan sebingkai kacamata di saku sang brunette, alisnya tertaut. Lengannya membawa kacamata bulat itu dan mendapati raut Baam yang berubah horor.
Menyeringai penuh kemenangan, Khun pun memasangkan kacamata dan menarik wig cokelat di kepala Baam. Ia terkejut saat melihat sosok di depannya, seukir seringaian khas tersungging di mulutnya.
“Wah, wah ternyata aktor terkenal Viole adalah Baam. Seorang siswa yang dijuluki kutu buku dan anti sosial.” Khun memandang Baam lekat.
Baam berusaha untuk menahan rona merah di wajahnya karena kedekatan Khun. “Terserah kau saja, aku mau pulang.” Merasa mengelak pun percuma, sang aktor pun mengalah dan hendak pergi sebelum lengannya dicengkram oleh Khun.
“Tunggu, apa kau tidak keberatan bila aku membocorkan rahasia ini ke publik?” azure-nya menatap Baam penuh minat.
Mendengarnya Baam memasang raut khawatir. “Kau mau mengancamku?”
“Menurutmu?” jawab Khun licik, cengkramannya mengerat. Khun kini bahkan tengah mengurung Baam antara dinding dan tubuhnya.
“Lalu apa maumu?” Baam yang tak menyukai kedekatan tubuh mereka--ia berusaha menstabilkan degupan jantung dan melupakan aroma khas Khun yang hampir membuatnya terlena--mendorong bahu sang bluenette untuk menciptakan jarak.
“Berkencanlah denganku.” Khum berkata serius.
“Huh?” Baam mengedipkan mata. “Apa?” tanyanya memastikan.
Mendengarnya Khun tertawa kecil. “Maaf, tidak ada pengulangan. Jika diulang aku anggap jawabanmu sebagai 'ya'."
Lengan Khun tergerak untuk mengelus pipi Baam dengan lembut. Pandangannya melembut dengan raut tulus. “Sebenarnya dari dulu aku ingin berteman denganmu, tapi kau yang selalu menyendiri dan memasang dinding tebal di sekitarmu, membuatku segan untuk mendekatimu. Makanya aku hanya bisa melihatmu dari jauh.” Jujurnya dengan senyuman.
--bluussh!
“Ah, dari wajahmu sepertinya jawabannya adalah iya.”
Khun pun mendekati Baam dan memberikan sebuah ciuman manis dengan hati-hati--mengingat ini adalah ciuman pertama mereka. Sang aktor yang merasakan benda kenyal nan manis tengah menempel di bibirnya, perlahan menutup mata dan menikmati sentuhan hangat itu.
“Aku tunggu kencan kita sabtu siang di taman A. Jaa na~ ore no Viole~ (Bye~ my Viole)”
Baam pun tersenyum sambil memandang Khun yang melambai padanya. Ia tak menyangka bahwa orang yang sudah lama disukainya ternyata memiliki perasaannya yang sama terhadapnya.
Dan ia sangat menantikan kencan mereka lusa nanti.
Kira-kira apa yang akan Khun lakukan di kencan mereka?
Hanya Khun yang tahu jawabannya dan tugas Baam untuk menikmatinya.
(/>w</)\(>w<\) OMAKE (/>w<)/(>w<\)
Untuk kesekian kalinya Rak memutar bola matanya bosan melihat tingkah sahabat baiknya yang tengah memandangi seseorang di dalam perpustakaan. Terkadang dirinya kebingungan, Khun itu tipe orang yang akan melakukan apa yang ia mau. Tapi, pengecualian bagi orang yang selama ini selalu diperhatikannya dari kejauhan.
“Kura-kura biru bodoh!” Rak berteriak untuk menyadarkan acara la-la-land temannya. “Jika kau menyukainya, dekati dia dan ucapkan perasaanmu, aho! Pemimpinmu ini sudah lelah memperhatikan dirimu yang begitu payah!”
Mendengarnya Khun mendengus sebal. “Tidak semudah itu buaya! Dan berhenti mengataiku bodoh! Aku lebih jenius darimu!
Dan akhirnya Rak hanya bisa marah-marah tak jelas. Temannya yang satu ini sangat tidak memiliki harapan. Rak sudah memperhatikan Khun dari kelas satu SMA bahwa kura-kura biru ingin mendapatkan kura-kura hitam sebagai mate. Tapi si bodoh aoi kame tidak juga bergerak mendekati mate pilihannya.
Geez, sudah jelas si kura-kura hitam juga selalu memperhatikan si aoi kame. Tapi aoi kame tidak pernah tahu karena hanya pemimpin hebat sepertinya yang lebih jenius daripada Khun.
That two idiot! Just go on mate already!
Karena jika tidak Rak akan memastikan untuk memaksa mereka untuk melakukannya, segera--pikirnya kejam.
-END-
Remake~ aww terlalu unyu Baam UwU
Salam,
Yoru
13 Agustus 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro