
Part 26 Berita Terburuk (2)
Hay hay hayyy
Vote and coment jangan lupa, yang siders jangan siders mulu... Vote lah jangan lupa🙃
.
.
.
.
.
.
.
.
"Welcome Felix, akhirnya lo dateng juga." Jinyoung mempersilakan Felix duduk di sofa tepat di sampingnya. Felix tidak bisa fokus saat ada kericuhan di luar rumah kosong yang mereka tempati.
"Disana lagi ada tawuran?"
"Lo enggak bisa lihat? Masa iya mereka lagi senam diluar?" Felix mendengus menatap keadaan kacau diluar sana. Perasaan Felix semakin tidak enak, ia jadi merasa agak risih saat Sunwoo dan Eric menatap sesuatu di balik pintu yang berada di depan sofa yang ia duduki.
Pintu itu letaknya tidak jauh dari ruang tamu yang sekarang Felix tempati. Ia bisa menebak kalau pintu itu pasti adalah kamar lama yang sudah tidak terpakai.
"Jadi kita mulai ke intinya aja, lo mau buat Hyunjin jera kan?" Jinyoung mengulurkan tangan tanda persetujuan kepadanya.
Duk
Duk
Duk
"Ckck, si bodoh itu menganggu saja." Jinyoung segera menyuruh Sunwoo untuk masuk ke dalam pintu yang sejak tadi Felix lihat.
"Disana ada siapa?" Felix bertanya tapi entah mengapa Jinyoung menyuruh dia mengulurkan tangan sepertinya.
Lantas Felix mengulurkan tangannya perlahan. Tapi sebelum itu pintu terbuka lebar menampakkan Sunwoo yang menyeret Hyunjin yang tidak bisa dikendalikan.
"Hyunjin..." Felix seketika maju dan menepuk pipi Hyunjin yang dirasakan Hyunjin seperti memukul dirinya berulang kali. Hyunjin hanya mendengus mendorong Felix menjauh dan dia yang mencoba bangun tapi dia malah terhuyung jatuh.
"Kalian apakan Hyunjin?!" Jinyoung tertawa sebentar dan mulai menendang badan Hyunjin ke lantai sesaat Hyunjin yang meminta pertolongan untuk berdiri.
"Kita membuatnya jera, bodoh. Kita telah membuatnya jera?!" Jinyoung bersama Sunwoo dan Eric tertawa dan Felix tahu ini bukan lelucon.
Sunwoo serta Eric membawa Hyunjin yang tergeletak dan menariknya keluar dari rumah kosong ini.
"Apa yang kalian lakukan?!" Jinyoung menguncinya dari dalam dan Felix cuma bisa meneriaki nama Hyunjin saat pintu rumah kosong itu ditutup dan dikunci rapat.
Felix harus menyelesaikan masalah lagi, Hyunjin dengan mabuknya bukan masalah mudah di area tawuran tersebut.
Bukk
Duak
Felix mulai melawan ketiganya dengan kekuatannya yang tidak terkendali. Dia hampir terkena pisau Sunwoo dan ia segera mendobrak pintu rapuh itu untuk melarikan diri. Tapi sayangnya seseorang dari arah berlawanan memukul kakinya dengan balok kayu dengan cepat hingga ia mulai meringis tak tertahan.
Ia harus mencari Hyunjin, Hyunjin sudah tidak ada lagi di teras rumah saat ini.
.
.
.
.
.
.
"Itu sangat mengerikan, kau tahu tawuran itu menyebabkan 5 orang tewas."
"Jadi bagaimana kau bisa pulang kembali bersama Hyunjin?" Felix terdiam dan mulai melanjutkan ucapannya.
"Kita bertemu sekitar 30 menit setelahnya, saat itu Hyunjin sudah terjatuh dengan kepalanya yang mengeluarkan darah—cuma sedikit. Di sebelahnya ada seseorang yang tewas dengan tusukan pisau di perutnya. Gue yakin semua itu bukan ulah Hyunjin, karena Hyunjin sama sekali enggak megang pisau dan di badannya tidak ada darah mengalir kecuali di kepalanya. Jadi gue langsung aja bawa dia pulang dan untungnya dia udah enggak terlalu mabuk lagi."
"Udah selesai?" Felix mengangguk dan Chaeyeon mulai menghela napas lega. Jadi semua ini ulah Jinyoung bersama kedua temannya.
"Kita balik dulu, lix. Semoga kita besok masih bisa main bareng lagi." Ucapan terakhir Jisung membuat hatinya ngilu. Mereka langsung saja menutup pagarnya pelan dan mulai berjalan pulang karena hari mulai gelap.
"Lo langsung percaya sama Felix gitu aja?" Tanya Chaeyeon di perjalanan pulang. Jisung terdiam sebentar lalu tersenyum.
"Dia enggak bakal bohongin gue, kalau dia memang bohongin gue hari ini—itu pasti untuk melindungi orang lain, bukan dirinya sendiri." Chaeyeon sedikit menyesal telah membicarakan yang tidak tidak tentang Felix.
Baginya, Felix tetaplah Felix yang sewaktu SD selalu menjadi bahan iri para orang tua, dia akan selalu menjadi pribadi yang baik dan tidak sombong kepada orang lain.
* * *
Beberapa hari setelahnya, Seungmin mengendarai motor seperti biasa menuju sekolahnya. Tidak lupa dia minta uang ke ayahnya walaupun sekolah mulai lenggang karena sudah selesai UKK. Seungmin itu anak rajin, biasanya temannya yang lain berangkat karena ada remedial, beda sama Seungmin yang berangkat karena mau belajar di perpustakaan selama 3 jam full. Lagian dia juga enggak akan dapat nilai dibawah rata-rata, dia sangat yakin semua nilainya berada di atas kkm karena sebelumnya ia sempat menyalin jawabannya untuk dia koreksi sendiri.
Ternyata itu semua jadi kenyataan, saat nilai UKK ekonomi dibagikan, ia menjadi salah satu orang yang mendapat nilai diatas kkm. Untungnya juga Seungmin dapat nilai pas kkm, beda sama semua temannya yang nilainya saja dibawah 60. Renjun yang jadi teman sebangkunya saja merasa dia dan Seungmin itu derajatnya kayak langit dan bumi. Nilainya saja dibawah 50 jadi dia cuma bisa iri melihat nilai Seungmin yang dapat 80.
"Min, bagi-bagi otak dong. Gue ngerasa insecure sumpah ngeliat otak gue gini amat!" Seungmin mau ngakak aja dengernya, alhasil dia bantuin Renjun menjawab 2 soal dari 5 soal perbaikan yang ada. Lumayan juga dia bantuin biar nambah pintar walaupun ya ujung-ujungnya si Renjun yang dapet untung lebih banyak.
"Bentar lagi kelas 11, min. Gue sedih sumpah kalau enggak sekelas sama lo lagi." Muka Renjun langsung cemberut. Walaupun Seungmin itu pintar, dia enggak peduli sama kepintarannya. Renjun lebih peduli karena si savage itu selalu melindunginya. Dia merasa aman bersama Seungmin.
"Berdoa aja." Seungmin tersenyum dan tidak lama pergi dari kelas menuju perpus. Perpustakaan letaknya tidak jauh, dia tidak harus menaiki motornya untuk sampai kesana. Setelah sampai tidak lama ia langsung saja duduk nyaman mengambil buku catatan yang telah ia bawa. Ia segera mengambil beberapa buku untuk merangkumnya dan sekitar satu jam satu bab materi sosiologi kelas 11 telah usai.
"Min, Jisung kemana?" Seungmin menoleh saat Yeji datang dan mulai duduk di sampingnya. Ia mengernyit dengan tampang jijik menatap buku yang Seungmin pelajari.
"Kayaknya lagi perbaikan.." Seungmin segera merebut bukunya saat Yeji mulai meraih buku sosiologi itu. "Emang kenapa?" Seungmin menyelidik tapi Yeji malah mengeluarkan tampang kesal karena tidak diizinkan untuk melihat buku itu.
"Gue enggak mau ya dimarahin ibu perpus karena lo tiba-tiba ngelempar buku itu sampai rusak." Yeji cuma mendengus lalu pergi membuat Seungmin seketika sadar dan mulai bersuara agak sedikit kencang.
"Hyunjin gimana?" Yeji menoleh saat hampir membuka pintu yang bertuliskan dorong.
"Ya biasa aja—"
"Felix dalam keadaan paling ringkih—menurut gue. Jadi gue mau tahu aja respon Hyunjin gimana?" Yeji cuma bisa diam dan kembali membuka pintunya tapi dia urungkan kembali.
"Gue tahu ya lo mau ngobrol sama Jisung tentang Felix." Yeji cuma bisa terkejut saat Seungmin berhasil berada di sampingnya dan segera menarik tangannya menuju kelas 10 ipa yang Yeji yakini ia akan menuju kelas Jisung.
.
.
.
.
.
Sekolah sudah mulai lenggang, tidak ada lalu lalang orang yang biasa terlihat di jendela kelas. Jam mulai tepat berada di tengah atas, posisinya menerangkan bahwa matahari mulai berada di puncaknya dan suhu panas mulai menghunus badan mereka.
Yeji cuma bisa termenung, kelas Jisung baru saja usai mengadakan remedial kimia. Ia bersama Seungmin langsung saja masuk ke dalam setelah kelas dalam keadaan kosong.
"Kenapa lo ajak Seungmin?" Jisung mengernyit heran dengan sesosok datar yang sedang membaca buku di sebelahnya.
Bukk
"Anjir lu?!" Jisung mengelus kepalanya kesakitan. Seungmin dan buku 1000 halaman membuatnya ingin memakannya saat itu juga.
"Kalian kalau mau ngomong bisa enggak sih enggak usah sembunyi-sembunyi? Masalah Felix itu harus segera diselesaikan terbuka, kita bisa cerita sama yang lain. Kalau cerita sendiri-sendiri kapan mau selesai?"
"Tapi, min. Banyak orang malah enggak efektif, lo tahu sendiri sekarang kebanyakan lagi sibuk sama nilai perbaikan. Gue aja pusing gimana yang lain?" Jisung menengadah dan memperlihatkan nilai remedial kimia yang berada di nilai 60.
"Lo bisa lihat bukan nilai gue sendiri?"
"Ya tapi elo yang emang enggak belajar, mana bisa udah perbaikan masih juga di bawah?" Ucap Seungmin sarkas membuat Jisung terdiam kesal. Yeji disebelahnya juga kesal mendengarnya.
"Yasudah, sana lo pergi?! Kita enggak butuh elo disini!!" Sembur Yeji membuat Seungmin pergi dari kelas.
Itulah mengapa Jisung tidak ingin jika ada orang selain dia dengan Yeji. Seungmin yang sudah dekat dengannya saja bisa berkata kasar tanpa tahu aturan.
"Jadi gimana, ji?" Tanya Jisung menyadarkan kesunyian.
"Kita harus ke rumah gue sekarang." Jisung cuma bisa mengangguk mengiyakan.
Semoga Yeji tidak menghilangkan semua harapannya, karena ia tahu bahwa Yeji masih kembaran Hyunjin. Ia merasa salah memilih seseorang bercerita karena Yeji masih akan melindungi kembarannya bagaimanapun juga.
* * *
Hello gaess sorry telat update lama bangettt soalan sibuk PAS dan aku jg habis sakit😅. Lagi pemulihan kok sekarang, aku kebut juga bikin ceritanya dan akhirnya selesai.
Ohh iya partnya tinggal dua lagi, untuk kalian yang pengen ceritanya update besok (karena sekarangnya mau aku revisi) bisa tekan bintangnya. Kalau udh ada 3 atau lebih (juga gapapa 😍) besok ane update.
Okee see you😍
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro