9 | Enjoy your Choice, Darling
"Yang paling baik atau buruk, kita sudah saling memilih, bukan? Jadi, marilah kita tidak meragu atas pilihan itu."
***
Bar Teasy Club Emporium,
Ada masa di mana rasa penyesalan mencekik Hiro, sampai rokok dan alkohol menemaninya berjam-jam.
Ada masa di mana Hiro ingin migrasi ke Kutub Utara saja karena sering melihat Grey dan Shilla begitu mesra di dunia nyata mau pun dunia sosial.
Ada masa di mana Hiro menghabiskan malam-malamnya di club tanpa berinteraksi apa pun di sana.
"Ro, bokap gue udah setuju nih. Lo bisa realisasi Nusagame lebih cepat!" Celine berujar antusias setelah membaca chat yang baru saja dikirimkan sekertaris papanya.
"Oke." Hiro menyahut tanpa selera.
Berbeda dari beberapa bulan sebelumnya. Hiro selalu bersemangat ketika mengurus persiapan bisnis barunya; Nusagame, perusahaan dan studio pembuatan game.
Karena keluarga Hiro tidak akan memberi bantuan apa pun, maka pria itu berusaha keras mewujudkannya sendiri. Mencari investor yang percaya padanya tanpa kebesaran nama keluarganya.
Sejak Hiro memutuskan keluar dari sekolah kedokteran, otomatis tidak diberikan lagi akses untuk mengurus Dharma Group yang berfokus pada bidang medis.
Hiro hanya punya Golden Hour, bisnis yang dirintisnya dari awal kuliah dan menjual jasa edit video serta desain produk sebagai portofolio bisnisnya.
Berkat Golden Hour, Hiro bisa membayar semua kebutuhan kuliah DKV di sebuah universitas swasta.
"Ro, cewek yang deketin lo banyak kali. Kenapa sih gamon banget sama bestie gw?" Seru Celine penuh arti.
"Nyesel, Lin. Kenapa dulu jadi pengecut tolol?" Hiro menegak tequilanya, yang entah sudah berapa kali.
"Gue pikir cinta lo habis di mantan terindah pas kuliah. Siapa tuh..." Celine terdiam sebentar berusaha mengingat. "Quincy Eleanora kan?"
Hiro mengangguk, "Karena gw gak mau nyakitin seseorang seperti si mantan dulu. Kalo belum sayang sayang amat, gak gw lanjutin..."
"Nyakitin orang lain atau diri sendiri, Ro?" Celine berujar nyelekit yang seketika menampar Hiro pada kenyataan.
Celine menahan tangan Hiro yang hendak menegak tequila lagi, "Lo egois, Hiro. Semua cowok yang ngelampiasin ke minum karna cewek egois banget. Udah sakit hati nambahin lagi ngerusak dirinya!"
"Jarang loh Celine ceramah soal minum. Kan lo party anthem plus duta minum di tongkrongan," ujar Rania yang baru muncul dengan penuh arti.
"Ro, gw gak mau tahu. Besok pagi lo kasih detil anggaran, lanskap dan skema bisnis ke gw. Lo tahu kan ruangan gw di lantai berapa?" Celine memukul bahu Hiro berkali-kali.
"Lantai 15 kan? Oh, sekalian besok gw kenalin lo sama partner bisnis gw."
"Atur aja, Ro. Yuk Ran, si Fian udah di sini duluan katanya," seru Celine mengajak Rania beranjak dan mencari date nightnya.
Rania baru saja mengambil tequilla yang akan Hiro minum dan malah meminumnya sendiri, "Mantan 3 tahun gampang ngelupainnya dibanding yang situanionship yang gak pernah jadian ya, Ro?"
Celine terkekeh dengan puas kemudian mengeluarkan black card dari dalam black mini diornya, "Gw traktir malam ini. Buat selebrasi NG yang bakal launching. Lo harus ganti puluhan juta pokoknya, Ro."
"Cinta gagal, bisnis jangan ikutan dong. Biasanya sih yang lagi patah hati bisa lebih saklek ngejar cuannya," tambah Rania kemudian berdiri dan merapikan dressnya.
"Time will tell, girls. Udah sana have fun kalian. Sebelum gw dijadiin bahan cemburu dan insecure sama laki kalian," sergah Hiro mengusir Celine dan Rania dari hadapannya.
"Nikmatin dulu aja sakitnya. Tar kalo udah jadi CEO ganteng, mapan, sukses sih, Shilla bakal ngebuang temen lo," ujar Rania.
"Gak bakal, Ran. Shilla bukan cewek seperti itu..." Hiro berseru lirih.
"Ran, udah deh malah makin lo ingetin!" ujar Celine kemudian menarik lengan kanan Rania. "Bye, Ro. Take care lo!"
Sementara orang-orang di sekitarnya semakin ramai mengikuti lagu-lagu dalam playlist yang diputar DJ malam itu, Hiro masih tetap di tempatnya. Bedanya, kini Hiro memesan Mojito Cocktail.
Tanpa Hiro ketahui, ada seseorang dari jarak aman yang memperhatikannya. Dari awal Hiro masuk ke club ini saja sudah mengejutkannya.
Berarti segala rumor itu benar adanya. Belakangan, Hiro sering melewatkan malamnya di club. Tanpa siapa pun selain bergelas-gelas tequilla, wine, atau mungkin vodka.
Padahal jika Hiro bertemu dengannya, pria itu nampak baik-baik saja-segar, hangat, dan tersenyum seperti biasanya-
"Shil tumben bisa keluar?" sergah Rania setelah menghampiri table lantai atas yang cenderung lebih sepi.
"Abis balik event kantor, gw langsung cuss ke sini mumpung deket," ujar Shilla.
"Cowok lo?" tanya Celine dengan nada sedikit jengkel.
"Dia gak tahu. Kayaknya juga udah tidur sih." Shilla membuka ponselnya dan bernapas lega karena tidak ada balasan Grey sejak dua jam lalu.
"Berarti gw update story dan segala macam tanpa lo yak!" Celine berseru antusias lalu mengeluarkan ponselnya.
"Gw heran sih kenapa sih laki lo ngelarang pergi sama kita. Padahal kita lebih dulu kenal lo dibanding dia!" Rania protes.
"Bukan ngelarang pergi sama kalian tapi pergi ke clubnya, Ran. Ish, udah berapa kali gw jelasin?"
"Tapi laki lo sering bener pergi ke club tuh. Ngapain coba?" ujar Celine.
"Banyak larangannya kalo gw perhatiin sih. Baru jalan enam bulan, belum jadi suami tapi posesif banget," tambah Rania.
Celine segera menyodorkan Shilla segelas soda untuk diminumnya agar tidak menyahuti Rania lagi.
"Ran, capek gak sih berdebat sama bulol? Mending kita have fun aja." Celine berseru penuh arti pada Rania seraya mengingatkan beberapa waktu lalu mereka baru saja bertemu dengan Hiro yang berada di tempat yang sama juga.
"Shil, selamat menikmati hubungan yang rumit sama pacar baru lo itu, ya. Lo milih dia jadi cowok lo dengan sadar sepenuhnya kan? Bukan lagi mabok?" tanya Celine lagi.
Shilla mengangguk setelah menegak soda yang disodorkan Celine. Biasanya Shilla akan memesan cocktail atau wine tapi lagi-lagi larangan suara Grey yang bergema di kepalanya menyadarkan Shilla.
Padahal sedang tidak ada Grey di sampingnya. Bahkan pacarnya itu, Shilla yakin betul sedang tidur dengan pulas sampai tidak membalas pesannya.
Astaga, apakah Shilla sedang selingkuh dengan membohongi Grey begini?!
"Enjoy your choice, darling!" Celine berseru meledek sambil menegak tequila blanco, minuman favorit mereka bersama Rania yang mengajak cheers terlebih dulu.
"Cheers dulu, Lin." Rania menghentikan Celine.
"For what, Ran?"
"Self reward aja gak sih abis kerja lembur sampai gak kenal matahari pagi lagi?" sungut Rania.
"Okay, so tonight we're gonna party till drop, ok?" tawar Celine.
Rania mengangguk, "Shil kalo pengen pulang duluan karena takut diomelin Papi Grey, silakan aja loh."
Meninggalkan Shilla yang tengah jengkel karena tidak bisa lagi menikmati kesenangan seperti dulu.
Shilla kadang merasa Grey punya CCTV yang terhubung dengan satelit dan bisa memantau pergerakannya. Sehingga tiap ada kesempatan pergi ke club, ngewine setelah pulang kantor seperti biasanya, terasa begitu mencekam.
Selagi Celine dan Rania menghentakkan tubuh mereka mengikuti irama lagu, sesekali menyesap tequila mereka, Shilla hanya bisa mendesah napas berkali-kali sambil bersedekap.
Di luar prediksi semua orang, rupanya Hiro bisa menemukan sosok Shilla. Tepatnya setelah sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Rania Pramono
Sori Ro, bs tlg jagain Shilla?
takutnya gw&Celine asik sendiri sm partner kita...
kita di table atas deket tangga, Ro
Hiro Dharmawan
WTF?! Sialan ya kalian!😡👊
Rania Pramono
Yowis kalo gamau sih. Gw uda ngmg ni yg penting..
lagian uda 25 jg shilla, ngapain jg msh dijagain?
Hiro menghela napas dengan berat lalu beranjak menuju lantai kedua sesuai arahan Rania. Untungnya Shilla duduk di posisi membelakangi arah kedatangannya.
Rania Pramono
Jagain aja dl jodoh org.
Siapa tahu Ro, mlh jd investasi masa dpn 😉😉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro