Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

• CHAPTER 12 : Dilema •

Area parkiran, Golden University.

Namun rencana itu tidak pernah terjadi karena Lance dan Sophia muncul di sana. Sophia mengetuk kaca mobil Liam dan meminta Alex untuk membuka jendelanya.

"Sophia?" Alex tampak bingung. Bagaimana Sophia dan Lance bisa tahu kalau Alex berada di dalam mobil Liam. "Bagaimana kau tahu aku di sini?"

Gadis berambut cokelat itu tersenyum percaya diri dan mengibaskan rambut cokelat panjangnya ke belakang. "Tentu saja kami tahu. Kami melihatmu di depan loker dan mengikutimu karena merasa ada yang tidak beres," katanya berterus terang. "Kau tampak pucat. Apa kau sakit?"

Alex tersenyum tipis dan menggeleng. "Tidak, aku baik-baik saja."

Sophia lantas melirik Liam yang terus memandanginya dan bertanya, "Apa kalian akan pergi bersama?"

"Ya, kami akan--"

"Oh, tidak," sela Alex dengan cepat. Ia lalu melihat Liam dan menatapnya penuh arti. "Kami hanya membicarakan tugas drama yang akan kami kerjakan berdua Aku akan pulang bersama kalian." Tubuhnya yang ramping pun segera turun dari mobil mewah tersebut.

"Alex, bagaimana dengan rencananya?" tanya Liam bingung.

Gadis itu hanya tersenyum kikuk dan memandangi teman-temannya bergantian. "Aku akan menghubungimu," katanya pada Liam. Alex kemudian menarik lengan Lance dan Sophia untuk membawa keduanya menjauh dari mobil Liam. "Bukankah kita akan mengerjakan tugas di rumahku hari ini?"

"Apa kau baik-baik saja, Alex?" Lance menatap Alex khawatir. "Kau terlihat banyak pikiran akhir-akhir ini."

Sophia pun mengangguk setuju.

Namun Alex menepis semua kegelisahan teman-temannya dengan terus berusaha tersenyum ceria. "Kurasa aku hanya perlu seporsi lasagna dengan ekstra daging dan lemon tea kesukaanku." Gadis itu menggumam pendek sebelum melanjutkan, "Bagaimana jika kita mampir ke Amor Cafe sebelum ke rumahku?"

Sophia mengangguk setuju, "Tempat itu punya pasta tomat yang lezat. Kedengarannya menarik." lalu mengalihkan wajahnya pada Lance. "Bagaimana menurutmu?"

Laki-laki berkacamata itu lantas tersenyum dan mengiyakan pertanyaan permintaan Alex. Mereka pun pergi ke Amor Cafe untuk memenuhi hasrat di dalam perut mereka sebelum berkutat dengan tugas-tugas ilmiah yang rumit. Namun jauh dari tujuan awal ketiganya, Alex pergi ke tempat itu untuk mengetahui siapa penggemarnya--yang mengerikan itu.

"Mau pesan sesuatu, Lance?" tanya Alex.

Laki-laki berusia 20 tahun yang duduk di samping Alex itupun mengangguk. "Aku ingin taco dengan ekstra sayur dan satu americano."

Ketika sang pramusaji datang, Alex segera mengatakan semua pesanan dan mereka pun diminta untuk menunggu. Di tengah-tengah obrolan ringan, Sophia yang diliputi rasa penasaran pun akhirnya memberanikan diri membuka suara. Ia pun berdeham pelan hingga menarik perhatian Alex dan Lance di hadapannya yang tengah sibuk berdua.

"Ya, Sophia?" Alex menatap Sophia. "Ada sesuatu?"

Gadis itu mengangkat kedua sudut bibirnya yang berpoles gincu berwarna merah menyala sebelum melanjutkan, "Kalian tampak sangat dekat. Apa kalian sudah lama berteman?" Ia merasa perlu menanyakan ini karena peduli pada Lance. Laki-laki itu tampaknya sangat menyukai Alex dan Alex tidak pernah menyadarinya. Bukankah sebagai teman, Sophia harus membantunya?

Lance mengangguk-anggukan kepalanya tanpa mengucapkan apapun. Dia sungguh tipe yang tidak banyak bicara.

Membuat Sophia menggerutu kesal karenanya. "Lance, bisakah kau katakan sesuatu yang lebih jelas? Seperti 'ya, kami sudah berteman sejak sepuluh tahun yang lalu' atau semacamnya?"

Lance terkekeh geli. "Ya, baiklah. Kami memang sudah berteman selama sepuluh tahun. Apa itu cukup, Sophia?"

Bukannya membuat senang, Lance justru membuat Sophia semakin kesal. "Menyebalkan. Aku akan bertanya pada Alex saja," katanya yang lantas melemparkan pandangannya pada Alex. "Bagaimana kalian bisa dekat? Berteman selama itu bukan sesuatu yang mudah, bukan?"

Alex melihat Lance dan menganggukan kepalanya, "Ya," lalu kembali pada Sophia. "Dia satu-satunya teman yang kumiliki karena orang tuaku sangat pemilih dan keras. Kami bisa berteman karena kami satu sekolah sejak kecil dan dad mengenal siapa orang tua Lance dengan baik."

Sophia menggigit bibirnya, merasa tak enak pada Alex.

"Jangan sungkan. Kau tidak perlu merasa canggung pada kami," tukas Alex menenangkannya. "Dahulu, hanya ada Lance. Sekarang, kau juga bagian dari kami. Bukankah begitu, Lance?" Ketika Alex menoleh pada Lance, laki - laki itu tengah sibuk dengan ponselnya hingga tak sedikitpun menanggapi pertanyaannya. Kedua alis Alex pun bertaut. "Lance, kau tidak mendengarkanku?"

"Apa?" Laki-laki itu terkesiap. "Oh, tidak. Aku mendengarkanmu."

Sophia pun mencebik dan menyilang kedua tangannya di dada. "Apa yang sedang kau lakukan? Tampaknya kau sibuk dengan duniamu sendiri saat sedang bersama kami."

Lance tertawa pendek. "Kau berlebihan, Sophia." Ia pun menyimpan ponselnya ke dalam saku celana dan melihat kedua temannya bergantian. "Aku sedang berkirim pesan dengan temanku. Bukan apa-apa."

"Kau menyebalkan, untung kau tampan," kata Sophia sarkastik.

Kemudian selang beberapa detik, sang pramusaji pun tiba. Ia meletakkan satu persatu makanan ataupun minuman dalam nampan yang dibawanya ke atas meja. Tanpa menurunkan sedikitpun senyum dari bibirnya yang keabuan, pramusaji itu melihat Alex dan berkata, "Semua pesanan kalian sudah selesai. Tapi ada seseorang yang menitipkan surat untukmu, Nona."

Sophia dan Lance sontak beralih pada Alex, menatapnya penasaran. "Aku?" tanya Alex yang tak kalah bingung dengan kedua temannya.

Pramusaji itu mengeluarkan secarik kertas dari saku kemeja putihnya dan menyodorkannya pada Alex. "Semoga kalian menikmati makanan kalian," katanya lalu pergi setelah kertas tersebut diterima oleh gadis itu.

"Kau bahkan menerima surat walau tidak sedang berada di kampus," ucap Sophia cemas.

"Mungkinkah penggemar rahasia itu menguntitmu?" tambah Lance.

Sophia menggeleng kuat-kuat dan menutup matanya. "Ini mengerikan. Jangan katakan itu, Lance."

Alex melihat Sophia lalu ke Lance bergantian, "Aku akan membacanya." sebelum tangannya yang berbalut banyak gelang suede membuka lipatan kertas putih itu dan mulai membaca. "Alexa, apakah kau datang ke sini karena ingin menemuiku? Maaf aku tidak bisa muncul di depan teman-temanmu karena aku harus pergi sekarang. Sebagai permintaan maaf, aku sudah membayar semua makanan yang kau dan teman-temanmu pesan. Nikmati makanannya dan bersenang-senanglah -good boy."

Sophia memekik. "Ini gila!" Sambil menatap semua makanan di atas meja, ia menggeleng tak percaya. "Dia mengikutimu dan membayar semua pesananmu. Bagaimana kau bisa mendapat penggemar yang sangat mengesankan sekaligus mengerikan, Alex?" []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro