Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

• CHAPTER 14 : Stress •

Star Avenue, Alexa's house.

Sudah dua hari sejak pertemuan Alex dengan Liam di kedai es krim milik Paman Chuck yang membuat Alex tak berani keluar dari kamarnya, barang sebentar pun.

Alex hanya diam di kamarnya, duduk di tepi kasur, menatap jendela besar di sudut ruangan dengan pandangan kosong. Sikapnya mendadak berubah dingin sejak mendengar ucapan detektif James melalui sambungan telpon dua hari yang lalu.

Alex sungguh tidak tahu apa-apa tentang kematian Wayne dan Louis, tapi bagaimana bisa kedua orang itu tewas setelah mereka mendekati gadis itu?

"Alex?" Suara Lance terdengar dari balik pintu. Ia terdiam beberapa saat sebelum mengetuk pintu dan berkata, "Aku akan masuk." Sembari membuka pintu kamar Alex dan menghampirinya.

Lance berdiri di sisi Alex dan mengamatinya. Gadis itu tampak sedikit lebih kurus dan wajahnya memucat. Sementara lingkaran hitam terlihat menghiasi mata birunya yang sayu. "Alex, bagaimana keadaanmu?"

Alex menggeleng lemah. "Aku tidak yakin."

"Ayahmu berbicara padaku pagi ini," kata Lance memulai. "Kau mengurung diri di kamar setelah mengalami serangan panik sepulang dari pemakaman. Kau pergi ke pemakaman siapa?"

Gadis itu bersedekap dan menggigit bibirnya sebelum bersuara, "Aku pergi ke makam Wayne."

Dahi Lance sontak berkerut dalam. "Untuk apa? Kau tahu itu sangat berbahaya, bukan?" Hanya dari suaranya, Alex bisa langsung tahu bahwa Lance mengkhawatirkannya. Alex pun menoleh ke arah Lance. "Polisi akan mengira kau terlibat dalam kematiannya, Alex."

"Mereka memang," tukas Alex cepat. "Mereka sudah mencurigaiku terlibat dalam kematian Louis hanya karena aku mau berkencan dengannya. Menurutmu apa yang lebih buruk dari semua ini?"

Lance mencebik dan membenarkan posisi kacamatanya yang merosot sebelum tubuhnya yang tinggi merendah dan duduk di tepi ranjang seperti Alex.

"Aku terus memikirkannya dan ini hanya membuatku semakin takut, Lance."

Netra cokelat terang milik Lance menatap Alex sedih. Ia menarik napas dan merengkuh gadis itu, membiarkan tangis Alex mereda sedikit demi sedikit di dalam pelukannya. Sesekali Lance mengelus punggung gadis itu sampai Alex benar-benar merasa lebih baik dan tangisnya berhenti.

Alex mendongak seraya menyeka kedua pipinya yang basah. "Terima kasih sudah mendengarkanku, Lance."

Laki-laki yang sudah lama menjadi sahabat Alex ini pun mengangguk paham. "Omong-omong, bagaimana kau tahu kalau polisi sudah mencurigaimu terlibat dalam kematian Wayne? Apa mereka sudah menemuimu?"

Alex terdiam. Ia tidak bisa mengatakan apapun soal hubungan Liam dan James kepada siapapun termasuk Lance, Alex sudah berjanji. Namun sekarang, ia justru kebingungan untuk membuat alasan di depan sahabat laki-lakinya itu. "Itu--aku--"

Ponsel Lance yang tiba-tiba berdering dan memecah suasana membuat Alex bisa bernapas lega sekarang. Setidaknya ia masih memiliki waktu untuk memikirkan sebuah alasan sampai Lance selesai mengangkat telponnya.

"Ada apa?" tanya Alex berbasa-basi ketika Lance selesai menerima panggilan.

"Aku harus pergi sekarang." Lance kemudian mengedikkan bahunya. "Sophia menungguku di perpustakaan. Aku lupa menjanjikannya untuk belajar bersama sore ini, aku benar-benar lupa."

Alex menggeleng tak percaya dan menyilang kedua tangannya di dada. "Sophia akan membunuhmu, Lance," godanya.

"Tidak, dia akan membunuhmu lebih dahulu karena membuatku melupakannya," balas Lance yang dibalas dengan tawa kecil dari gadis di hadapannya. "Lihat? Kau tampak manis saat tersenyum, Alex."

Alex mendesah dan membuang wajahnya ke arah lain. "Berhenti menggodaku dan pergi sana. Sophia pasti sangat kesal karena ini."

Lance tertawa dan mengangguk setuju. "Baiklah. Sampai jumpa lagi, Alex," katanya seraya berlalu pergi dari rumah gadis itu.

Tak berselang lama, ponsel Alexa bergetar di atas nakas. Dengan perasaan tak nyaman, Alexa pun membuka ponselnya dan menemukan nomor asing terpampang di layar.

Ia baru saja menerima sebuah pesan dari nomor anonim tersebut yang membuat kedua mata Alex membulat seketika.

"Alex, kenapa kau tidak pergi ke kampus? Jika kau sakit, aku akan datang dan menjengukmu ke rumah besok. Bagaimana?" []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro