1/1
GUE menatapnya dengan serius dari bangku gue, paling belakang kelas. Ia tampak sangat cantik saat berbicara di depan kelas gue. Kira, ketua OSIS SMA Bhakti Nusantara, Ia yang sedang gue bicarakan.
Kira sedang mengumumkan tentang acara pensi sekolah yang akan diselenggarakan 2 minggu lagi. Gue nggak fokus dengan apa yang diumumkan Kira dan teman-teman OSIS nya itu.
"Jadi temen-temen, gue mohon partisipasinya ya semua buat ngelancarin acara pensi tahun ini. Gue dan temen-temen panitia pamit dulu, makasih," pamitnya kemudian Ia berjalan keluar kelas.
Gue terus saja mengikuti gerak-geriknya, hingga gue menoleh ke jendela kelas saat Ia berlalu disana dan masuk ke kelas lainnya.
Awalnya gue kagum sama dia, apalagi saat MOS gue sekelas sama dia. Tapi sayang, setelah MOS kelas kita berbeda. Gue rasa dia bahkan nggak kenal sama gue yang cuma 5 hari sekelas sama dia.
Kira itu pintar. Dia pintar debat dan dia juga pintar renang. Dan rasa suka gue bertambah saat Ia terpilih menjadi ketua OSIS. Wow. Menurut gue, Ia sangat pantas mendapatkan jabatan itu.
"Woy! Adit!" merasa terpanggil, gue menoleh keasal suara. Ternyata Roni -teman sekelas gue.
Sebagai jawaban, gue hanya menaikan sebelah alis seolah bertanya "kenapa?"
"Beliin gue gorengan dong, tapi nggak pakai ote-ote. Terus banyakin bakwannya. Nih duitnya," katanya sambil memberikan selembar uang 5.000an kepada gue.
Setelah gue hampir sampai di pintu kelas untuk keluar, seseorang memanggil gue lagi.
"Eh! Eh, Dit! Sini dulu. Gue nitip juga dong, lagi main mobile legend nih," pinta Satria, teman gue yang lain.
Gue menghembuskan nafas, kemudian berjalan mendekati Satria. Ia dengan cepat mengeluarkan uang 10.000an dan memberikannya kepada gue.
"Gue siomay ya. Nggak pakai sayur," pesannya sambil memainkan game itu di ponselnya. Sambil sesekali berteriak, "AH!" atau "SERANG BEGO!"
Gue mengangguk kemudian berjalan ke kantin. Sendirian.
Kalau kalian bertanya-tanya kenapa gue mau aja disuruh-suruh begitu, jawabannya,
Karena gue nggak ada kerjaan.
Gue bukan tipikal laki-laki yang mudah bergaul. Bukan tipikal laki-laki yang bermain game. Gue lebih suka melukis atau belajar saja. Teman-teman gue nggak mengucilkan gue kok, nggak. Mereka baik. Tapi karena gue memang cukup polos jadi mereka sering meminta tolong gue.
Bahkan kadang gue membuatkan beberapa dari mereka PR. Baik banget ya gue?
Setelah gue mengambil siomay pesanan Satria, gue berjalan mendekati gerobak gorengan.
"Adit!" sapa seseorang saat gue melewati pedagang bakso. Gue tersenyum sebagai balasan.
"Eh, kelas lo udah ulangan fisika belum?" tanya Risma -orang yang menyapaku tapi- Oh ya, Risma ini teman ekstra gue di ekstra melukis.
"Udah, soalnya lumayan-"
Tiba-tiba suara mangkok pecah memasuki indera pendengaran gue dan gue merasakan seragam gue mulai basah di bagian depan. Dan rasanya cukup panas.
"Eh? Aduh! Maaf, maaf!" kata orang yang menabrak gue sambil menutup wajahnya.
Gue terdiam. Mau marah tapi nggak bisa. Karena saat orang yang menabrak gue dengan bakso itu membuka wajahnya dengan kedua tangannya, mata gue membulat sempurna. Asli.
Itu Kira! Kira yang menabrak gue!
"Maaf ya, aduh maaf," kata dia lagi. Gue rasanya senang, mengingat ini pertama kalinya dia berbicara dengan gue selama 2 tahun gue bersekolah disini.
Tanpa sadar gue tersenyum dan berjongkok, merapikan pecahan mangkok agar tidak membahayakan.
Dan kalian tau?
Kira malah nyuruh gue berdiri.
"Nggak usah diberesin. Lo ganti baju aja dulu," katanya sambil menatap gue khawatir. Kuah bakso yang awalnya terasa panas, malah menjadi sejuk saat ngeliat matanya.
Kemudian dia menarik gue. Menuju ruang OSIS.
"Lo tunggu disini. Kayaknya di dalem ada seragam putih lagi," katanya sebelum masuk ke ruang OSIS dan menyuruh gue menunggu di depan ruang OSIS.
Tak lama, Ia kembali dan memberikan gue seragam putih tanpa letter nama. Yang artinya itu seragam baru.
"Ini baru?" tanya gue saat dia mengajak gue berjalan ke toilet. Sebagai jawaban, Ia mengangguk singkat.
"Lo ganti dulu ya," ujarnya saat sudah sampai di depan toilet laki-laki. Gue masuk dan mengganti seragam gue. Sebelum keluar, gue sedikit berkaca dan merapikan rambut gue. Semoga gue terlihat lebih ganteng. Eh.
Gue keluar toilet. Dan melihat Kira masih berdiri disana.
"Udah?" tanyanya. Gue mengangguk. Kemudian dia tersenyum. Manisnya astaga.
"Sebagai permintaan maaf, gue bakal traktir lo makan. Karena gue juga tadi nggak jadi makan," katanya sambil berjalan. Gue membulatkan mata gue lagi. Gue akan makan bersama Kira sekarang!
"Eh-nggak usah," kata gue berusaha menolak. Padahal gue mau sih.
"Nggak-nggak. Gue nggak bisa gitu. Gue yang salah lagian. Oh ya, lo Adit kan?"
Deg.
Gue merasakan jantung gue berdetak nggak karuan saat dia tau nama gue. Gue pikir dia nggak kenal gue selama ini. Gue mengangguk sebagai jawaban. Nggak sanggup berkata.
Sampai di kantin, gue yang memesan bakso dan membayarnya. Walaupun dia sempat ngotot mau membayar. Tapi gue gentle lah, walaupun gue pemalu.
Kira cemberut saat gue datang membawakan 2 mangkok bakso ke sebuah meja tempat dia duduk. Dia sangat imut.
"Gue nggak mau makan," katanya galak. Dia lucu kalau seperti ini. Gue ingin sekali mencubit kedua pipinya itu.
"Kan udah gue bayarin," ujar gue sambil menuangkan kecap, saos, dan sambal ke mangkok bakso gue.
Dia mendengus kemudian melipat kedua tangannya.
Entah keberanian darimana, gue berkata,"kalau lo nggak makan, gue nggak maafin lo."
Seketika dia tersenyum, memamerkan deretan gigi putihnya. Kemudian kembali cemberut saat meracik kecap dan saos di mangkoknya.
"Kok tau nama gue?" tanya gue saat menyuapkan bakso pertama ke dalam mulut gue. Gue nggak bisa membendung rasa penasaran gue.
"Loh? Kan kita sekelas waktu MOS?" jawabnya yang membuat gue kaget dan spontan terbatuk. Jadi dia menyadari keberadaan gue? "Ini air, nih," katanya lagi sambil memberikan gue sebotol air mineral. Gue meneguknya dengan cepat.
"Lo lupa ya?" tanyanya sambil menaikan sebelah alisnya. Gue menggeleng sebagai jawaban. "Terus kok kaget?" tanya dia lagi.
"Gue kira lo nggak tau dan nggak kenal sama gue," jawab gue singkat dan datar. Dia tersenyum kemudian tertawa kecil.
"Bukannya lo suka sama gue?"
Skak mat. Ini kenapa dia bisa tau? Atau dia kege-eran aja? Jantung gue berdetak semakin nggak karuan saat dia diam menatap gue. Nggak. Gue nggak bisa begini terus.
"Kata siapa?" tanya gue membiasakan diri. Mencoba menutupi kegugupan gue.
"Banyak. Waktu MOS, lo kan yang bikin surat cinta buat gue ketika semuanya bikin surat cinta buat kakak-kakak OSIS?" ujarnya tepat sasaran. Gue yang tadinya sedang memotong bakso dengan sendok langsung terdiam. Menatapnya.
Gue nggak bisa berbohong.
Rasanya mata gue terkurung oleh tatapannya.
"K..kok tau?" tanya gue ragu. Dia tersenyum penuh kemenangan.
"Gue cuma nebak. Soalnya waktu ada surat itu di kolong gue kan cuma ada lo di kelas, dan itu masih pagi banget," katanya.
Sial. Gue merasa tertipu.
Gue hanya diam. Nggak bisa dan nggak tau menjawab apa. Gue terus mengaduk bakso gue.
"Lo masih suka nggak sama gue?" tanyanya lagi. Aduh. Ini kenapa Kira jadi kepo sama perasaan gue sih?!
Gue mengacuhkan pertanyaannya dan memakan bakso lagi.
"Adit," ulangnya memanggil nama gue. Rasanya sangat sejuk saat dia memanggil nama gue. Tapi gue terlalu takut dan malu untuk mengatakannya.
"Lo gausah malu," katanya seakan bisa membaca pikiran gue.
Gue menghembuskan nafas dengan kasar. Kemudian menoleh kearahnya.
"Gue suka sama lo, dulu."
Dia terdiam. Seperti menunggu. Tapi gue malah mengaduk bakso lagi.
"Sekarang gue sayang sama lo,"
Tuhan. Entah keberanian darimana gue berani mengucapkan hal itu. Gue mengatakannya seperti bisikan. Tapi gue rasa, Kira mendengarnya.
Ia langsung terdiam. Kemudian tersenyum hangat.
"Yaudah, kita jadian aja," kata Kira lagi. Kali ini sambil memotong bakso dan menyuapkannya ke mulutnya.
Gue kaget. Gue gugup sekarang. Gue bilang apa sih tadi itu?!
"Hah? Eh?" tuh kan. Gue gugup. Gue nggak bisa berkata-kata lagi nih sebenarnya!
"Iya. Kita jadian. Gimana?" katanya lagi membuat gue merasakan panas disegala tubuh gue. Gue nggak berani menatapnya lagi.
"Diem berarti-"
"Iya. Kita jadian," kata gue memotong ucapannya. Dan kalian tau?
Dia sekarang sedang tersenyum kemudian mengubah posisi duduk. Yang awalnya di depan gue, kini Ia duduk di sebelah gue.
Kira di samping gue. Kemudian dia melanjutkan makan, sambil tersenyum. Gue bahkan masih nggak nyangka gue bisa jadian dengan Kira yang gue sukai sejak masuk SMA, yang sekarang gue sayangi, hehe.
"Dit, gue juga sayang sama lo. Gue pikir lo itu unik dari pertama masuk SMA," katanya kemudian yang membuat diri gue rasanya seperti roket yang siap meluncur ke luar angkasa.
"Kenapa sih, lo nggak deketin gue aja dari awal?" tanya dia yang mangkoknya sudah hanya berisi kuah.
Gue menggaruk belakang leher gue. "Gue ngerasa nggak pantes sama lo."
Gue jujur. Gue memang merasa nggak pantas untuk dia.
"Kenapa?" tanyanya.
"Lo cantik dan berbakat, terkenal pula. Sementara gue, gue cuma cowok pemalu yang-"
"Jangan ngerendahin diri. Yang penting sekarang kan kita udah jadian?" katanya sambil tersenyum. Gue ikut tersenyum dan mengangguk. Kemudian gue dan Kira berdiri. Gue menuju kelas dan Kira ke ruang OSIS karena harus rapat persiapan pensi sekarang.
Oh ya. Gue lupa kalau pacar gue ini orang yang sangat sibuk. Iya. Dia itu pacar gue sekarang. Haha. Gue seneng.
***
"Dit, kok lo lama sih? Gue kelaperan nih!" kata Satria saat gue baru masuk kelas.
"Iya nih. Kok lo nggak bawa apa-apa? Senyum-senyum pula!" lanjut Roni.
Gue senyum makin menjadi-jadi.
"Gila lo ya?" tanya Satria lagi yang kini meletakkan ponselnya dan menyentuh jidat gue. "Panas. Iya nih, gila dia, bro," lanjut Satria.
Gue cuma ketawa. Nggak bisa mendeskripsikan perasaan gue sekarang.
"Gila karena cewek," kata gue tanpa sadar yang membuat Satria dan Roni tertawa ngakak nggak percaya.
"Si pemalu bisa gila karena cewek!" ejek Roni yang entah kenapa malah membuat senyumku semakin mengambang.
Hari ini gue bahagia. Bahagia banget. Gue bisa tau rahasia besar ketua OSIS gue yang namanya Kira itu. Rahasia besar tentang perasaannya dia buat gue. Dan gue seneng dia tau perasaan gue juga.
Gue bakal daftarin hari ini sebagai salah satu hari paling bahagia dalam hidup gue.
THE END
-0-
a/n:
Hola! Ini one shoot ketiga aku dan semoga kalian suka yak. Ini cerita yang bikin aku senyum-senyum pas nulisnya, beneran, wkwk.
Oya. Cerita ini aku dedikasikan buat kak otewekurus sebagai salah satu pembaca yang memotivasi aku buat nyelesaiin cerita 'Relation-skip'
Kuy di baca work ku yang lain, hehe.
Jangan lupa vote kalau suka ya! Tinggal pencet bintang dan jangan lupa comment juga :p
Terima kasih! Sampai ketemu di work selanjutnya!
H-3 valday nih. Udah ada gandengan? :)
WKWKWKWKKW
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro