5. Honeymoon Yang Kacau [ 3 ]
Mobil Range Rover berwarna hitam tiba di parkiran sebuah kedai kopi di kota Mataram. Kei dan Gista turun dari mobil dan langsung masuk ke kedai kopi yang dimana kamu bisa melihat secara langsung pembuatan kopi pesanan mu.
Kei dan Gista mengambil tempat duduk sedikit ke arah sudut, tepatnya di No smoking area karena Coffee bar tersebut memiliki ruangan khusus untuk para perokok. Di Coffee bar tersebut menyediakan berbagai varian kopi. Bagi yang tak suka kopi, kedai ini pun menyediakan minuman lainnya seperti creamy nutty Latte, jus buah, teh atau pun minuman coklat.
Setelah memesan beberapa cemilan dan kopi, kekesalan yang mereka rasakan tadi sudah mulai berkurang namun mereka tetap saja terus memikirkan keberadaan Ryu dan Levin.
Baru saja Kei dan Gista menikmati kopi pesanan mereka , tiba-tiba saja pendengaran mereka menangkap pembicaraan yang berasal dari meja yang berada tak jauh dari meja mereka.
Kedua laki-laki berpostur proporsional lengkap dengan kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) itu tengah berbicara serius satu sama lain sambil menyebutkan nama Ryu dan Levin.
"Gue yakin banget Ryu dan Levin beneran lagi ada di Lombok, mereka terbang dari Bali ke sini. Kita harus bisa nemuin mereka, karena menurut gue ada hal yang mencurigakan dari keberadaan mereka di Bali dan sekarang di Lombok, " kata Laki-laki yang mengenakan kaos berwarna putih itu tampak begitu menggebu saat berbicara.
"Iya, gue juga sepemikiran sama lu. Apalagi katanya ada yang lihat kalau Ryu dan Levin lagi bareng dua cewek. Apa mungkin mereka lagi kencan di sini ? Atau salah satu dari cewek itu si Louisa. Model yang lagi gencar banget di gosipin sama si Ryu." Ucap laki-laki yang lain yang menggunakan jaket denim, ekspresi wajahnya tak kalah serius.
"Kalau sampe kita bisa dapetin bukti tentang keberadaan mereka di sini, gue yakin banget ini akan jadi berita terpanas nomor satu."
"Kyaa Bayu, Adi !, " Pekik Gista keras hingga membuat kedua laki-laki yang tengah mengobrol serius itu menoleh serempak dan seketika memotong pembicaraan mereka.
"Gista?," Ucap kedua laki-laki itu kompak.
Kedua paparazi yang sedang memburu berita tentang Ryu dan Levin itu bernama Bayu dan Adi. Mereka ternyata adalah rekan satu kerja Gista di perusahaan.
Bayu dan Adi memang di kenal sebagai paparazi handal yang selalu di tugaskan oleh perusahaan untuk memburu berita dan mencari tahu fakta-fakta tersembunyi tentang kabar para pesohor negeri. Gista pun sering bekerja sama bersama Bayu dan Adi, entah itu ketika wawancara ataupun pembuatan sebuah artikel.
"Ngapain kalian di sini ?," Tanya Gista sambil berjalan menuju meja kedua laki-laki itu.
"Ya kerja donk Gis, lu sendiri ngapain di sini ? Katanya lu cuti pulang kampung ke Bali" ucap Bayu, laki-laki yang menggunakan kaos putih tersebut.
"Gue ? Ya gue emang cuti pulang kampung, tapi lagi main aja ke sini, kan dekat tinggal nyeberang gue" ucap Gista sambil berusaha untuk tetap terlihat tenang.
"Oohh, Enak ya lu pulang kampung sekalian traveling" timpal Adi, laki-laki berjaket denim.
"Iya donk. Kalian lagi ngerjain apa di sini ? Lagi nyari berita apa ?" tanya Gista.
"Kita lagi buntutin aktor tampan Gis, si Ryujin sama Levin. Mereka lagi ada di Lombok dan katanya kemaren mereka baru abis dari Bali. Kita lagi curiga mereka lagi kencan di sini."
"Masa sih ?" ucap Gista sedikit terbata-bata dengan mata membulat.
"Iyaa. Bahkan katanya ada fans yang udah lihat mereka langsung di sini."
"Ahh, mereka lagi ada syuting kali di sini. Kalian berdua jangan bikin berita sembarangan" ucap Gista.
"Supaya gak bikin berita sembarangan, makanya kita buntutin mereka jauh-jauh sampai ke sini. Soalnya ada yang bilang mereka datang ke sini bareng 2 cewek, bisa jadikan itu pacar mereka."
"Bukan ! Itu bukan pacar mereka" pekik Gista tiba-tiba, membuat kedua paparazi itu terkejut seketika. Kei yang sedang duduk tak jauh dari tempat mereka berdiri pun tampak menepuk dahinya karena kesal dengan ucapan spontan Gista yang bisa saja mengundang curiga.
"Lu kenapa tiba-tiba teriak sih Gis ? Biasa aja kali, kan itu baru dugaan" ucap Adi.
"Tau nii, ngagetin aja. Lagian kenapa jadi lu yang panik" timpal Bayu.
"Eehhh, siapa yang panik ? Gue cuma gak mau aja sampai kalian bikin berita yang gak benar, kan kasihan Ryu dan Levinnya. Bisa aja cewek yang bareng mereka itu asistennya atau staf dari agency mereka."
"Yaa namanya juga paparazi Gis, pasti penuh dengan kecurigaan lah. Karena itu kita di sini buat mencari tau jawaban dari kecurigaan kita. Lu kayak bukan awak media aja Gis." Ucapan Bayu seketika membuat Gista diam dan hanya bisa menyengir kuda.
"Lu sama siapa ke sini Gis ? Cewek di sana itu bukannya Keinarra yaa, anak dari CEOnya Mark Cloth ? Lu ke sini sama dia ?" Tanya Adi penasaran.
"Ahh, iya gue datang sama kak Kei ke sini" ucap Gista tanpa bisa mengelak lagi.
"Lu akrab sama dia Gis ? Kok bisa ?" tanya Bayu menggebu-gebu.
"Iya, itu gara-gara waktu itu gue pernah wawancara di perusahaan dia, dari situ kita jadi akrab, terus kebetulan lagi sama-sama di Bali, yaa udah liburan bareng" ucap Gista berusaha agar tak menimbulkan kecurigaan.
"Ohh gitu,ya udah Gis, kita pamit duluan yaa. Masih banyak tugas pemburuan yang harus kita kerjakan" ucap Bayu berpamitan.
"Lho kok buru-buru ? Kalian gak mau jalan-jalan menikmati pemandangam Lombok dulu ? Tempat di sini bagus-bagus loh, gak usah terlalu menggebu nyari berita gitu lah" ucap Gista mencoba mengalihkan kedua rekan kerjanya itu.
"Gak Gis, tugas adalah yang utama, biar bisa dapat bonus dari perusahaan. Kita duluan yaa"
"Iya ". Ucap Gista kaku.
"Gis lu kan akrab sama si Kei itu. Lu cari tau tu tentang dia. Gue dengar kabar, katanya dia mau merried tapi gak di restuin sama bokapnya. Kali aja artikelnya booming" bisik Adi pada Gista sebelum kedua paparazi itu pergi.
"Ahh gila lu. Gini-gini gue masih menghargai privasi teman gue sendiri. Gue gak gila kayak kalian" ucap Gista kesal.
" Hahahaaa"
Bayu dan Adi hanya tertawa merespon ucapan Gista. Mereka langsung melesat pergi meninggalkan Gista yang kini terserang panik karena kedua rekannya itu sedang gencar memburu berita tentang Ryu dan Levin yang juga pasti bisa menyeret dirinya.
Gista bergegas kembali ke tempat di mana Kei sedang duduk, dengan paniknya ia mengajak Kei untuk segera kembali ke hotel dan berusaha mencari keberadaan si empunya ulah yaitu suami mereka masing-masing.
Setelah membayar pesanan mereka di kedai kopi tersebut, Gista langsung menarik paksa tangan Kei untuk segera pergi. Mereka langsung melajukan mobil sambil terus berusaha menghubungi Ryu dan juga Levin namun tetap tak berhasil.
Kei dan Gista sampai di hotel tempat mereka menginap. Mereka langsung menuju ke kamar mereka berharap Ryu dan Levin ada di sana namun nihil adanya.
Kei maupun Gista nyaris putus asa, pasalnya detik itu juga Ryu dan Levin tak bisa di hubungi, ponsel mereka bahkan tak aktif
Ingin mengomel pun rasanya Kei dan Gista sudah tak bisa, mereka hanya bisa bingung dan menunggu hingga ponsel Kei berdering, tanda ada sebuah panggilan telpon masuk.
"Siapa yang telpon kak ?" tanya Gista cepat dengan wajah tegang .
Kei tampak terdiam sejenak sambil terpaku menatap ponselnya.
"Kak Kei, siapa yang telpon ? Kak Ryu ya ?" tanya Gista antusias.
"Bukan Gis. Ini Remi yang telpon"
"Angkat kak, mungkin kak Remi bisa bantu kita."
Kei akhirnya mengangkat telpon dari Remi. Dari ekspresi wajah Kei, ia tampak sedikit agak syok dan hanya bisa terdiam tanpa mengucap kata apapun selain 'hallo' pada awal pembicaraan. Ia hanya mendengarkan suara Remi yang berbicara dan di akhir panggilan telepon tersebut Kei hanya menjawab 'ya' lalu ia menutup telponnya.
Gista yang menyaksikannya pun ikut bingung dengan ekspresi yang Kei tunjukan.
"Kak lu kenapa ? Kak Remi bilang apa ?" tanya Gista.
"Gis, kita harus balik ke Jakarta sore ini juga tanpa Levin dan Ryu" ucap Kei lemah.
"Loh kok gitu ? Terus kak Ryu sama Levin gimana ? Mereka di mana sekarang ?"
"Gis, paparazi udah mulai banyak yang mencium keberadaan kita di sini. Remi minta kita balik ke Jakarta duluan, supaya gak menambah kekacauan. Nanti Ryu dan Levin mereka yang akan urus katanya."
"Ahh, terus aku harus ninggalin honey aku di sini sendiri ?" rengek Gista.
"Kita gak punya pilihan lain Gis. Setengah jam lagi akan ada orang yang jemput kita buat ke bandara. Kita siap-siap sekarang."
Dengan berat hati Gista dan Kei mengikuti semua instruksi dari Remi. Mereka membereskan segala perlengkapan mereka dan langsung menuju bandara bersama jemputan yang di utus dari agency.
Melewati jalur khusus Kei dan Gista kini sudah berada di dalam pesawat dan siap terbang menuju Jakarta. Sebelum Gista menonaktifkan ponselnya, ia sempat membuka sosial medianya dan betapa syoknya Gista ketika membaca hampir di seluruh media sosial kabar tentang keberadaan Ryu dan Levin kini menjadi berita teratas.
"Omg gila !" pekik Gista spontan hingga membuat penumpang lain menatap heran ke padanya. Sadar menjadi bahan perhatian, Gista akhirnya hanya bisa menyengir kuda.
"Iihh, lu kenapa teriak sih Gis ? Jangan mengundang perhatian orang deh. Lu jangan nambah masalah baru" ucap Kei penuh penekanan.
"Iyaa maaf kak. Gue kaget baca berita di sosmed, nih" tutur Gista sambil menyodorkan ponselnya pada Kei.
Kei yang melihat semua berita yang ada di sosial media itu pun hanya bisa menghembuskan napas berat. Ia menghempaskan tubuhnya ke kursi dan berusaha menetralkan perasaanya yang tengah kacau.
Pikiran Kei melayang memikirkan Ryu yang entah di mana keberadaannya. Tak hanya Kei tapi Gista pun merasakan hal yang sama, ia malah meneteskan air mata karena khawatir memikirkan suaminya.
🐾🐾🐾
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro