TIGA BELAS - UNTIL WE MEET AGAIN
"Adrian, aku tidak tahu apakah bisa menanyakan ini sekarang. Jika menunggu, tidak akan pernah ada waktu yang tepat."
"Ask me."
"Aku berencana untuk pulang ke London Desember nanti. Selain untuk mengambil libur akhir tahun, ada beberapa hal yang harus aku lakukan di Paris. Mereka memintaku datang ke sana. I wonder if you would like to come with me. To London and Paris."
Aku terdiam. Lebih karena tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan itu dari Chris. Aku memang berencana mengunjungi Adam, tapi aku belum membahasnya dengan Kara. Semua masih ada di kepalaku.
"Are you sure?"
"You used to ask a better question than that, Adrian."
Aku tertawa kecil. "Aku nggak mau mengganggu pekerjaan kamu, Chris. If we talk about Paris. Soal London ... aku memang berencana mengunjungi Adam, tetapi aku belum mendiskusikannya dengan Kara. I have to ask her first."
"I understand. But, would you?"
"Why not?"
"Well ... it's settled then," balas Chris sebelum mengecup pipiku. "Thank you."
"I can't wait to see Adam again."
"Dia pasti juga kangen sama kamu, Adrian."
Aku mengangguk sambil menatap pria yang selama beberapa bulan terakhir mengembalikan apa yang pernah aku tinggalkan dulu. Memunguti serpihan yang pernah aku hancurkan, tetapi Chris dengan rela membantuku menyeatukannya lagi. Yang kami miliki sekarang memang tidak sesempurna dulu, tetapi tidak ada keraguan jika apa yang kami jalani saat ini, aku harap, akan lebih kuat.
"Apa lagi yang kamu pikirkan, Adrian?"
"Us. Adam. Aku nggak tahu apakah sanggup melewati semuanya sendirian jika kamu nggak ada di sini, Chris. It may sound like I take your presence for granted, but I just ... I feel like everything starts to fall into place."
"I don't feel like you take my presence for granted, because I know there is something more than just being here with you. Mungkin, semua yang terjadi di antara kita sejak kehadiran Kara justru menguatkan apa yang kita miliki. Relationship is a fragile thing, Adrian, you know that. But, that doesn't mean it cracks easily. Ours was broken into pieces, but we mended it together. And I have no regret at all, because in the end, here we are, you and me, together again."
Aku mengulurkan tangan untuk meraih tangan Chris dalam genggamanku. "And it feels good."
"Just good? I can't believe you're still underestimating me, Adrian. I can't believe it! Let me show you how to make it better."
Dengan itu, Chris meraih tubuhku sebelum menarik selimut yang tadi hanya menggumpal di ujung tempat tidur hingga menutupi seluruh tubuh kami. Aku berusaha menghindar dari gelitikan Chris, sebelum akhirnya bibir kami bertemu.
And Chris is right. This is more than just good.
***
"Pak Adrian?"
Aku mengangkat wajah untuk menatap pria yang sudah lama tidak aku jumpai sejak dia meninggalkan Jasmine. Aku jelas terkejut mendapatinya ada di sini. Namun, senyumku mengembang.
"Banyu?"
"Iya, Pak Adrian. Ini saya," jawabnya.
"Kamu apa kabar?" tanyaku begitu aku memeluknya.
"Saya baik-baik saja, Pak. Bapak sendiri bagaimana kabarnya?"
"Saya juga baik," jawabku begitu kami melepaskan pelukan.
"Hi, Banyu." Chris pun bangkit dari tempat duduknya untuk mengulurkan tangan, yang langsung disambut oleh Banyu.
"Chris."
"You look good, Banyu."
Banyu tertawa kecil. "Pak Adrian juga."
"Kamu sendirian?"
Banyu menundukkan wajah sesaat sebelum kembali menatapku. Ada senyum di wajahnya yang membuatku dan Chris saling bertukar pandang sebelum aku kembali menatap Banyu. Semoga dugaanku tidak meleset mengartikan bahasa tubuh Banyu.
"Saya ... sama seseorang, Pak."
Aku berdehem, yang diikuti tawa kecil Chris. "Keberatan mengenalkan kami?"
"Dia sedang ke toilet. Oh, itu dia."
Kami bertiga kemudian mengalihkan pandangan ke seorang pria yang sepertinya tahu Banyu sudah beranjak dari meja mereka. Betul saja. Pria itu berjalan menghampiri kami bertiga. Begitu berada di samping Banyu, pria itu tersenyum.
"Kenalkan, ini Eggy. Eggy, ini Pak Adrian dan ini Chris."
"Halo semuanya," ucap Eggy sambil menyalami tanganku dan Chris.
Ada begitu banyak yang ingin aku tanyakan kepada Banyu, tetapi tentu saja aku tidak bisa mengutarakan semuanya. Eggy terlihat seperti pria baik. Dia jelas beberapa tahun di atas Banyu, tetapi tidak lebih dari 30 tahun. Sementara Chris, Banyu, dan Eggy saling berbincang, aku mengamati Banyu. Dia terlihat bahagia dan tidak ada yang lebih membuatku lega daripada melihatnya seperti ini. Dari sentuhan kecil yang diperlihatkan Eggy—meletakkan lengannya di pundak Banyu dan meremasnya lembut—aku melihat kalau Eggy memuja Banyu. Pandangan mereka yang beberapa kali bersirobok, membuatku tidak punya keraguan jika akhirnya Banyu menemukan apa yang dia cari. Dirinya sendiri.
"Adam bagaimana kabarnya, Pak?"
"Dia baik-baik saja. Saya akan pergi ke London tiga hari lagi untuk menjenguknya. Mungkin kamu bisa say hi nanti kalau saya sudah ketemu dia. Adam pasti seneng bisa melihat kamu lagi."
"Saya juga kangen sama Adam, Pak."
"Kalian mau gabung di meja kami?" tawar Chris.
"Kami baru saja selesai makan, Pak. Kami berniat untuk pulang," jawab Banyu.
"Sayang sekali," balas Chris.
"Mungkin kita bisa makan malam bareng kapan-kapan. Nomor kamu masih sama kan Banyu?" tanyaku.
Banyu mengangguk. "Masih, Pak. Mungkin kapan-kapan juga saya nanti mampir ke Jasmine."
"Please, do. Pekerjaan kamu gimana? Baik-baik saja kan?"
"Baik, Pak."
"Glad to hear that, Banyu."
"Kami permisi dulu, Pak. Eggy masih harus ketemu sama temennya lagi dan kami udah agak telat."
"Baiklah." Aku kemudian menarik tubuh Banyu dalam pelukanku. Betapa berbedanya pelukan ini sekarang. I really hope that he is happy. "Jaga diri baik-baik, Banyu."
"Pasti. Pak Adrian juga jaga diri ya? Salam buat Adam." Aku mengangguk.
Begitu kami saling bersalaman dan mereka pamit, aku melambaikan tangan ketika mereka sampai di parkiran sebelum akhirnya sosok Banyu dan Eggy menghilang dari hadapanku dan Chris, menyatu dengan hiruk pikuknya Jalan Raya Seminyak di Sabtu malam.
"How do you feel?" tanya Chris setelah kami memesan makan malam.
Aku tersenyum. "I'm happy for him. I think he found what he was looking for, himself. Eggy seems like a very nice guy and I can tell, he adores Banyu. I hope he could give Banyu ... happiness. He deserves a guy like him."
"All is good now?"
"All is perfect. Everything is perfect, Chris."
Chris tersenyum sebelum mengulurkan lengannya untuk meremas jemariku. "I'm happy seeing you like this, Adrian. I really do."
Aku hanya bisa mengangguk, karena tidak ada kalimat yang tepat untuk menggambarkan perasaanku saat ini. Aku akan bertemu lagi dengan Adam di London, menghabiskan beberapa hari di Paris bersama Chris, dan melihat Banyu bahagia dengan hidupnya. Apa lagi yang aku inginkan?
Menatap Chris yang sedang mengamati ramainya jalan di luar Mannenkepis, restoran Belgia yang dipilih Chris untuk makan malam kami, aku tidak bisa berhenti berpikir tentang semua yang terjadi dengan hidupku beberapa bulan terakhir. Pilihan dan hati sepertinya tidak akan pernah bisa bersanding dalam satu kalimat. Namun, aku belajar bahwa kita bisa memilih, sekalipun konsekuensi dari pilihan itu adalah menyakiti perasaan orang lain. Setiap pilihan pasti membawa konsekuensi, tetapi hidup penuh dengan pilihan. Termasuk memilih siapa yang ingin mendapatkan hati kita. Memang tidak pernah ada pilihan yang benar atau salah jika menyangkut hati, karena hati bukanlah ilmu pasti. Hatiku memilih Chris, terlepas apakah itu pi;ihan yang bijak atau tidak. Yang aku tahu, tanpanya, aku akan tersesat. Life is like a big jungle full of surprises and dangers, and having someone to face all those things together, is a luxury.
Chris is my home. And there is nothing better than coming back where I should belong. His heart.
***
Saya memang sengaja sih posting chapter ini sekarang. Sebenernya, EPILOG-nya udah selesai saya tulis, tapi saya mau post besok/Rabu. Give it time, you know ;)
Menurut saya, ini menjawab beberapa pertanyaan tentang Banyu. How is he and everything. See? He found someone else. Jadi nggak ada cerita patah hati segala, hehehe. Epilognya akan saya private, seperti saya bilang sebelumnya.
Enjoy this short chapter karena cerita ini bakal tamat, beneran tamat di chapter selanjutnya. Bisa nggak ya vote-nya nyampe seribu? hehehehe. Udah sekiatr 800 sekian sih. It will be great if it could reach 1000 :)
Thank you again for your vote and comment, people. I appreciate it a lot! Mmuach!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro