Second
Wanita bersurai kelabu itu menatap hutan rindang di salah satu dahan pohon, mulutnya berdeham melantunkan sebuah nada tak beraturan
Langit cerah biru muda dengan segumpal awan mempercantik pemandangan
Keheningan hutan tiba tiba terusik akan adanya pertarungan tak jauh dari lokasi si wanita
Kali ini pandangannya beralih pada sesosok manusia yang entah sejak kapan berada disana, melawan roh kutukan dengan wujud aneh berbadan besar mengerikan
Manusia itu menggunakan pedang dengan begitu lihai, dengan lincah ia memotong tubuh kutukan dalam beberapa tebasan saja
Pedang tadi ia masukkan kedalam mulut roh kutukan yang melilit di tubuhnya, dan kembali mengeluarkan pistol
Pistol itu ia arahkan tepat ke kepala roh kutukan, dengan sekali tembak roh itu musnah dengan cepat
Melihat betapa hebatnya manusia itu, rasa penasaran wanita tersebut membuncah tinggi
Ia ingin menemuinya dan mengenalnya lebih jauh lagi
Kutukan, makhluk yang terlahir dari sifat negatif manusia. Ambisi, kebencian, dendam, dan penyesalan
dari energi negatif yang terus bertumpuk itulah tercipta sebuah makhluk mengerikan yang disebut dengan roh kutukan
Dan, dari sanalah dia tercipta, Roh kutukan berwujud manusia. Sang kutukan 'penyesalan'.
Langkah lelaki itu terhenti ketika seorang wanita tak dikenal berada di hadapannya, menatapnya dengan wajah berseri senang
Lelaki itu mengerut, dalam sekali pandang saja ia itu tau bahwa wanita di depannya bukanlah manusia, melainkan roh kutukan
"Hebat!!"
Suaranya halus memuji tanpa adanya nada tersirat, tanpa rasa takut wanita itu berjalan mendekat, senyuman terpoles indah di wajah pucatnya
"Kau bisa mengalahkan roh kutukan itu dengan cepat. Jika itu aku, mungkin aku sudah sekarat" lanjutnya sambil terkekeh kecil
Lelaki itu diam mengamati, walau begitu tubuhnya memasuki mode waspada
"Jujur saja, aku begitu mengagumimu. Bisa mengalahkannya padahal kau tak memiliki energi kutukan dalam dirimu"
Wanita itu duduk di salah satu pohon tumbang dengan santai, semilir angin menerbangkan beberapa anak rambutnya
Mengetahui lelaki di depannya sedang waspada kepadanya, wanita itu kembali tersenyum
"Siapa kau"
Tak ada basa basi sama sekali, Lelaki itu menatap tajam
Membuat pose berpikir, wanita itu memiringkan kepalanya. Tersadar akan sesuatu
"Hm? Aku siapa ya-- bisakah kau memberikan aku nama?"
"Kau bercanda--"
Wanita itu menatap polos lalu menggeleng "aku tak bercanda! aku tak memiliki nama, jadi berikan aku nama agar mudah dipanggil"
Seminggu sudah berlalu, setelahnya lelaki itu sering mengunjungi hutan untuk menemui wanita kutukan aneh tersebut
Lelaki dengan wajah datar malasnya memanggil Wanita yang sedang tiduran di atas dahan
"(Name)"
Mendengar panggilan, wanita itu-- kau langsung bangun, segara menoleh ke asal suara dan tersenyum senang
"Toji!!"
Mengubah posisi menjadi berdiri kemudian terjun ke ke bawah tanpa butuh waktu lama, setelahnya kau duduk tenang di samping Lelaki bernama lengkap Zen'in Toji
"Sudah kubilang berapa kali jangan memanggilku dengan nama kecil"
Seolah menulikan pendengaran kau menatap Toji dengan raut kesal "aku tak mendengarmu, telingaku terlalu sibuk"
Toji mendengus lalu menaruh sebuah makanan di pangkuanmu, lalu mengacak rambutmu dengan sedikit tenaga "bodoh"
"Kau merusak tatanan rambutku. Dasar lelaki kasar"
Kadang Toji tak habis pikir, bagaimana bisa ia berteman dengan kutukan aneh yang bahkan tak bisa mengeluarkan energi negatif
Kalau itu dirinya, ia paham karena seorang manusia. Tapi topik yang sedang ia bicarakan adalah sesosok makhluk yang terlahir dari energi negatif manusia
Dan setiap ditanya, kau hanya akan menjawab 'kalau kau tanya aku, aku tanya siapa dong?' dengan ekspresi yang menurut Toji terlihat begitu menyebalkan
Toji melirikmu yang asik makan tanpa memperdulikan sekitar "(name) jika aku menjualmu pasti kau akan mendapat harga tinggi"
Tersedak onigiri kau menatap Toji dengan kesal "apa maksudmu menjualku ha!?"
"Kutukan yang hobi memakan onigiri dan tak bisa mengeluarkan energi Kutukan"
Toji menyandarkan punggungnya di pohon membiarkanmu yang terus mengoceh kesal sambil terus memasukkan onigiri kedalam mulutnya
"Jangan jangan kau ini produk gagal ya (name)"
Dan wajah Toji langsung terkena bogem mentah darimu
"Toji boleh aku ikut pergi denganmu saat menjalankan misi?"
Toji menatap wajahmu dengan wajah konyol, tapi dengan cepat ia mengontrol ekspresi wajahnya dan menyentil dahimu pelan
Kau yang diperlakukan seperti itu langsung mengerut kesal, tanganmu mengepal dan meninju perut Toji sekuat tenaga
Tapi, karena perbedaan kekuatan yang jauh. Toji tak merasakan apapun daripada pukulan mu selain rasa geli, gorilla memang Toji ini
"Kau hanya akan merepotkan ku"
"Aku akan duduk diam tanpa mengganggumu, jadi ayolah!!"
Meluluhkan hati Toji itu susah, membuat Toji untuk mengatakan ya adalah hal yang langka. Dan itulah tantangan yang paling kau suka
"Jadi, bagaimana?"
Toji menghela nafas kasar melihatmu masih bersikeras untuk ikut, lalu tanpa aba aba Toji mengangkat mu dan menggendong seperti sedang membawa sekarung beras
Kau yang belum siap langsung memekik dan meronta "apa yang kau lakukan, aku bisa berjalan sendiri bodoh"
"Jika aku tak menggendongmu, kau akan ketinggalan jauh" jawabnya tanpa dosa
Perempatan imajiner muncul di keningmu "setidaknya bisakah kau menggendongku dengan cara yang benar, aku ini perempuan"
"Kau itu perempuan?"
Dan langkah kaki Toji yang awalnya pelan menjadi berlari kencang "TOJI SIALANNN!!!"
Malam sepi yang diiringi suara jangkrik sebagai pemecah keheningan menjadi sedikit terasa ketika saja Toji datang dengan ekspresi yang tak bisa di gambarkan saat tengah malam di hutan
Kau yang asik menatap bulan dan sekumpulan awan menoleh keheranan "Kenapa kau kemari Toji? Ini tengah malam loh"
Toji masih saja terdiam tanpa ada niatan untuk berbicara, sudah biasa di abaikan kau kembali menatap langit
Semilir angin malam ikut menemani di keheningan antara keduanya, kau tersenyum kecil sambil menyenandungkan beberapa lirik lagu
"Tsuyu no mannaka~"
Kau masih asik bernyanyi tanpa tau ekspresi Toji yang terlihat sedih, Toji memejamkan mata berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri
Setelah bait terakhir selesai di senandung kan, Toji langsung berucap dengan nada serak
"Aku akan menikah"
Senyumanmu langsung luntur begitu saja, kau menatap langit dengan linglung. Tak berani menoleh ke arah Toji "Ah- selamat"
"Kemudian mengganti marga ku"
Matamu terasa begitu perih sekarang, sekaan bulir air akan jatuh ketika kau mengedipkan matamu "Eh~"
Toji yang menyadari suaramu yang semakin terdengar lirih hanya bisa menahan diri, berusaha berbicara dengan normal "(Name) kau tak apa?"
Seakan banyak duri tak kasap mata menusuk hatimu, kau menggigit bibirmu dengan kuat. Perih, sakit "Tentu"
"Maafkan aku"
Kau menoleh kearah Toji dengan pelan, ekspresi wajahmu terlihat begitu kacau sekarang. Seakan kau bisa hancur jika Toji mengucapkan beberapa kata lagi "Kenapa kau meminta maaf? Memang sewajarnya seperti itu kan"
Tak mau menjawab, Toji merentangkan kedua tangannya lebar "Butuh pelukan?"
"Hm"
Kau langsung menerjang dengan cepat kedalam pelukan. Kau sudah tak bisa menahan rasa perihnya dan langsung menangis kencang
Tanganmu memeluk erat Toji tak ada niatan melepaskan. Toji menutup matanya tangannya sibuk mengelus punggung wanitanya
Berusaha menenangkan wanita yang entah sejak kapan mengisi kosong kehidupannya
atau sedang berusaha menenangkan dirinya yang lemah hingga merusak kebahagiaan di antara keduanya
"Toji, bulannya indah ya"
Ucapan lirih disela tangis yang entah kapan akan mereda
Dengan Toji yang tak bisa membalas ucapan itu, dan hanya kecupan di pucuk kepala saja yang bisa ia berikan sekarang
Semenjak hari itu pula keduanya tak pernah bertemu, seakan pertemuan singkat itu hanya angin lalu
Entah berapa bulan berlalu kau tak peduli
Kau tersenyum pedih mengingat bagaimana lelaki itu walau menyebalkan bisa begitu menyenangkan dan selalu setia mendengar setiap ocehan mu
Tanpa sadar air mata kembali mengalir di pelupuk mata "menyedihkan"
Kau menatap kosong langit pagi yang cerah dengan mata berkaca "jika saja aku manusia"
Langkah kakimu terus berjalan entah kemana hingga berhenti di ujung jurang
"Mungkin saja sekarang aku sudah bisa bersanding dengannya" Dan tubuhmu langsung terjatuh begitu saja
Gelap…
Dingin…
Sepi…
"Aku benar benar payah"
"(--me)"
"(Name)!!"
"(Name) bangun!!"
Toji dengan wajah panik terus menepuk pipimu, nafasnya memburu ia benar benar kalut sekarang
Melihatmu menjatuhkan diri ke jurang, untung saja Toji memiliki refleks yang bagus dan langsung menarik mu
Meski tau kau adalah kutukan, tapi tetap saja kau bisa mati. Dan jika itu terjadi, entah apa yang akan Toji lakukan
Keadaanmu masih sama seperti sebelumnya, tak ada pergerakan sama sekali dan Toji langsung membopongmu
Mengerjapkan mata perlahan, kau mulai melihat sekitar dengan perlahan
Atap kayu yang terlihat familiar, kau tersenyum kecut menyadari kau sedang berada di dalam rumah kayu yang kau bangun bersama dengan Toji sebelumnya
Tempat yang kau abaikan beberapa bulan ini
Menoleh kesamping kau mendapati Toji yang sedang tertidur sambil duduk, tangannya menggenggam tanganmu erat
Ingin rasanya melepas tapi tubuhmu terasa begitu lemas, entah pergi kemana semua tenagamu sekarang
Kau kembali menutup mata, mencoba menenangkan diri. Sekarang kau sedang berusaha untuk tidak menjadi gugup jika Toji bangun nanti
Tanpa sadar kau menjadi tertawa sendiri, hingga membangunkan Toji
Toji mengerjapkan matanya menyesuaikan pencahayaan di sekitar, ia menoleh mendapati dirimu yang masih tertawa
"Ada apa?" Tanyanya padamu dengan nada serak khas bangun tidur tangannya mengelus surai kelabu mu dengan hati hati
Kau menggeleng kemudian tersenyum kecil, perasaanmu yang tadinya suram langsung tenang ketika melihat Toji
Toji juga terlihat tak ingin membahas tentang dirimu yang terjun ke dalam Jurang sebelumnya
"Tidak apa, bagaimana dengan misimu?"
"Biasa saja"
Percakapan normal seperti biasanya, seakan semua yang terjadi sebelumnya tak pernah terjadi. Toji dan juga dirimu sama sama sibuk untuk berpura pura
"Toji"
Panggilan suara itu hanya ditanggapi dengan tolehan kepala, dengan kedua tangannya masih sibuk merendam kain di wadah berisi air hangat
"Ada apa?"
Kau bersandar sambil membenarkan posisi bantal, menaikkan selimut hingga menutupi sebagian tubuhmu
Kau tersenyum kecil "bagaimana keadaan keluargamu? Apa disana sudah ada Toji kecil?"
Gerakkan tangan Toji terhenti, masih dalam keadaan menunduk ia tak tau harus merespon apa
Diam nya Toji membuatmu yakin semakin yakin "begitu ya. Pasti dia sangat mirip denganmu"
"Ya"
Lagi lagi kau kembali tersenyum, kali ini Toji menatap wajahmu dan ikut tersenyum "dia mirip denganku. Dan istriku berharap kau bisa menjadi ibu keduanya"
"Istrimu adalah orang yang sangat baik"
Kau menatap Toji dengan khawatir, "bisa kau batalkan misi mu. Entah kenapa firasatku menjadi buruk"
Toji menggeleng lalu menepuk kepalamu sambil tersenyum kecil "tidak akan, aku tertarik pada misi ini (name)"
Berbeda dengan misi yang biasanya ia ambil, kali ini berbeda. Dan firasatmu juga mengatakan kalau ada yang salah dengan semua itu
Dalam ruangan yang sepenuhnya kayu itu Toji menyesap minuman dengan santai, duduk tenang di kursi sambil melihat pemandangan di depannya
Kau disampingnya hanya bisa diam, "janji, setelah misi ini selesai, kau akan mampir kemari"
Toji sepenuhnya mengabaikanmu, tak lama telepon di sakunya berbunyi. Toji menaruh minuman itu meja "akan aku angkat telfon dulu"
Kau mengangguk, mendapat persetujuan Toji berdiri dan berjalan menjauh. Tapi sayup sayup kau mendengar tentang wadah bintang plasma. Entah apalah itu kau tak mengerti dan kembali termenung
Sekembalinya Toji, ia memasang wajah yang serius, menghela nafas sebentar Toji menyuruhmu untuk duduk di sampingnya
"Sebelumnya aku merahasiakan ini darimu, (Name) dalam waktunya 2 atau 3 tahun ke depan anakku akan dijual ke Clan Zen'in"
"A--apa maksudmu Toji!? Kau pasti bercanda" suaramu tercekat
Isi kepalamu sekarang penuh pertanyaan, kenapa Toji selalu menyembunyikan semuanya
Dan baru sekarang kau menyadari. Meski kalian dekat, Toji selalu memberi jarak akan kehidupannya
Toji tak pernah memberitahumu apapun, selalu ia pendam sendirian. Bahkan masalah anaknya
"Padahal kau mengatakan aku adalah ibu keduanya, tapi kenapa aku selalu tak tau apapun" suaramu lirih, Kau begitu kecewa sekarang
Toji menggeleng "tak ada waktu untuk menjelaskan. Aku berangkat"
Dan menghilang begitu saja
Menangkan diri, kau berjalan keluar dari hutan dan berusaha mengingat aroma tubuh Toji. Meski kau merasa begitu tak berguna sekarang
Tapi kau tak bisa mengabaikan firasat burukmu kali ini. Karena setiap kau mendapatkan firasat itu adalah pertanda buruk bagi orang tersebut
"Toji bodoh, semoga kau baik baik saja sekarang"
Kau mengatur nafasku, ketika aroma Toji tak jauh darimu. Tapi kenyataan pahit seakan menampar dirimu. Melihat tubuh Toji ambruk Dengan tubuh yang bisa dikatakan baik baik saja
Kau menjerit dan langsung menghampirinya. Menahan tubuh itu agar tak menghantam tanah, tak kau pedulikan bocah lelaki yang melihatmu dengan kaget
"TOJI!"
Toji yang menyadari ke beradaanmu itu hanya bisa tersenyum pahit, sebelah tangannya menepuk kepalamu, kebiasaan yang ia lakukan ketika ia melihatmu menangis "Kenapa kau ada disini?"
Kau hanya menjerit sambil memeluk tubuhnya erat, membuat bau amis darah yang merembes ke pakaianmu kembali menguar "Toji bodoh! Kau bodoh!"
Dengan tenaga yang tersisa Toji hanya tertawa kecil, mengabaikan rasa sakit yang dilakukan deritanya "Hei tenanglah (name)"
Tangismu pecah sekarang kau tak bisa berfikir lagi "Bagaimana bisa aku tenang! Sudah kubilang jangan mengambil misi ini"
"Padahal aku sudah sering membuatmu terluka, tapi kau masih saja berada di sisiku"
Toji melirik Gojou yang masih setia berdiri dengan tenang dengan tenang. Menatap kalian berdua tanpa mengeluarkan sepatah katapun "Ada satu hal lagi, bisa kau bawa dia? Meski dia kutukan. Dia tak bisa melakukan apapun"
Terdiam begitu lama akhirnya Gojou mengangguk menyetujui, setidaknya menurut Gojo ini juga sebagai permintaan maaf karena sudah membuat kedua pasangan itu berpisah "Tentu"
"(Name)"
Suaramu bergetar menyadari Toji sudah mulai melemah "Iya"
Toji menutup matanya sebentar kemudian tersenyum tulus. Senyum yang jarang ia perlihatkan pada siapapun "bulannya indah ya"
Setelahnya hembusan nafas itu berhenti, dan detik itu pula kehidupanmu serasa hancur. Kau mengguncang tubuh yang semakin mendingin "Tidak ada bulan di siang hari! Jadi, kumohon bangun!!"
Gojou berjalan mendekat lalu menepuk bahumu, berusaha menenangkanmu walau mulutnya masih setia terbungkam
"Toji kumohon jangan tinggalkan aku"
Berjalan beriringan, kau menyandungkan sebuah lagu hingga sebuah suara menghancurkan lagumu yang indah "Kau adalah kutukan yang terbentuk dari rasa penyesalan manusia. Jadi, setiap hari kau selalu menyesal?"
Kau menginjak kaki Gojo dengan penuh rasa kesal "Bukan seperti itu konsepnya bodoh"
Gojo tertawa menyebalkan "Aku tak ingin mendengar itu dari kutukan yang bahkan tak bisa mengeluarkan energi negatif"
"Sialan"
Kau dan Gojo berada di sebuah rumah kecil disana ada seorang anak bersurai hitam dengan tas ransel merah di punggungnya
Wajahnya yang datar tanpa ekspresi dengan pandangan mata seperti orang mengantuk itu membuatmu merasa deja vu
Seolah mengerti apa yang kau pikiran Gojo tertawa "Tentu saja karena mereka ayah dan anak, mereka sungguh mirip"
Kau mengangguk mengiyakan, merasa begitu bersalah karena tak bisa berada disampingnya setiap saat dan memberinya kasih sayang, seperti yang diinginkan ibu kandungnya
"Anggap saja ini penebusan dosamu (Name)"
Mendengar ucapan Gojo kau kembali mengangguk, lalu kau tersenyum manis "terimakasih"
Gojo tersenyum lalu berjalan mendekat bocah itu dan berujar tanpa adanya basa basi "Mulai hari ini, kita akan menjadi wali mu Fushiguro Megumi"
Tentu siapa yang tak heran ketika tiba tiba didatangi pria asing dan berkata akan menjadi sekarang wali
Fushiguro hanya menatap Gojo tanpa ekspresi, alisnya sedikit mengerut tanda keheranan. Otaknya dengan cepat mencerna setiap ucapan Gojo
"Panggil saja aku Gojo-Sensei dan dia-- kau bisa memanggilnya 'mama' mungkin" lanjutnya seakan tak ada yang salah sama sekali
Kau bergumam kecil lalu mendekati keduanya "maaf jika kami mengangetkanmu, Namaku (Name), tak perlu formal jika berbicara denganku. Seperti yang dia katakan, mulai hari ini kami yang akan menjadi wali mu. Salam kenal"
"Salam kenal juga (Name)-san Gojo-Sensei"
"Apakah kau keberatan Megumi?" Tanyamu dengan nada halus sambil mengulurkan tangan
Fushiguro meraih ukuran tangan itu dan menggenggamnya dengan erat, senyum terpoles di wajahnya "Tidak sama sekali"
Perasaan hangat menjalar ke hatimu, sungguh kau merasa ingin menangis sambil memeluk tubuh kecil Fushiguro sekarang
Terimakasih karena sudah mau menerima uluran tanganku, kali ini aku takkan melarikan diri lagi. Tolong maafkan ibumu yang pengecut ini Megumi
THE END
Vote dan comment di persilahkan!!
Lucky mabok Toji ehehe
Ganteng banget itu duda 😭
Jadi iseng aja gitu ngetik eh kelepasan jadi OneShot
Aku sadar kok kalo cerita ini aneh, dan alurnya kecepetan. Jadi maaf kalo cerita ini menurut kalian aneh
Aku gak pandai bikin bahasa yang enak dibaca huhuhu
Terus dramanya aneh banget- OOC BANGET ITU TOJI
Jangan gebukin aku plis...
Silahkan berkomentar sesuka kalian, tapi jangan lupa tetap sopan ya. Soalnya aku orangnya gampang down 😭
luckyta05
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro