Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

36

Ini aslinya bab 37. Kalo ga tahan, segera ke sebelah.

Mo beli bukunya langsung ke shopee eriska helmi. Yang mo ebook, besok besok eke up di Gplay atau Nihbuatjajan.
Di NBJ lebih murce soalnya ga pake pajak 30 persen. Ntar nunggu mood soalnya. Kalo upload2 begituan, kang bajak dah siap2 mo bajak juga🤣🤣

***

38 SCdHP

Ketika Farihah Hadi tiba-tiba saja berdiri saat sosok Raden Sarina masuk ke kedai bakmi, Yasinta kira perang bakal segera dimulai. Dia sendiri tahu dengan jelas kalau mereka berdua sedang mengibuli wanita cantik itu dengan mengaku-aku sebagai Hakim. Sedangkan, Iqbal Al Hakim sendiri sedang tersambung dengan Yasinta di saluran telepon. Aduh, apakah pria itu tidak punya pikiran lain selain menyambangi Yasinta saat itu? Seharusnya, diamkan saja ponsel Yasinta di rumah, toh, tidak lama lagi mereka bakal pulang, setelah Farihah menghajar Sarina.

Menghajar?

Sampai di situ, Yasinta merasa kepalanya pening. Apalagi sejurus kemudian, terdengar pekik kaget yang membuat dia juga panik. 

“Eh? What happened aya naon?” 

Jarang-jarang Yasinta latah dan begitu suaranya terdengar lagi di telinga suaminya, Yasinta cepat-cepat memutuskan sambungan telepon dan berdiri. Di hadapannya, Farihah sedang memandang kepada Sarina yang kini tidak percaya bahwa wanita yang hampir jadi mertuanya telah menyiramkan segelas air es teh ke seluruh tubuhnya dan memandangi wanita itu dengan wajah amat jijik.

Bagaimana tidak jijik, Yasinta yang melihatnya saja juga malu. Belahan dada Sarina kelewat rendah buat jalan-jalan ke pasar. Jika ada abang becak, abang penjual gorengan, atau abang preman yang tidak sengaja berpapasan dengan Sarina, kemungkinan besar mereka bakal lupa kepada istri di rumah. Tapi, di tempat itu tidak ada abang becak, toh, sudah bertahun-tahun becak punah dari Jakarta. Tapi, siapa saja yang melihat, bila dia berjenis kelamin laki-laki, sudah bisa dipastikan bakal ngiler disuguhi pemandangan murah meriah seperti itu.

“I … Ibu? Kenapa Ibu bisa ada di sini? Mas Hakim ke mana?” Sarina menoleh bingung ke arah sekeliling. Wajah dan separuh tubuhnya basah kuyup, orang-orang juga sudah memperhatikannya sejak tadi. Dia tidak peduli. Yang dicarinya hanya seseorang yang dia rindukan sejak berbulan-bulan ini. 

“Mas Hakim, Mas Hakim. Dia sudah jadi suami orang.” 

Tepat di saat yang sama, Sarina menemukan Yasinta yang kini nyengir kepadanya sambil menunjukkan dua jari tanda dia datang dengan damai. Dia juga tanpa ragu menunjukkan ponsel Hakim kepadanya. Jelas Yasinta tahu sekali kalau Sarina amat hapal dengan ponsel mantan kekasihnya itu.

“Hai, Mbak Mal. Bukannya udah dijodohin ama pangeran? Kok, masih nyari suami eke, sih?”

Sarina mengepalkan tangan dan meremas buku-buku jarinya sewaktu melihat wanita perebut kekasihnya tersenyum-senyum dengan wajah tanpa dosa sambil pamer ponsel Hakim kepadanya. Kenapa bisa dua wanita itu ada di depannya saat ini. Apakah mereka semua sedang berkonspirasi?

“Kekasih?” Farihah nyaris melotot, “Lalu apa maksudmu menemui putraku? Otakmu di mana?” 

  Rasain lo.

Sarina sempat terdiam sejenak sebelum Farihah melanjutkan kalimat-kalimat menolak kehadiran Sarina yang baginya telah menjadi benalu di dalam keluarga Hakim dan Yasinta. Sesekali, Yasinta mengintip perubahan di raut wajah Sarina yang kini memandanginya dengan wajah amat dengki. Tapi, masa bodoh. Sekarang sudah ada Farihah dan kekesalan Yasinta karena ternyata Sarina terus saja masih merongrong Hakim membuatnya amat jengkel, seakan terobati. Jika kepada Yasinta Sarina tidak takut, maka Farihah adalah obat paling mujarab. Di belahan dunia mana saja, sudah pasti, perempuan hebat bagaimana pun, bakal gentar bertemu dengan ibu dari laki-laki yang dia cintai. Apalagi, kalau dia juga tidak disukai oleh ibu tersebut.

Sarina adalah contohnya. Meski di sekeliling mereka orang-orang mulai berbisik, Yasinta kemudian memilih duduk dan menyeruput es teh karena pemandangan di hadapannya sempat membuat dia tegang. Bagaimana pun hebatnya dia, kadang melihat saingan cinta dengan penampilan menggoda tersebut membuatnya minder. Tapi, dia yang dipilih oleh Hakim dan …

Tunggu dulu, Yasinta sadar kalau mereka berada di tempat umum dan bisa saja Sarina memiliki mata-mata, sehingga kemudian, ide sinting di otaknya menyuruh Yasinta membuka aplikasi kamera dan mulai merekam adegan di depan matanya itu, dia menyandarkan HP Hakim di depan botol saos dan detik demi detik lewat, merekam dengan sukses adegan pertengkaran Sarina dengan Farihah di depan wajah Yasinta.. Video itu juga akan jadi laporan kepada Ruhi dan tante kesayangannya itu sudah pasti bakal senang melihatnya.

Tante, indang buat yey. Liatin, nih, madu lo berantem ama mantu ga jadinya.

“Ini bukan salah saya, Bu. Wanita liar itu yang melakukannya.” Sarina dengan emosi meluap-luap menunjuk Yasinta yang jadi penonton di meja belakang mereka. Namun, belum sempat membela diri, Farihah lebih dulu memotong.

“Apa-apaan, kamu? Menantu saya tidak ada hubungannya dengan semua ini. Justru kamu yang tidak punya harga diri. Wanita mana yang nekat menghubungi pria beristri, tengah malam lagi? Dan kalian berencana buat bertemu. Coba lihat pakaianmu, persis seperti penggoda. Kamu kira anak saya bakal bernafsu lalu membawa kamu ke hotel?”

Mampus. Rasain lo, Mak gue ngamuk, Yasinta dengan santai mencomot potongan pangsit. Dia tidak tahu, menonton pertengkaran orang bisa seseru ini.

“Tapi, Ibu lihat sendiri. Dia yang pegang HP Mas Hakim. Wanita nggak beradab itu dia. Dia yang menjebak …”

“Eh. Eh. Manis sekali mulut lo, hei, Mal Buluk. Enak aja nyalahin gue. Lo yang nyosor, yang nangis-nangis.” Yasinta tidak tahan lagi. Mulutnya masih penuh pangsit, namun, demi harga diri dia bangkit dan mulai berkacak pinggang.

“Senaksir-naksir gue sama Kim So Hyun, abis gue belaki, dunia gue udah punya Oppa Hakim Sweet. Nggak kayak lo, udah dijodohin, malah kagak tau diri, pamer te*ek ke mana-mana.”

“Maaf, Ibu-Ibu, tolong berantemnya di luar aja. Tamu-tamu di sini kurang nyaman.”

Seorang pelayan laki-laki dengan wajah canggung datang menghampiri, membuat perhatian mereka teralihkan dan dengan cepat, Sarina yang sudah kadung gemas dengan Yasinta kemudian menarik tangan kanannya kuat-kuat lalu menjambak kuncir sebelah kiri Yasinta sehingga pustakawan muda itu berteriak dengan amat nyaring.

“Ibuuuuuk! Tolong Yasi. Sakiit!” 

Suasana kedai bakmi langsung ramai dan gaduh. Yasinta meraih apa saja untuk berpegangan agar dia tidak jatuh. Namun, tenaga Sarina yang dilanda api amarah jauh lebih kuat dan jika tidak dipegang oleh Farihah, kepala Yasinta bakal lebih dulu menghantam lantai. Pengunjung lain ikut berdiri dan berusaha melerai. Tapi, Yasinta Aurahana tidak selemah itu. Setelah menemukan kaki meja yang cukup kuat dan mampu menjadi tumpuan, dia memasang kuda-kuda untuk bangkit. Kuku ibu jari kanannya bahkan sudah menancap sempurna di lengan halus mulus Sarina dan dia siap melawan sewaktu terdengar suara Hakim yang amat familiar, memanggil namanya dengan nada panik.

“Hana.”

Dia tahu, semua orang, bahkan Okta Karolina bakal mengatai dia cemen, bodoh, lemah gemulai, atau apalah. Tetapi, kesempatan tidak datang dua kali dan yang perlu dia lakukan hanyalah memasang wajah memelas saat Hakim melihatnya, tepat ketika tangan kanan Sarina terlepas dari cengkraman Yasinta dan wanita anggun itu menampar dan mendorong Yasinta hingga dia jatuh terjengkang.

“Wanita kurang ajar …”

Kali ini Farihah yang emosi melihat menantunya diserang, tidak tinggal diam. Botol sambal yang berada di meja sampingnya dia semburkan tepat di bagian dada Sarina dan sebagian memercik mengenai wajahnya. Tidak sampai di situ, Farihah juga mengoceh panjang lebar kepada semua orang sehingga Yasinta yang kini terkapar di lantai memejamkan mata dan bergumam, Baguus. Berapa Bapak mesti ganti rugi di toko orang? Hajar aja, Bu. Marahin lagi. Biar anakmu lihat calon mantunya sangar. 

“Dia menyerang menantu saya. Mana satpam? Dia mesti diamankan. Bawa ke kantor polisi.”

“Nggak!” Sarina menyela, “Bukan saya. Ibu yang serang saya duluan.”

“Hana, kamu nggak apa-apa?” suara Hakim mampir lagi di antara kericuhan yang hilang timbul di telinganya dan Yasinta membuka mata. Wajah suaminya terlihat amat khawatir dan pria itu segera membantu Yasinta bangkit.

“Bapaaak….” 

Terima kasih kepada drama Korea tercinta. Air mata Yasinta langsung banjir begitu melihat wajah Hakim. Apalagi saat itu suasana di belakang mereka masih sangat kacau. Namun, Yasinta menyempatkan diri mengambil ponsel Hakim dan memeriksa drama brilian mahakaryanya yang baru saja dia buat. Begitu Hakim menoleh ke arah dua perempuan di depannya, Yasinta cepat-cepat memasukkan benda tersebut ke tas selempangnya yang amat berguna di saat suasana genting seperti ini.

“Kamu terluka?” Hakim kembali memfokuskan diri kepada Yasinta. Perbuatan yang dilakukan oleh Sarina tadi membuatnya tidak lagi peduli kepada mantan kekasihnya. Apalagi, sudah ada Farihah yang kini jadi tameng buat menantunya. Meski begitu, tangis dan ratapan pilu yang keluar dari bibir Sarina yang terus memanggil namanya, membuat Hakim menghela napas dan akhirnya menoleh kepada sang mantan.

“Kita sudah selesai. Aku memilih dia. Tolong mengertilah.”

Yasinta berusaha untuk tidak tertawa. Dia harus kelihatan seperti orang paling merana di dunia. Lagipula, matanya sempat mengintip beberapa tamu telah mengarahkan ponsel mereka ke arah Hakim dan Sarina sementara Farihah menghambur ke arah Yasinta yang di matanya tampak baru kena hembus angin tornado.

“Oalah, mantuku jadi kayak gini.”

“Sakit, Bu.” Yasinta mengedipkan kelopak matanya berkali-kali, berharap air matanya jatuh atau paling tidak, bulu matanya rontok sehingga dia bisa mengeluarkan air mata banyak-banyak. Perkara jidatnya benjol, pipinya lebam, sementara dia besok masih harus bekerja, bisa diatasi dengan concealer yang banyak. Yang penting adalah menyaksikan wajah Sarina berubah seperti kepiting rebus bertabur sambal, menahan malu diperhatikan semua orang, dan ditolak oleh pria yang paling dia sayangi bertahun-tahun.

Rasakan! Lagian, siapa yang nyuruh lo jagain jodoh gue? Enak, kan? Sekali-sekali, lo yang jadi bulan-bulanan netizen. 

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro