Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab Tiga

Bagi Sakura, saran Ino sungguh tidak masuk akal. Bagaimana mungkin dia tiba-tiba menghubungi Sasuke tanpa alasan? Bisa-bisa lelaki itu malah terganggu.

Pada akhirnya, ia menganggap pertemuan dengan lelaki bernama Sasuke itu tak lebih dari sekedar keberuntungan. Bahkan mereka tak lagi berkomunikasi.

Ia hanya sesekali mendengarkan musik band Sasuke.dan menurutnya cukup oke. Namun ia hanya sekedar mendengarnya di Youtube, tidak sampai  pergi ke konser mereka.

Terlepas bagaimanapun persuasi Ino, ia tak begitu peduli. Toh ia tidak sedang mencari pacar saat ini. Sudah lebih dari setahun sejak kali terakhir ia punya pacar dan ia sedang menikmati masa menyenangkan tanpa laki-laki.

Namun pada akhirnya ia menemukan dirinya sendiri menghabiskan satu jam hanya untuk memilih pakaian dan merias wajah. Ia sedang dalam perjalanan ke lokasi kencan buta. Terpaksa, karena Ino sampai memohon-mohon padanya. Katanya, mereka kurang satu orang.

Plang sebuah restoran terlihat di kejauhan dan Sakura segera menarik napas dalam-dalam. Sebentar lagi ia akan sampai di restoran tempat kencan buta, dan ia bertanya-tanya pria macam apa yang akan hadir kali ini. Kalau sesudah ini masing-masing berpisah secara berpasangan, ia akan frontal bahwa dirinya tidak tertarik menjalin hubungan lebih dari teman.

Begitu mobil taksi online berhenti di depan restoran, Sakura segera turun. Ia melangkahkan kaki menghampiri seorang pelayan yang berada di depan pintu.

"Aku mau bertemu temanku yang sudah reservasi. Namanya Tuan Sabaku," ujar Sakura, menyebutkan nama meja yang diberitahukan Ino di perjalanan.

Salah seorang pelayan segera membukakan pintu, kemudian mengantarnya ke meja. Jantung Sakura sedikit berdebar keras. Ia bahkan tidak tahu seperti apa wujud pria bermarga Sabaku itu. Bahkan nama depannya saja dia tidak tahu.

Tatapan Sakura tertuju pada sekeliling ruangan. Dua tangan yang melambai ke arahnya membuat Sakura berjalan lebih cepat. Ino dan Tenten, teman sekantornya, tersenyum begitu melihatnya. Selain mereka, Hinata, teman sekantor mereka yang agak pendiam bahkan juga ikut.

"In ...." Ucapan Sakura terputus seketika. Sesaat, tubuhnya seolah membeku. Matanya terbelalak lebar ketika melihat wajah salah satu dari keempat lelaki yang berada di sana. Ia menemukan Sasuke lagi dan berpikir kalau ia salah lihat, namun lelaki itu juga terlihat sedikit kaget saat mereka bertemu pandang.

Sayangnya, reaksi Sakura dan Sasuke yang terlihat aneh malah membuat keduanya menjadi pusat perhatian. Naruto dan Kiba mulai meledek Sasuke yang terlihat tidak nyaman, sedangkan Tenten dan Ino juga mulai heboh.

"Oi, Sasuke. Kau kenal cewek ini?" tanya Kiba sambil menyeringai.

Sasuke mengangguk pada akhirya. Ia berkata, "Kebetulan tidak sengaja bertemu."

Sakura melangkah menghampiri meja mereka. Ia berniat duduk di kursi kosong yang berhadapan dengan lelaki berambut merah, namun Ino yang sebelumnya duduk di hadapan Sasuke segera pindah tempat.

"Eh, Sakura. Kau duduk di sini saja, ya. Awas kalau kau sampai pindah," ancam Ino sambil bangkit berdiri dan menarik pundak Sakura.

Sakura tidak menolak. Bagaimanapun juga, tidak ada tempat lagi selain di seberang Sasuke. Namun ia masih terkejut karena tiba-tiba bertemu lagi dengan Sasuke. Ketika kencan buta pula.

"Astaga, aku tidak mengira bakal bertemu denganmu di sini, lho," Sakura memulai pembicaraan pada Sasuke. Ia masih tak mengira kalau Sasuke tipe yang tertarik dengan hal semacam ini.

Tatapan Sakura tertuju pada tiga lelaki lainnya. Wajah mereka terlihat familiar, terutama si pria berambut merah dan pirang itu.

Sakura segera memperlihatkan seulas senyum, lalu berkata, "Ah, aku sampai lupa memperkenalkan diri. Aku Sakura. Kalian semua teman band Sasuke, kan?"

Ketiga lelaki itu saling berpandangan satu sama lain sebelum segera menganggukan. Naruto yang terlihat paling ekspresif. Lelaki berambut pirang itu segera berucap, "Aduh, aku terharu. Rupanya kita bertemu fans di sini. Salam kenal, aku Naruto."

Sakura hanya menanggapi dengan senyum. Sebetulnya tidak bisa dibilang fans juga. Toh ia cuma mendengar sesekali. Namun ia tidak tega membuat mereka kecewa.

Ketiga lelaki itu segera memperkenalkan diri masing-masing. Sasuke hanya diam saja dan memilih meminum cola yang masih berisi tiga perempat. 

Sore ini, penampilan Sasuke terlihat lebih rapi ketimbang pertemuan mereka sebelumnya. Lelaki itu memakai kemeja hitam ketat dengan lengan yang digulung hingga bawah siku serta dua kancing terasa yang terbuka. Lelaki itu juga memakai celana berwarna abu-abu yang senada dengan pakaiannya. 

Meski sedang kencan, Sasuke bahkan masih menggunakan antingnya. Lelaki itu entah bagaimana seolah tetap berusaha menunjukkan dirinya sendiri meski pakaiannya lebih rapi.

Sakura menatap keempat lelaki itu sejenak. Sejujurnya, ia tak tahu bagaimana kencan buta ini akan berakhir. Namun rasanya ia tidak berminat menghabiskan waktu berdua saja dengan para lelaki ini dengan tujuan pendekat mengarah romansa.

Ia tidak tahu akan berpasangan dengan siapa, namun ia sedikit berharap agar dipasangkan dengan Sasuke. Kalau diperhatikan dari gesture, lelaki ini juga terlihat tidak berminat. Mereka bisa segera pulang begitu berpisah dengan yang lain.

"Oi, ini sih jelas banget.  Dua orang ini sepaket," ujar Naruto, membuyarkan pemikiran Sakura.

Sakura seketika berucap, "Eh? Apa yang sepaket?"

Secara kebetulan, di saat yang sama Sasuke juga menoleh. Lelaki itu tampak heran, lalu menanyakan hal yang sama.

Namun Ino dan Tenten tampak heboh menyadari kedua insan berlainan jenis itu terlihat serasi. Bahkan Hinata yang cenderung diam sampai ikutan tersenyum.

"Masih bertanya? Ya kalian berdua, lah," sahut Naruto sambil menyeringai.

Sakura terdiam, tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Ia merasa canggung. Sasuke juga terlihat tidak nyaman.

"Iya. Kalau begitu, habis makan kita semua berpisah. Yang lain diundi, kecuali Sasuke dan Sakura," usul Kiba yang disambut dengan anggukan yang lain.

Sasuke terdiam. Bibirnya terbuka, terlihat jelas ingin mengatakan sesuatu. Namun Sakura segera menyahut, "Eh? Nanti kurang adil buat yang lain, dong. Mungkin Sasuke mau bersama yang lain, atau ada yang mau ber...."

'Aku tidak, kok. Sakura bersama Sasuke saja, ya," ujar Hinata, dengan tatapan tertuju pada Naruto diam-diam.

"Sama! Aku juga," timpa Tenten.

Ino melirik Sasuke sekilas. Sejujurnya, Sasuke itu tipenya. Wajah lelaki itu tampan, selera fesyennya juga oke. Namun ia sempat berbincang sebentar tadi, tampaknya Sasuke sama sekali tidak berminat dengannya.

"Oke," ujar Sasuke dengan raut wajah datar.

Reaksi Sasuke malah membuat tiga pasang pria dan wanita di meja mereka semakin heboh. Sejenak, wajah Sakura sedikit merona. Ia tak mengira Sasuke akan mengiyakan.

Setidakmya, bersama Sasuke lumayan juga. Lelaki itu pasti tidak akan kecewa kalau ia mengaku terpaksa pergi kencan buta. Sesudah makan malam, mungkin ia bisa langsung pulang.

.
.

Setelah makan malam dan membayar tagihan, mereka semua berpisah di restoran.  Selain Sasuke dan Sakura, pasangan lain sungguhan diundi. Hinata terlihat senang bersama Naruto. Sedangkan Tenten bersama Kiba, dan Ino bersama Gaara.

Ponsel Sakura bergetar segera sesudah keluar dari restoran. Ia mendapat pesan dari Ino di group chat dadakan yang dibuat demi keperluan kencan buta. Katanya, kalau ada yang aneh dari para lelaki itu, siapapun bisa menghubungi di chat.

---------------
From : Ino

Aku bareng Gaara ke Pasage Coffee.

Semangat ya buat kalian, apalagi Sakura ^^

---------------

Sakura tidak membalas pesan. Ia bahkan berpikir untuk segera pulang sekarang. Sasuke juga pasti ingin pulang.

Sasuke ikut berhenti melangkah ketika Sakura mengeluarkan ponselnya. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun memutuskan diam begitu Sakura mengeluarkan ponsel.

Begitu Sakura memasukkan ponselnya, ia segera menatap Sasuke dan segera memulai bicara, "Emm ... Sasuke, maaf. Sebenarnya aku terpaksa ikut. Soalnya Ino & Tenten memaksa, katanya kalian berempat."

Sasuke segera berdecak secara refleks, "Aku juga sama."

Sakura tersenyum lega. Sesuai dugaannya, Sasuke terlihat jelas tidak berniat ikut kencan buta.

"Syukurlah. Soalnya dari tadi kau terlihat jelas tidak berniat. Yah tujuan kita sama, sih," Sakura mengakhiri kalimat dengan senyuman.

"Jadi kau mau pulang? Kalau mau ke stasiun, aku juga searah," ucap Sasuke.

Sakura terdiam sejenak. Ia tidak tahu mau ke mana, namun juga malas pulang. Apa ia berjalan-jalan sendirian saja?

"Kau mau ke mana?"

"Supermarket," jawab Sasuke.

Rasanya sedikit lucu membayangkan orang berpenampilan seperti Sasuke berkeliling supermarket. Membahas supermarket, mendadak ia terpikir untuk berkeliling di sana. Siapa tahu ada cemilan di keranjang diskon.

"Oh, aku ikut, ya."

Tatapan Sasuke yang tertuju padanya terlihat tidak nyaman. Sebelum Sasuke sempat bereaksi, Sakura cepat-cepat menambahkan, "Jangan salah paham. Aku bukan sengaja mau mengikutimu. Kebetulan aku cuma malas pulang, jadi aku ingin ke supermarket membeli cemilan di rak diskon."

"Ayo."

Tanpa menunggu jawaban Sakura, Sasuke langsung berjalan. Sakura segera mengejar lelaki itu. Entah hanya perasaan saja, namun rasanya Sasuke seolah memperlambat langkahnya.

.
.

Sepanjang perjalanan, tak satupun dari mereka memulai percakapan. Di dalam kereta, penumpang cenderung diam. Pada akhirnya, Sakura hanya berjalan mengikuti Sasuke layaknya anak ayam mengikuti induknya.

Ketika keluar dari peron, Sakura bersuara pada akhirnya.

"Supermarketnya di mana?"

"Di sana, 200 meter lagi," sahut Sasuke seraya menunjukkan arah dengan tangannya.

"Oh, oke. Kau mau beli apa?" tanya Sakura dengan rasa penasaran.

Sedetik berikutnya, Sakura segera minta maaf. Ia baru sadar menanyakan hal yang mungkin saja bersifat pribadi.

"Makanan diskon," sahut Sasuke.

Sasuke benar-benar di luar dugaan. Setelah bisa menasihati panjang lebar layaknya ibu-ibu, sekarang bahkan mengejar makanan diskon yang terkadang bisa lebih murah dari makanan bento vending machine.

"Oh? Jam segini sudah ada?"

Sasuke mengangguk, "Makanan mereka diskon mulai jam 8 malam."

Sasuke sedikit mempercepat langkahnya. Sakura berusaha mengikuti lelaki itu, memastikan agar tidak tertinggal.

Begitu masuk ke dalam supermarket, Sasuke segera mengambil keranjang, kemudian berjalan ke tempat makanan siap santap. Ada beberapa orang yang juga mengerubungi beberapa rak tertentu. Ada juga rak yang hanya tersisa 1 kotak makanan.

Sasuke segera mengambil 2 buah sandwich bertuliskan diskon di dekatnya dan onigiri. Selain itu Sasuke juga mengambil bento yang tersisa dua kotak.

Sakura sedikit terlambat. Begitu ia menghampiri etalase, bentonya sudah kosong. Ia hanya mengambil sandwich dsn onigir yang tersisa beberapa.

"Bentonya enak?" tanya Sakura dengan rasa penasaran.

"Lumayan. Kau mau?" Sasuke berinisiatif menawarkan sambil meraih salah satu bento di keranjangnya sendiri.

"Boleh, nih? Kau gimana?"

"Masih ada satu. Besok malam aku ke sini lagi."

Sakura merasa sungkan. Bagaimanapun juga, Sasuke mengambil terlebih dulu. Namun supermarket ini lunayan jauh dari kantornya, ia tidak akan sering berkunjung.

"Tidak masalah, nih?" tanya Sakura lagi.

"Sambilanku dekat sini," sahut Sasuke.

Pada akhirnya, Sakura menerima sslah satu kotak bento itu, lalu menaruh di keranjangnya.

"Mengajar piano?" tanya Sakura, berbasa-basi.

Sasuke menggeleng, "Bukan. Yang lain."

Sakura merasa penasaran dengan lelaki ini. Katanya, lelaki itu instruktur piano dan membentuk band. Pekerjaan apa lagi yang diambilnya?

"Aku penasaran, apa saja pekerjaanmu?"

Biasanya, pertanyaan pribadi dari orang yang tidak terlalu dikenal tidak akan dijawab. Namun entah kenapa Sasuke jadi lebih terbuka dengan perempuan berambut merah muda ini. Rasanya, ada sesuatu di dalam dirinya yang membuatnya melakukan hal itu.

"Mengantar makanan, menjaga minimarket, merawat akun game, menjadi instruktur piano, dan bandku. Namun jadwal mengajarku ditambah, jadi bulan depan aku berhenti mengantar makanan," jelas Sasuke.

Sakura merasa lelah hanya dengan mendengarnya. Kalau ia harus menjalankannya, rasanya ia bisa ambruk di minggu pertama. Ia mengagumi Sasuke yang sungguh berdedikasi.

"Ya ampun. Membayangkannya saja aku sudah capek duluan. Kau hebat sekali, sih."

Sasuke menggeleng. Memang itu hal yang harus ia lakukan. Apalagi ia tinggal sendirian. Keluarganya menolak mendukungnya secara finansial karena tidak setuju dengan pilihan kariernya. Sedangkan latihan band membutuhkan uang untuk membeli peralatan dan sebagainya.

"Rak cemilan diskon di sana," Sasuke sengaja mengubah topik. Ia segera mengajak Sakura ke rak diskon.

Di rak itu ada berbagai macam barang, mulai mie instan, biskuit, sabun sampai bahan makanan. Sakura tersenyum, tidak mengira makanan diskonnya begitu banyak.

Ia segera mengambil beberapa yang ia inginkan seolah kalap. Sedangkan Sasuke hanya melihat-lihat dengan tenang, lalu mengambil apa yang ia butuhkan sesudah berpikir sejenak.

Sakura tak mengira kencan tak terduganya dengan Sasuke akan berakhir dengan berbelanja makanan diskon bersama di supermarket. Berbelanja bersama Sasuke tidak buruk juga.

-Bersambung-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro