Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

• CHAPTER 10 : Louis Freck •

Golden University, New York.

Mr. Wallens bangkit dari kursi kebesarannya dan menatap putri sematawayangnya tak percaya. "Apa? Bagaimana kau bisa berkencan dengannya, Alex?!" hardiknya tak terima. Pria bertubuh tambun dengan jas hitam super mewahnya yang ketat itu lantas menghampiri Alex dan menarik tangannya paksa. "Sekarang juga kita pulang!"

"Permisi, Tuan, tapi kau tidak bisa membawanya pergi sekarang," sergah James sembari mencoba melepas tangan Mr. Wallens dari Alex. "Kami membutuhkan kesaksiannya di sini."

Mr. Wallens menoleh sinis dan menepis tangan detektif itu kasar, "Lepaskan tanganmu dariku!" lalu kembali menarik Alex hingga ia terseret dan bangkit. "Jangan pernah menemui putriku dan coba-coba mengaitkannya dengan kematian pemain basket itu! Putriku tidak terlibat dengan berandal sepertinya."

Tanpa menunggu siapapun berkomentar, pria berusia 50 tahunan itu membawa Alex keluar dari ruangannya. Tampak di wajahnya yang menua, ekspresi kesal bercampur tak percaya. Ia memandang rendah sang pemain basket. Bagaimana putrinya, Alex, bisa berniat menerima ajakan makan siang dari laki - laki yang tidak selevel dengannya. Mr. Wallens merasa tersinggung oleh putrinya sendiri.

"Karena Alex tak ada di sini, bisakah aku dan Lance pergi sekarang?" sela Sophia. "Kami tidak terlibat dalam kematian Louis dan menghampiri Alex karena khawatir. Kurasa Lance dan aku tidak dibutuhkan lagi di sini."

James berbalik. Sembari mengangkat tangannya, ia berkata, "Tunggu sebentar. Bisakah aku menanyakan sesuatu padamu, Nona?"

Mata hijau Sophia melirik Lance yang duduk di sebelahnya sebelum akhirnya mengangguk setuju.

Kemudian James kembali duduk di tempatnya, di seberang Sophia. "Apakah temanmu itu sungguh berkencan dengan Louis? Seberapa dekat hubungan mereka?"

Sophia melihat semua orang di sekelilingnya bergantian dan menyadari bahwa bukan hanya detektif muda itu yang penasaran, tapi Liam juga. Liam tampak memerhatikan gadis berambut panjang itu dengan raut ingin tahu sehingga ia merasa terintimidasi dan buru-buru menjelaskan, "Louis mencoba mendekati Alex dengan berkata bahwa dia adalah penggemarnya dan mengajaknya makan siang di cafe baru. Kurasa mereka bahkan tidak sempat melakukannya karena, ya, seperti yang kita semua tahu tentang Louis. Dia tewas."

Kedua alis James pun bertaut dan kedua tangannya saling bersedekap di depan dada. "Maksudmu, ini kencan pertama mereka?"

Sophia terkikik geli dan merangkul Lance yang ada duduk di sampingnya. "Ini bukan kencan pertama mereka, ini kencan pertama Alex. Selama ini Alex hanya memiliki Lance sebagai teman prianya."

Detektif itu mengalihkan pandangannya pada Lance. "Apa kau kekasihnya?"

Laki - laki berkacamata itu mendadak gugup. Wajahnya memerah dan dengan sekali tepis, ia berhasil membuat tangan Sophia menyingkir dari tubuhnya. "Ti--tidak! Kami hanya berteman baik," dalihnya.

"Apa menurutmu Alex memang memiliki hubungan khusus dengan Louis?" tanya James lagi, seolah rasa penasarannya belum habis.

Lance menggumam panjang dan menggelengkan kepalanya.

"Baiklah. Terima kasih atas waktu kalian," James tersenyum sopan dan merogoh sesuatu dari saku jaketnya. Kartu nama. "Jika kalian menemukan sesuatu yang aneh atau mencurigakan, kalian bisa segera menghubungiku."

Sophia dan Lance mengangguk kompak setelah menerima kartu nama yang diberikan oleh detektif James sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan Mr. Wallens. Menyisakan James dan Liam di sana.

"Apa kau masih berniat menutup kasusnya?"

James berkerut kening. "Apa?"

"Wayne." Liam menoleh, menatap James yang duduk di sampingnya. "Kita tidak bisa menyebut kematian Wayne sebagai kasus bunuh diri biasa, bukan?"

Akhirnya detektif itu mengangguk setuju. Ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sebelum kembali bersuara. "Sangat sulit mengungkap kasus kematian Wayne, kita pasti membutuhkan waktu yang agak lama karena minimnya bukti dan tidak ada saksi. Tapi akan berbeda jika dalam hasil autopsi Louis, kita menemukan sesuatu yang mengarah pada adanya tindak percobaan kekerasan atau pembunuhan."

Liam mencebik. "Aku membayarmu untuk mengungkap kasus kematian satu orang, tapi tampaknya tugasmu akan bertambah sekarang. Bisakah kau melakukannya dengan benar kali ini?"

James hendak menjawab, kalau saja Baron tidak muncul dan menginterupsi obrolan mereka. "James!" seru Baron sembari menghampiri rekannya. "Aku mencarimu kemana - mana."

James lalu bangkit dan bertanya, "Ada apa? Apa petugas medis sudah memindahkan mayatnya?"

Baron mengangguk cepat. "Tapi ada sesuatu yang harus kukatakan kepadamu," katanya panik.

James dan Liam saling bertukar pandang saat Baron menarik napas dan melanjutkan kata-katanya, "Ponsel Louis tidak ditemukan di TKP. Ponselnya menghilang." []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro