Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

27. hari patah hati

Restoran milik Adit kini tengah ramai pengunjung. Pasalnya ada didua kelompok yang hari ini menyewa tempatnya untuk dijadikan tempat pertemuan. Pertama dari zahra. Dan kedua ada juga sekolah lain yang ingin melakukan reunian. Tapi untungnya acara reunian mereka tidak bareng. Saat ini mereka hanya rapat pengurus saja.

Di kelompok zahra, yang ditempatkan di sebelah utara sudah lengkap berkumpul. Sambil membawa laptop masing-masing mereka memulai rapat. Rapat kali ini mereka hanya tinggal memastikan semua persiapan.

"kalau tugas kami, insyaAllah sudah selesai. Ya tinggal pemesanan banner aja yang bekum jadi." ucap Alif saat irfan bertanya pada bawahannya.

"tugasku juga mungkin tinggal 10% lagi. Tinggal memastikan dan menunggu siapa aja yang mau daftar."

Irfan menganggukan kepalanya setiap menerima laporan dari rekan-rekannya. Kini ia beralih pada carla. Ia bertanya tentang pembendaharaan. Dan ternyata sudah hampir semua teman seangkatannya sudah membayar uang pendaftarannya via transfer.

"oke baiklah. Jadi tempat ini yang akan kita gunakan sebagai tempat reunian kita. Jangan lupa juga sampaikan kepada teman-teman yang mau ikut, supaya membawa serta baju atau buku layak pakai untuk kita sumbangkan. Rapat kita kali ini saya tutup. Dan untuk selanjutnya mungkin tinggal kita siapkan yang belum siap. Dan yang terakhir. Karena sebentar lagi kita akan menghadapi bulan ramadhan, supaya kita kembali suci, mari kira saling memaafkan jika ada kesalahan yang disengaja maupun tidak. Khususnya saya yang saat ini menjabat sebagai ketua. Bila saya ada kata atau perintah saya yang tidak berkenan dihati rekan-rekan saya minta maaf dengan setulus hati."

"sama-sama."jawab semuanya serentak.

"baiklah. Berhubung sebentar lagi adzan magrib, jadi acara ini saya tutup. Wassalaumu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"buat yang tidak berhalangan mari kita sholat berjamaah." lanjutnya.

Semuanya pun bubar. Sedangkan carla masih sibuk mengurusi soal pembayaran. Karena dia selaku bendaharanya.

"kita ikut sholat berjamaah kan ra?" tanya carla sambil berjalan keluar.

Mereka menuju parkiran. Ternyata teman-temannya sudah jalan lebih dulu. Karena kini area parkir sudah sepi, hanya tinggal beberapa mobil saja yang masih. Termasuk mobil Alif.

Zahra mengedarkan pandangannya. Mencari mobil carla yang tadi terparkir tudak jauh dari pintu masuk.

"mobil kamu mana la?"

"oh aku lupa kasih tahu kamu ya? Mobil aku tadi diambil sama papa. Maaf lupa nggak ngasih tahu."

"lha terus kita kesini ngapain?"

"itu..." carla mununjuk ke arah irfan masih belum masuk kedalam mobil. Ia hanya bersandar disamping mobil Alif sambil memainkan ponselnya.

"tadi aku sudah ngomong kok sama Alif buat nganterin kita pulang. Dan dia setuju. Malahan dia kelihatan seneng. Kan bisa bareng kamu lebih lama."

"carlaaaaa... Septianingrum.." zahra menyebut nama lengkap carla dengan menggertakkan gigin6a. "kita naik taksi aja ya?" lanjutnya. Melunak membujuk carla.

Carla menggeleng. "ngapain bayar kalau ada gratisan? Takut nggak bisa move on ya? Takut keputusannya goyah? Itu emang tujuanku kok."

Zahra hanya bisa menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ia ingin mengontrol emosinya.

"hey ngapain disitu aja? Ayo sini.." irfan melambaikan tangannya saat menyadari bahwa carla dan juga zahra hanya berdiri saja.

Keduanya pun melangkah, menghampiri irfan yang malah langsung masuk kedalam mobil Alif. Irfan masuk kedalam jok belakang. Membuat carla dan juga zahra mendelik.

"terus yang nyetir siapa?" tanya carla sewot.

"ya Alif lah."

"terus kita? Duduk dimana?"

"zahra di depan. Nemenin Alif. Kamu ya di belakang. Nemeni aku." jawab irfan yang langsung mendapatkan timpukan dari carla.

"keluar... Pindah kedepan." bentak carla. Irfan tak punya pilihan lain selain keluar lalu menuruti kemauan carla.

Carla kembali menutup pintunya. Menunggu sang pemilik mobil datang terlebih dahulu.

Setelah 5 menit menunggu, Alif keluar dari resto milik Adit. Ia berjalan dengan santai. Saat menyadari zahra menunggu dirinya, ia langsung berjalan lebih cepat.

Baru setelah Alif mempersilahkan keduanya masuk barulah zahra dan carla masuk dijok belakang.

Alif melajukan mobilnya dengan k3cepatan lebih cepat dari biasanya. Mengingat adzan maghrib sudah berkumandang. Ia tak mau mereka akan tertinggal sholat berjamaah di masjid.

Sesampainya mereka di masjid, ternyata sudah iqomah. Ke empatnya pun berjalan cepat menuju ke tempat wudhu.

Karena masih harus membetulkan jilbabnya. Membuat zahra dan carla tertinggal satu rokaat. Keduanya menyusul supaya masih kebagian pahala sholat berjamaahnya. Sehingga disaat yang lain sudah keluar dari masjid. Zahra dan carla masih memanjatkan doa.

Sementara itu diluar, alif dengan irfan tengah menunggu kedua gadis yang tadi ikut bersama mereka.

Indah yang melihat temannya tengah duduk di dekat parkiran pun menghampiri. Setelah tadi mendengar cerita dari zahra ia menjadi berkeinginan untuk membantu zahra.

"alif, bisa bicara sebentar?" tanya indah sedikit ragu, pasalnya baru kali ini ia akan mengajak alif ngobrol. Mendengar suara indah, alif mendongakkan kepalanya menatap indah yang berdiri di depannya.

"zahra mau dijodohin." ucap indah to the point.

"terus? Lagian aku juga udah tau kok." jawab alif yang langsung mendapatkan tatapan intimidasi dari sahabatnya, irfan.

"pokoknya ceritanya panjang. Intinya dia yang ngomong, walaupun nggak ngomong langsung sama aku." lanjutnya seolah tahu jika irfan memintanya untuk bercerita.

"terus kamu bakal diem aja? Tadi zahra bilang, katanya dia akan menerima perjodohan itu." tanpa berkata apa-apa lagi. Indah langsung berjalan pergi meninggalkan Alif yang hanya terdiam. Misinya untuk memberitahu Alif sudah selesai kini tinggal terserah Alif mau seperti apa.

Perkataan indah benar-benar membuat alif terkejut. Karena terakhir kali ia bertemu dengan zahra, zahra masih bimbang dan zalfa menyarankan untuk sholat istokhoroh. Mungkinkah jawabannya ia harus menerima perjodohan itu? Batin Alif berbicara. Ia sibuk dengan fikirannya sendiri sehingga tak lagi menggubris ucapan irfan yang saat ini tengah menyuruhnya untuk memperjuangkan cintanya.

Alif teringat kata-kata adit saat tadi ia menemuinya. Untuk meyakinkan firasatnya. Dan ternyata firasatnya salah. Zahra tidak dijodohkan dengan Adit. Mendengar hal itu, Alif merasa senang. Ia benar-benar merasa bahagia. Tapi sekarang, hatinya seakan retak saat tahu zahra memilih menerima perjodohannya.

Hingga saat zahra dan carla sudah menghampiri mereka, untuk mengajaknya pulang.

"maaf nunggu lamu. yuk..." ajak carla lalu berjalan mendahului kedua pria yang masih duduk di dekat tempat parkir.

"bro... " irfan menepuk pelan bahu Alif. Membuat alif tersadar.

"Istighfar. Sabar. Kalau kalian emang berjodoh, sejauh apapun manusia memisahkan tapi akan tetap disatukan olehNya. Jodoh tudak akan tertukar. Tetap selalu doakan ia bro. Minta ia pada Allah lebih dulu. Baru kepada bapaknya." lanjut irfan. Sementara Alif mengangguk dengan lesu.

"sekarang ayo... Kita udah ditunggu bidadari-bidadari kita. Jangan membuat mereka menunggu terlalu lama." alif tersenyum mendengar candaan irfan. Setelah itu irfan berlari kearah mobil Alif. Sembari berteriak.

"bidadariku... Aku datang.. "

***
Mobil pajero sport berwarna hitam itu kini sudah terparkir di depan sebuah rumah dengan pagar bercat hitam. Rumah carla.

"aku turun disini aja deh." ucap zahra saat mereka sudah turun dari mobil.

"lhoh nanti jauh?"

"nggak kok fan mungkin jalan kaki sekitar 10 menit."

"itu jauh. Udah kita anterin aja." ucap alif terlihat khawatir. Bagaimana mungkin ia membiarkan gadis pujaan hatinya jalan kaki dimalam hari, terlebih hanya sendiri.

Zahra menggeleng. "aku bisa minta jemput kakak aku kok."

"yaudah." kata alif pasrah. Ia hendak masuk kembali ke dalam mobilnya. Tapi tiba-tiba ia ditahan oleh suara seseorang yang cukup tegas.

"dari mana kalian? Jam segini baru pulang?"

"lho. Mbah kakung. Ngapain disini?" zahra terkejut mendapati mbah kakungnya bersama dengan seorang pria yang memboncengkannya.

"jawab dulu pertanyaan mbah."

"tadi ada rapat pengurus acara reuni. Jadi maaf kalau cucu mbah pulang malam." jawab alif memberikan penjelasan.

"perkenalkan mbah saya temannya zahra, Alif. Dan ini irfan ketua kami di pengurus reuni."

"terus kenapa kamu turun disini? Nggak bertanggung jawab banget. Harusnya anterin sampai rumah." mbah kakung memang sangat keras. Zahra mendekatinya lalu mengusap lengan mbahnya. Ia tak ingin teman-temannya salah faham karena perkataan mbahnya yang terlalu keras.

"mbah, zahra masih ada urusan sama carla."

"apa kamu mau bertanggung jawab kalau sampai terjadi apa-apa sama cucu saya?" ujar mabh kakung lagi tanpa memperdulikan ucapan zahra.

Alif dan irfan hanya menunduk.

"zahra! Kamu lihat nak Dimas. Dia termasuk suami idaman. Pekerjaannya mapan. Ilmu agamanya bagus. Kamu tahu berapa hafan nak Dimas? 25 juz. Anak mida jaman sekarang sangat jarang sekali lho yanh bisa seperti nak dimas. Mereka lebih memikirkan urusan dunia. Padahal jika mereka mau mengejar akhiratnya maka dunia sudah pasti mengikuti. Kalian. Berapa hafalan kalian?"

Alif menunduk semakin dalam. Sedangkan zahra semakin geram. Ia marah dengan kelakuan mbah kakungnya. Bagaimana bisa beliau membandingkan teman-temannya dengan kenalannya.

"ah sudah. Kalian pulang. Ini sudah mau adzan isya. Dan kamu zahra, tunggu mbah di rumah carla. Jangan pulang sendiri."

Tak ada kalimat lain untuk menyanggah perkataan mbah kakung. Selain mereka ya harus menurutinya. Alif kembali masuk kedalam mobil setelah berpamitan dengan kakek zahra.
Sedangkan zahra dengan perasaan tidak enak, ia harus masuk kedalam rumah carla.

Alif mengemudikan mobilnya dengan sangat pelan. Ia kehilangan fokus. Hingga ia harus lebih dulu menenangkan fikirannya. Ia menghentikan mobilnya di sebuah masjid kecil.

Karena adzan isya belum dikumandangkan. Ia lebih memilih mengambil wudhu, lalu melaksanakan sholat sunnah dua rokaat.

Didalam sholat ia sangat berusaha untuk khusyuk dan tumakninah. Karena perkataan dari kakek zahra begitu melekat di dalam ingatannya.

Selesai dengan dua rokaatnya. Ada seorang bapak-bapak yang sudah berumur, mungkin seumuran dengan kakek zahra, menghampiri dirinya dan juga irfan.

"nak, bisa minta tolong."

Alif memandang kakek-kakek disampingnya. "iya kek. Ada apa?"

"tolong kamu adzan ya. Sudah jam segini tapi yang gilirannya adzan brlum sampai."

"oh iya kek." jawabnya yang langsung bangkit menuju ke pengeras suara yang sudah disiapkan diatas mimbar.

Ia memulai mengumandangkan adzan. Dengan nada yang biasa ia gunakan.

***
Dalam perjalanan menuju ke masjid, Dimas memberanikan diri untuk memberikan nasehat kepada mbah kasto yang baru ia kenal tadi pagi saat ia dan ibunya berkunjung kerumah zahra. Tujuannya untuk berterimakasih karena zahra sempat menolong ibunya saat ibunya sudah akan menjadi korban penipuan.

Dimas menasehati mabh kasto untuk tidak terlalu membanding-bandingkan dirinya dengan teman zahra. Dimas merasa tidak enak. Ia merasa salah satu teman zahra ada yang berniat untuk mempersunting zahra. Tapi mbah kasto yang memang sangat keras kepala itu tidak peduli. "itu malah bagus, biar mereka termotivasi." jawab mbah kasto.

"tapi mbah, mereka akan berfikir kalau saya akan menikahi zahra."

"iya saya tau. Kamu sudah punya calon. Tapi saya juga ingin mencegah teman zahra untuk mendekatinya. Karena zahra sudah dijodohkan. Dan saya lihat temannya tadi belum layak mendapatkan zahra."

Mendengar itu dimas hanya menggelengkan kepala. "sudah cepetan. Katanya kamu jatah adzan malam ini." lanjut mbah kasto lagi menyuruh dimas untuk mempercepat laju motornya.

Setibanya di pelataran masjid. Suara adzan sudah terdengar. Mbah kasto meletakkan helm capilnya di jok motor belakang. Ia mendengarkan adzan yang tak asing ditelinganya. Saat sudah mengingatnya mbah kasto tersenyum.

"zahra sangat suka suara adzan yang seperti ini."

Ia menunjukan pada dimas. Ia mengingat dulu ketika cucunya itu masih kecil.

"riki yang jahil. Sangat suka menjahili adiknya. Ia memindah chanel tv yang menyiarkan adzan seperti ini. Membuat zahra bersungut-sungut. Dan berakhir dengan kejar-kejara." mbah kasto tertawa.

"tapi bukankah ini jadwalnya kamu yanh adzan? Ah mungkin gara-gara tadi ya. Jadi kita terlambat."

"nggak apa apa mbah. Yang penting kita tidak terlambat sholatnya." dimas mengajak mbah kasto untuk segera berwudhu.

Saat masuk kedalam masjid. Kakek-kakek yang tadi meminta alif untuk adzan pun menghampiri dimas. Ia meminta tolong pada dimas untuk menjadi imam.

Walaupun mereka satu masjid tapi mereka tidak begitu memperhatikan awalnya. Tapi setelah dimas melangkah maju kedepan untuk menjadi imam. Alif melihatnya. Membuat perasaanya tidak karuan lagi.

Terdengar suara merdu melantunkan surah-surah pendek di dalam sholat. Alif hanya bisa mencoba untuk lebih khusyuk lagi. Membuang fikirannya yang kembali teringat kata-kata kakek zahra.

Usai sholat, alif kembali mengadahkan tangannya. Nama Nayla Azzahra kembali ia sebutkan. Kini ia meminta petunjuk untuk dirinya dan jyga zahra. Ia merasa tak pantas jika meminta dijodohka dengan zahra. Disaat ada seseorang yang lebih pantas mendampingi zahra.

Melihat sahabatnua yang masih duduk terdiam, padahal yang lainnya sudah beranjak meninggalkan masjid. Irfan menghampirinya. Menepuk pundaknya pelan. Seketika bahu itu bergetar. Menumpahkan yanh mungkin sedari tadi ia tahan.

"hari patah hatiku bukan saat aku tahu song hye kyo menikah sama song jong ki. Atau saat raisa menikah sama hamish. Tapi hari ini fan. Saat aku tahu zahra menerima perjodohan. Dan ditambah lagi ada seaeorang yang jauh lebih pantas mendampingi dia." alif kembali menunduk. Menahan rasa sakit di dadanya.

"udah ah. Jangan cengeng. Buktiin dong kalau kamu bisa lebih baik dari mereka."

"bagaimana mungkin fan. Kamu denger sendiri kan? Hafalannya sudah 25 juz. Aku? Baru 10. Untuk urusan dunia. Dia polisi, fan..."

"alif... Yang pertama. Keimanan seseorang itu bukan diukur dari seberapa banyak ia menghafal Al-Qur'an. Tapi seberapa banyak ia mengamalkan isi Al-Qur'an. Yang kedua, soal rejeki tidak ada yang tau lif. Setiap makhlukNya diciptakan sudah ditentukan rejekinya. Dan itu tidak mungkin tertukar. Kamu faham itu kan? Udah ah, malu diliatin banyak orang. Kita pulang aja." irfan membantu Alif untuk berdiri.

Irfan tidak menyangka sahabatnya akan serapuh ini, karena zahra sahabatnya menjadi sosok yang berbeda. Seingat irfan, baru kali ini ia melihat alif seperti ini.

"ya Allah. Jika memang zahra jodohnya, mudahkanlah dan pertemukan mereka saat keduanya telah siap. Tapi jika bukan, maka kuatkanlah. Dan beri ia jodoh yang terbaik menurutmu." doa irfan dalam hati.

•••
Bersambung....

Panjang banget kan? Mkanya pliiiissss hargai ya...
Kalau ada banyak typo harap maklum. Ini ngetiknya cuma pake hp. Belum sempet revisi.

⚠jangan lupa sholat.
Jangan lupa baca Al-Qur'an.
Dan jangan pacaran. Pacaran setelah sah itu yang dianjurkan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro