Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❝The Lost Summer❞

Writer: deoksiribosa
Genre: Romance, Angst, 6k word

Don't forget to play multimedia, enjoy, Happy Reading 💜

.
.
.
.
.
.

"Bagaimana keadaan istri saya?" tanya seorang pria berkemeja biru muda saat bertemu dengan dokter yang merawat istrinya selama 5 tahun belakangan. Sang wanita itu koma karena kecelakaan yang menimpanya 5 tahun lalu itu dan 3 bulan lalu, sang istri sadar namun keadaannya amnesia.

"Ah Dokter Dahyun masih belum bisa mengingat apa-apa, saranku jangan terlalu memaksakan dia untuk bisa mengingat kembali, takutnya drop lagi nanti," saran sang dokter yang merupakan rekan kerja Dahyun sebelumnya. Yap dulunya, Dahyun adalah seorang dokter juga.

Sang suami menghela nafasnya kasar, "Tapi boleh kan saya berbicara dengannya sekarang?"

"Boleh silahkan saja, sekarang memang waktunya jam besuk," ucap Dokter Kang mempersilahkan.

"Baik dok terimakasih."

Sang pria itu menggenggam erat buku diary berwarna kuning cerah yang lembaran kertasnya sudah mulai menguning itu, saat ia membuka halaman pertama, tertera tulisan 'If I lost, please read this to me, and I'll be back.'

"Semoga kali ini berhasil." ucap sang suami dengan mantap.

Saat membuka ruangan tempat Dahyun di rawat, dirinya dapat melihat istri tercinta nya itu sedang duduk menghadap jendela yang kebetulan menghadap ke arah taman yang sejuk. Pria berusia lebih dari separuh abad itu tersenyum kemudian mengetuk pelan pintunya, agar kehadirannya di notice oleh Dahyun.

Dahyun berbalik, sedangkan sang pria tersenyum ceria, tapi pertanyaan yang meluncur dari bibir mungil itu membiat senyuman cerianya menjadi senyuman nanar. "Kau siapa?" tanya Dahyun dengan raut bingung dan ketakutan.

"Oh kau tenang saja, tak perlu takut, aku hanya seorang penghibur bagi pasien-pasien yang ada disini, aku biasa menghibur pasien lainnya dengan membacakan dongeng yang menyenangkan! kali ini tiba giliranku untuk bercerita padamu! Bagaimana kau pasti tertarik kan?" bujuk sang pria sembari ikut menarik kursi untuk duduk di sebelah Dahyun yang masih setia menghadap jendela. Tapi Dahyun hanya bergeming. Sempat membuat pria itu harap-harap cemas.

"Baiklah, ceritakan saja, memangnya cerita tentang apa?" tanya Dahyun tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Cerita tentang kisah romansa anak muda, mau dengar?"

"Ck cepat ceritakan saja!" balas Dahyun sewot.

"Baiklah, di buku ini dijelaskan musim panas tanggal 23 Juni 1987, Jungkook dan Dahyun pertama kali bertemu."

"Jungkook ? Dahyun?" Dahyun mengerenyit kebingungan.

Sang pria mengangguk, "Ya, biar kukenalkan tokoh dalam cerita ini satu persatu."

"Namanya Lee Jungkook , dia adalah remaja laki-laki yang saat itu usianya 19 tahun, ia bekerja sebagai tukang kayu bersama Taehyung sahabatnya."

"Nah lelaki ini pertama kali bertemu dengan nona Ahn Dahyun di sebuah karnaval dan langsung jatuh hati dalam pandangan pertama pada gadis itu."

"Siapa nona Dahyun itu?"

"Nona Ahn Dahyun adalah anak seorang pengusaha kaya raya yang saat itu berusia 17 tahun, ia merupakan sosok gadis yang pintar, mudah bergaul dan sangat ceria."

"Oh iya, jangan lupakan dia juga sangat cantik," lanjutnya sembari tersipu. "Bagaimana? Apa kau penasaran dengan kelanjutan kisah cinta mereka?"

Dahyun mengangguk samar, yang membuat suaminya menjadi semangat bercerita.

"Baiklah akan kuceritakan lebih detailnya!"


Musim panas tahun 1987 di desa Busan.

Malam minggu, sebuah waktu dimana orang-orang merefreshkan diri mereka, memberi self reward setelah seminggu menjalani aktivitas yang berat dan melelahkan. Beragam wahana permainan tersedia di tempat ini membuat perasaan gembira jelas tergambar dari wajah orang-orang yang ada disana. Begitupun Jungkook, ia tak menyesal menerima ajakan Taehyung dan Sana untuk pergi ke karnaval malam ini.

Ketika Jungkook sedang mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari wahana yang menarik dimata nya, tiba-tiba ia dikagetkan oleh jeritan perempuan.

"Sanaaa aaaaa aku rindu sekali!" seru perempuan berkulit putih itu. Sana yang terkejut juga kini sama-sama antusias.

"Yaampun Dahyun aku juga sangat rinduu! Akhirnya kau berlibur lagi di desa ini!" seru Sana sambil asyik berpelukan dengan Dahyun.

"Ah sebenarnya aku sudah ada disini sejak minggu lalu, tapi ya seperti yang kau tau, orang tuaku sudah menjadwalkan semua kegiatanku, ini saja aku pergi kesini curi-curi waktu," keluh Dahyun sembari memberengut, tapi tak lama wajahnya kembali ceria dan ia pun bersorak.

"Yaa lupakan saja! Yang penting malam ini kita bersenang-senang! Ayooo!" Dahyun langsung saja menarik tangan Sana untuk ikut pergi dengannya, "Taee Jung, kami pergi dulu!"

"Siapa dia?" tanya Jungkook kepada Taehyung yang masih asik tersenyum-senyum sambil melambai ke arah Sana.

"Namanya Ahn Dahyun, dia berada di desa ini selama liburan musim panas." terangnya, selama Taehyung menerangkan, netra Jungkook tak dapat berpaling dari gadis dengan kulit putih yang memakai dress pink muda selutut, ditambah rambut blondenya membuat gadis itu semakin bersinar di tengah keramaian karnaval ini.

"Dia ada di desa ini hanya untuk berlibur?" tanya Jungkook.

"Iya setelahnya ia akan kembali lagi ke kota, asal kau tahu, dia anak pengusaha terkaya di Kotanya."

Jungkook manggut-manggut mendengar penuturan Taehyung, sempat terlintas rasa minder saat mengetahui gadis itu adalah anak orang kaya, karena dirinya hanyalah seorang buruh di tempat penjualan kayu. Tapi ia tak peduli, sekalinya ia menyukai seseorang, ia akan terus terfokus kepada orang itu dan memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan.

Disaat Sana dan Dahyun berkeliling berdua, Jungkook dan Taehyung bermain permainan melempar kaleng dengan bola.

"Yuhuu strike! Aku memang sangat berbakat dalam memainkan ini!" seru Jungkook senang karena sudah 2 kali berturut-turut ia berhasil menjatuhkan semua kaleng yang ada disana dan bisa memilih hadiah yang tersedia. Sedangkan Taehyung yang dari tadi gagal, hanya bisa mendengus kesal.

"Yasudah sini berikan satu boneka yang kau dapat! Mau kuberikan pada Sana!"

"Cihh enak saja! Aku juga ingin memberikannya pada seseorang!" seru Jungkook tak terima. Hingga akhirnya Dahyun dan Sana pun kembali menghampiri Jungkook dan Taehyung. Entah kerasukan apa, tapi Jungkook merasa ini adalah waktu yang tepat untuk menghampiri Dahyun. Tanpa aba-aba, ia segera mendekati Dahyun.

"Hai nona, lihat apa yang kudapatkan untukmu!" seru Jungkook yang tiba-tiba muncul di hadapan Dahyun dengan percaya dirinya. Dahyun mengerenyit bingung melihat lelaki itu menyodorkan sebuah boneka kelinci yang berukuran sedang itu.

"Hah apa maksudmu?"

"Aku hanya ingin memberi hadiah perkenalan saja kepada nona cantik, bagaimana lucu kan bonekanya, mirip dengan diriku," ucap Jungkook sembari menunjukan senyum gigi kelincinya. Siapapun yang melihatnya akan merasa gemas, termasuk Dahyun, tapi kini rasa heran lebih mendominasinya.

"Hahaha terimakasih atas usahamu, tapi maaf aku tidak suka lelaki tukang gombal," ucap Dahyun dengan senyum sombong nya, karena ucapannya, Sana dan Taehyung pun sontak mengolok-olok Jungkook yang suda kelewat percaya diri itu.

"Sanaa ayo naik bianglala!" Ajak Dahyun kemudian, tanpa memedulikan presensi Jungkook disana, kemudian langsung saja menarik Sana untuk menjauh lagi dari tempat itu.

"Sana, sebenarnya siapa dia?" bisik Dahyun pada telinga Sana.

"Lelaki barusan? Dia Lee Jungkook, bekerja di tempat penjualan kayu bersama Taehyung, kenapa? Kau terkejut ya?" tanya Sana.

"Iya sudah lama tidak ada lelaki yang berani mendekatiku seperti itu, uhh kuyakin dia melakukan godaan semacam itu pada banyak gadis !" ujarnya kesal.

"Haha kurasa ia menyukaimu, seumur-umur aku baru melihat Jungkook seperti itu, tak apa Day barangkali kau ingin memiliki sedikit kisah manis bersama lelaki di desa ini." Dahyun memutar bola matanya malas mendengar penuturan Sana barusan, Dahyun tidak pernah peduli kepada perasaan cinta, hidupnya hanya didedikasikan untuk menggapai cita-citanya sebagai dokter, eum entah juga sih ini cita-citanya sungguhan atau hanya mengikuti ambisi kedua orang tuanya saja.

Mereka pun tiba di wahana bianglala, Dahyun menaiki wahana ini bersama Sana. Jungkook memantau mereka dari jauh, ia tersenyum, sebuah ide gila tiba-tiba terlintas di pikirkan nya. Baru saja wahana ini akan bergerak, Jungkook dengan nekatnya segera melompat dan ikut naik bianglala bersama Dahyun dan Sana. Saat Jungkook berhasil naik, wahana itu mulai bergerak keatas.

"Hey apa yang kau lakukan bodoh?! Arghh jangan sentuh tanganku!" teriak Dahyun kesal saat Jungkook mulai melesak di tengah-tengah dirinya dan Sana.

"Aku Lee Jungkook, senang berkenalan denganmu nona!" ujar Jungkook sembari menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

"Enyah kau dari sini!" seru Dahyun marah.

"Kumohon aku sangat ingin pergi keluar bersamamu, terimalah ajakan ku ini!"

Penjaga wahana ini cukup panik saat Jungkook tiba-tiba ikut menaiki wahana yang seharusnya untuk 2 orang itu.

"Hey Jungkook! Jangan melakukan hal tolol! Cepat turun! Satu gerbong hanya untuk 2 orang!" Penjaga wahana itu dengan cekatan segera memberhentikan wahana itu membuat Dahyun, Sana dan Jungkook berhenti di atas.

"Tidak sebelum nona ini menerima ajakan kencan ku! Akan kubayar kau nanti!" seru Jungkook kepada penjaga wahana.

"Tidak! Aku tidak mau!" tolak Dahyun lagi.

Jungkook pun keluar dari gerbong yang ia naiki barusan dan bergelantungan di besi-besi wahana itu, kira-kira jarak antara Jungkook saat ini dan tanah sekitar 10 meter.

"APA YANG KAU LAKUKAN BODOH?!" Seru Dahyun marah.

"Berkencanlah denganku! Ayo pergi keluar bersama!" pinta Jungkook paksa.

"Tidak mau!"

"Oh baiklah kalau begitu—" Jungkook melepas satu tangannya, membuat ia bergelantungan dengan satu tangan saja. Dahyun menjerit ketakutan, ia juga tak ingin nyawa seseorang melayang karena dirinya.

"Aissh bodoh! kau mau mati apa?!"

"Makanya terima ajakanku, kau mau pergi kencan denganku kan-argh tanganku sudah tak kuat."

Dahyun kalut, mau tak mau ia harus menerimanya. "Oke baik! Aku mau pergi kencan denganmu!"

"Ah tak usah menolongku, tadi kau tak mau katany—"

"AKU MAU PERGI KENCAN DENGANMU!!!" balas Dahyun dengan teriakannya yang sangat melengking.

"Baguslah, akan kutagih janjimu nanti nona cantik!" ujar Jungkook senang. Ia kemudian mulai turun dengan hati-hati dari atas situ, untungnya bianglala ini belum bergerak terlalu atas jadi Jungkook bisa turun dengan mudah, ia sudah biasa memanjat-manjat begitu mengingat pekerjaannya sebagai kuli.

"Sialan—lelaki gila!" umpat Dahyun kesal.

Setelah pertemuan pertama nya itu, Dahyun sangat berharap kalau dirinya tak akan berjumpa lagi dengan lelaki aneh nan gila itu. Tapi semesta tidak merealisasikan keinginan Dahyun. Kini di Malam Minggu selanjutnya saat Dahyun diajak pergi ke sebuah pertunjukan teater oleh Sana, Jungkook juga datang kesana bersama Taehyung.
Sana langsung saja berhambur ke pelukan Taehyung.

"Daah ... kami mau berduaan dulu, jangan ganggu yaa!" seru Sana kepada Dahyun dan Jungkook yang masih membeku di tempat. Dalam hatinya Dahyun sudah mengumpati Sana yang tampaknya sudah merencanakan semua ini dengan Taehyung.

Sana dan Taehyung pun berlalu meninggalkan mereka, akhirnya Jungkook memecah kebingungan diantara mereka terlebih dahulu, "Hahaha pada akhirnya juga kau akan kencan berdua denganku kan, yasudah yuk kita ikut menonton juga, ingat nona janji itu harus di tepati!" seru Jungkook dengan santai.

"Huh yasudah ayo! tanggung juga kan sudah sampai sini, lagian aku juga sudah lama tidak menonton," balas Dahyun cuek. Akhirnya mereka pun berjalan beriringan memasuki teater itu, namun selangkah lagi saja mereka masuk, terdengar sebuah teriakan lelaki berjas dan berkacamata hitam memanggil nama Dahyun.

"Ahh tidak! orang suruhan ayahku mencarikuu bagaimana ini?!" seru Dahyun panik, Jungkook mengerenyit bingung.

"Tadi kau berangkat memangnya tanpa seizin orang tua mu?" tanya Jungkook, Dahyun hanya menggeleng saja.

"Ah kurasa aku memang harus kembali Jung, maaf belum bisa memenuhi janjiku untuk pergi berkencan denganmu." Dahyun mengatakan itu dengan nada dan raut sedih, membuat tangan Jungkook seketika tergerak untuk mencekal lengan mungil perempuan itu.

"Mari ikut denganku!"

Awalnya Dahyun menatap Jungkook dengan tatapan ragu. "Percaya saja kepadaku! ayo kita harus segera pergi dari sini!" Entah kenapa Dahyun bisa langsung percaya saja kepada Jungkook yang membawanya kabur dari tempat itu.

Orang suruhan ayahnya langsung mengejar Jungkook dan Dahyun ketika menyadari kalau mereka mencoba kabur. Dahyun semakin mengeratkan pegangan tangannya kepada Jungkook, jujur agak sulit mengimbangi Jungkook yang berlari sangat cepat, tapi karena sudah terdesak, Dahyun jadi seperti punya kekuatan tambahan dan akhirnya sang pengejar pun sudah tertinggal jauh dari mereka.

Mereka pun berhenti di tengah jalan dengan nafas yang terengah-engah, jalanan di waktu malam begini memang sudah biasa sepi, karena belum banyak kendaraan juga di masa itu. Bahkan kini Jungkook sudah merebahkan dirinya di tengah jalan itu.

"Bagaimana? menyenangkan ... hosh ... bukan?" tanya Jungkook sambil terengah-engah.

Dahyun yang sudah kelelahan itu juga akhirnya mengikuti jejak Jungkook merebahkan dirinya di jalanan. Kemudian ia menutup wajahnya, "Hah seru sekali! baru kali ini aku merasa sebebas ini hahahaha," seru Dahyun, Jungkook tersenyum melihat Dahyun yang tampak senang itu.

"Kau tau, jadwal harianku sudah diatur, mulai dari bangun, sarapan, sekolah, les tari, les alat musik, belajar berkuda, memanah, membaca buku hingga malam hari aku menghabiskan waktu bersama orang tuaku, aku sungguh lelah dengan semua ini Jung, aku ingin sekali merasakan jadi orang yang bebas dan tidak terlalu dikekang seperti ini, bahkan aku juga harus mengikuti keinginan orang tuaku untuk menjadi dokter." Dahyun mencurahkan segala keluh kesalnya malam itu membuat Jungkook jadi ikut meringis merasakan betapa lelahnya Dahyun.

"Wah kedengarannya seperti kegiatan orang sukses ya," ucap Jungkook menangapi.

"Haha tentu saja!"

"Tapi jujur aku sangat kagum kepadamu, meskipun mendapat tekanan yang sedemikian besar, kau selalu ceria dimanapun dan kapanpun, kalau diibaratkan, kau itu seperti musim panas, kau selalu menjadi vitamin penyemangat dengan senyuman cerahmu itu."

"Ah sungguh?" tanya Dahyun yang merasa tak menyangka.

"Iyaa summer ku..ah mulai saat itu jadi panggilan sayangku untukmu ya?" Dahyun spontan memukuli dada Jungkook yang ada di hadapannya.

"Dasar gombal!" Jungkook hanya tertawa-tertawa saja.

"Itu semua kan keinginan orang tuamu kan, lalu hal apa yang kau lakukan untuk dirimu sendiri? seperti penghiburan diri begitu, apakah ada?"

Suara klakson mobil mengagetkan mereka berdua yang sedang rebahan di tengah jalann, membuat Dahyun sontak menjerit kaget dan berlari ke trotoar, begitupun Jungkook.

"Enyahlah kalian dari jalan raya!" seru sang pengendara mobil itu dengan sedikit emosi, sedangkan Dahyun malah tertawa terbahak-bahak, Jungkook yang masih syok malah bingung melihat Dahyun tertawa lebar begitu, "Kenapa tertawa? apa yang kau tertawakan?"

Dahyun semakin gemas melihat Jungkook bertanya begitu.
"Hahahaa aku menertawakan kebodohan kita hahaha." Jungkook sampai geleng-geleng sendiri melihatnya.

"Oh iya tadi kau bertanya hal yang aku lakukan untuk penghiburan diri ya? Biasanya aku suka melukis, kadang saat diriku dipusingkan oleh jadwalku yang sangat padat, melukis dapat membuat jiwaku lebih tenang." Jungkook mengangguk-angguk mendengar penjelasan Dahyun.

"Bagus, jangan terus terpaku terhadap apa yang dicita-citakan orang lain atas dirimu, coba tanyakan pada dirimu sendiri, apa hal yang ingin kau capai dalam hidup ini, oke? Kau harus bahagia Dahyun-ah," ucap Jungkook dengan penuh pengertian.

"Baiklah Jung, terimakasih banyak sudah menghiburku hari ini, aku bahagia sekali..eumm mungkin lain kali kita bisa menghabiskan waktu berdua seperti ini lagi," tutur Dahyun dengan tulus.

"Tentu saja eum ... sekalian jadi kekasihku saja mau tidak?" tanya Jungkook, Dahyun tersipu malu, pipinya tiba-tiba memerah dan perutnya rasanya diisi oleh ribuan kupu-kupu berterbangan, perasaan yang baru kali ini dirasakan olehnya membuat Dahyun mengangguk malu-malu, sejujurnya Dahyun juga penasaran bagaimana rasanya jatuh cinta itu.

Setelah hari itu, hampir setiap jam selalu mereka habiskan bersama, meskipun banyak pertengkaran kecil diantara mereka karena mereka seringkali berselisih pendapat, tapi karena mereka sudah sangat-sangat saling mencinta, tak lama perdebatan itu akan ditutup oleh ciuman manis atau gelak tawa dari keduanya.

Jungkook mengajak Dahyun berkelana ke tempat-tempat indah di desa ini, Dahyun juga sudah membicarakan perihal dirinya yang meminta waktu rehat dan liburan di desa ini, jadi selama di desa diriya tidak akan dilimpahkan dengan les-les seperti biasanya. Untungnya orang tua Dahyun mengerti dan memperbolehkannya, asal tidak melampaui batas.

Seperti hari ini saja Jungkook mengajak Dahyun untuk berenang di sungai, Dahyun terlihat sangat senang, "Aku sangat ingin sekali memiliki rumah di tepi sungai begini, jauh dari keramaian, pasti akan nyaman sekali duduk di dalam rumah menghadap jendela melihat pemandangan sungai yang menenangkan!" seru Dahyun sembari tersenyum lebar.

"Ah kebetulan aku memang sudah ada rencana untuk membeli gudang tak terpakai itu." Jungkook menunjuk ke arah gudang yang ada di tepi sungai ini.

"Jika tabunganku sudah cukup aku akan membangun rumah impian untuk kita berdua, coba deskripsikan kau ingin rumah yang seperti apa?"

Dahyun langsung berbinar senang.
"Aku ingin rumah bercat putih, memiliki satu ruangan menghadap ke sungai dengan kaca jendela yang lebar agar aku bisa melukis dengan tenang! Sudah sih hanya itu saja yang aku inginkan, tak usah besar-besar juga tidak apa-apa," ucap Dahyun.

Jungkook memeluk tubuh Dahyun yang sama-sama sedang berada di dalam air itu, "Baiklah sayang, apapun untukmu my summer!"

Mereka mengurai pelukan mereka kemudian kini mulai menyatukan kedua bilah bibir mereka untuk berciuman mesra. Setelahnya mereka bersepeda bersama, mengunjungi pertunjukan musik sampai makan malam bersama di rumah Jungkook bersama ayahnya. Hingga tanpa terasa kini sudah pukul 11 malam dan Dahyun terlambat kembali ke rumah.

"Ah aku sudah terlambat! aku harus cepat-cepat kembali sebelum ayah dan ibu menyadarinya! Jumpa lagi besok sayang!" Dahyun langsung saja mengecup bibir Jungkook cepat dan keluar dari mobil jeep yang dipinjam Jungkook dari tempat kerjanya. Dahyun langsung saja melesat menuju rumahnya, dirinya membuka pintu secara perlahan.

"Dahyun!" panggil ayahnya yang ternyata dari tadi sedang duduk di teras menunggu kedatangan Dahyun. Dahyun yang terburu-buru sampai tidak menyadarinya.

"Ah ayah ..." ucap Dahyun lirih, sang ayah pun menurunkan kacamata baca yang sedang digunakannya ke bawah kemudian bertanya,"Sepertinya anak ayah ini sangat akrab dengan lelaki itu ya?" Dahyun hanya mampu menyengir saja.

"Ajak dirinya ke rumah kita minggu ini!" titah sang ayah, Dahyun hanya menangguk-angguk, kemudian ia mendekat dan mengecup pipi ayahnya.

"Baiklah ayah, selamat malam!"


Jungkook menggeram marah, kalau tau kalau dirinya hanya akan di permalukan dan di remehkan di acara pertemuan keluarganya Dahyun, dia tidak akan sudi datang kesana. Bahkan beberapa keluarga Dahyun ada yang mengolok-olok ayah Jungkook yang dulunya adalah pengusaha pesaing, namun akhirnya bangkrut karena ditipu.

"Oppa tunggu dulu! maafkan aku! aku tidak tau kalau jadinya akan ada acara keluarga besar, aku kira hanya aku dan kedua orang tuaku saja, Oppa please dengarkan penjelasanku!" seru Dahyun sembari menarik-narik tangan Jungkook.

"Mau menjelaskan apa lagi? Sudah aku memang lelaki tolol, kotor dan miskin seperti yang keluarga besarmu bilang tadi!" bentak Jungkook yang sudah sangat emosi. Dahyun menangis, bagaimanapun dia telah mencintai sepenuh hati lelaki di hadapannya ini, lelaki ini adalah cinta pertamanya.

"Tidak Oppa! di mataku kau sempurna, please jangan dengarkan kata mereka," rengek Dahyun lagi, Jungkook mengempaskan cekalan tangan Dahyun.

"Sudah! lebih baik kita putus saja! aku tidak pantas untuk kaum bangsawan sepertimu!" Jungkook langsung saja pergi meninggalkan Dahyun yang masih menangis tersedu-sedu itu.

"Apakah kau tidak ingin memperjuangkan cinta kita Oppa?" tanya Dahyun dengan sangat lirih, sepertinya Jungkook yang sudah menjauh juga tidak mendengarnya.

Dahyun sangat terkejut, keesokan harinya barang-barangnya sudah di kemasi dan beberapa furniture di rumah ini tampak akan diangkut. Dahyun yang baru saja bangun tidur itu langsung saja mengamuk kepada kedua orang tua nya, "Apa maksudnya ini? bukankah liburan musim panasnya masih seminggu lagi?!"

"Kita kembali ke kota sekarang! Ayah tak ingin kau terkontaminasi oleh lelaki miskin itu! Sebenarnya sejak awal dirimu meminta dispensasi untuk liburan ayah sudah curiga, pasti lelaki itu yang membisiki mu kan?!" Baru saja Dahyun ingin memberontak, sang ayah langsung memotongnya.

"Tak ada penolakan Ahn Dahyun! cepat bersiap!" bentak sang ayah, kalau sudah memanggil nama lengkap begitu, Dahyun yakin ayahnya sudah marah besar, jadi walaupun sambil menangis, kini Dahyun pun bersiap untuk kembali ke kotanya. Tapi sebelum dirinya pergi, dia menyempatkan diri untuk menulis surat untuk Jungkook.
Saat Dahyun sudah ada di mobil bersama orang tuanya dan kini melewati tempat Jungkook kerja, Dahyun memohon agar diberi kesempatan untuk berbicara sebentar saja dengan Jungkook.

"Tidak! Ayah sudah tidak percaya lagi padamu, nanti yang ada kau malah kabur dengan lelaki tolol itu!"

"Pergilah nak, asal sebentar saja ya," ucap sang ibu pengertian, Tuan Ahn yang tadinya akan mengamuk langsung di tahan oleh istrinya.

"Biarkan anak kita menuntaskan urusannya di desa ini, agar kita tidak usah kembali-kembali lagi kesini," tutur sang ibu memberi pengertian.

"Huh baiklah, ayah tunggu 5 menit saja!" Dahyun langsung mengangguk semangat kemudian langsung melesat keluar dari mobil. Namun sayang sekali saat sampai disana, Jungkook baru saja pergi mengantar kayu ke luar kota. Untungnya ada Taehyung disana.

"Taehyung, waktuku tidak banyak, aku menitipkan ini padamu, tolong berikan kepada Jungkook, ini alamat rumahku di kota, bilang kepadanya agar mengirimiku surat untuk meneruskan komunikasi kita! bilang juga kepadanya kalau aku masih sangat mencintainya!"

Namun nihil, sudah 5 musim panas terlewati, tak pernah ada satu surat pun yang sampai ditangannya. Awalnya Dahyun merasa sedih, ia juga sempat khawatir Taehyung tidak menyampaikan pesannya pada Jungkook. Tapi karena kesibukan yang dimilikinya, perlahan Dahyun mulai bisa melupakan dan mengikhlaskan laki-laki itu. Kini Dahyun sedang menjalani coas, siang ini ia tengah memeriksa seorang pasien dengan luka-luka yang cukup parah, dirinya terkena kecelakaan mobil sampai harus di rawat seperti ini.

"Nona terimakasih banyak, aku berjanji akan mengajakmu kencan jika aku sudah sembuh nanti!" ucap lelaki yang sedang terbaring lemah di ranjang pesakitan.

Dahyun terkekeh pelan, "Pulihkan dulu saja dirimu tuan, baru mengajakku kencan!"

Minggu demi minggu berlalu, benar saja saat Dahyun baru saja akan pulang dari rumah sakit bersama beberapa rekannya, kini sudah ada lelaki berjas yang sedang bersandar di mobil keluaran baru yang tampaknya memang milik lelaki itu, "Kau nona Dahyun yang waktu itu merawatku saat di rumah sakit kan?" tanya lelaki itu.

"Ah benar, wah kau sudah sembuh ternyata tuan," ucap Dahyun yang merasa senang.

"Hahaha tentu nona, dan kini aku ada disini untuk menepati janjiku mengajakmu berkencan, bagaimana? apa kau mau?" Teman-teman Dahyun sudah heboh menggoda Dahyun dan menyuruhnya untuk menerima lelaki itu.

"Oh iya, aku Kang Eunwoo, sampai lupa sebelumnya aku belum memperkenalkan diri dengan benar," ucap Eunwoo sambil mengulurkan tangannya ke arah Dahyun, Dahyun menerima uluran tangannya itu dan tanpa di sangka, Eunwoo langsung menarik tangan Dahyun dan mengajaknya menaiki mobilnya.

"Kami pergi dulu!" seru Eunwoo kepada rekan-rekan Dahyun. Ternyata Eunwoo ini adalah anaknya walikota, dirinya juga merupakan pengusaha sukses, tentu saja keluarga Dahyun juga langsung welcome saat Dahyun mengatakan dirinya sedang berkencan dengan lelaki itu. Hingga akhirnya di sebuah acara pertemuan keluarga Eunwoo pun melamar Dahyun.

"Will you marry me?" tanya Eunwoo sambil berlutut dan menyodorkan cincin emas yang mahal. Dahyun menangis, bukan karena haru tapi entah kenapa yang saat ini ia lihat dihadapannya bukanlah Eunwoo, tapi Jungkook. Seketika ia merasa kalau dirinya hanya membutuhkan Jungkook seorang, tapi pemikiran itu segera ia tepis, mengingat dirinya dan Jungkook yang sudah lama sekali tidak berkomunikasi.

"Yes I will!" balas Dahyun dengan lantang, membuat Eunwoo sangat bahagia, ia langsung saja memasangkan cincin di jari manis Dahyun dan menarik perempuan itu untuk berciuman.

Sedangkan di tempat lain, Jungkook baru saja selesai menuliskan surat terbaru untuk Dahyun, dirinya selalu rutin mengirimi Dahyun surat setiap minggu nya, tapi sayangnya dirinya tak pernah mendapat balasan surat dari Dahyun. Sebenarnya, ia sempat ingin menyerah saja dan berhenti mengirimi Dahyun surat lagi, ia sempat berpikir kalau Dahyun benar-benar sudah melupakan dirinya.

Semenjak Dahyun pergi, dirinya benar-benar merasakan kehampaan yang luar biasa, bahkan sudah 5 musim panas terlalui, Jungkook tak pernah sebahagia dulu lagi. Dia sempat menyesali keputusannya untuk meminta putus saat itu dan berpisah saat keadaan mereka sedang tidak baik-baik, namun setelah mendapat surat yang dititipkan Taehyung, harapannya terhadap hubungannya dengan Dahyun seketika melambung tinggi kembali tapi realita yang ada saat ini membuat dirinya serasa dijatuhkan dari angkasa, sangat menyakitkan. Saat sedang merenung begitu, Jungkook tiba-tiba di panggil oleh ayahnya yang sedang terbaring lemah di kasur.

"Sepertinya umur ayah tidak akan lama lagi, ayah sudah menjual rumah ini nak, setelah ini pakai uangnya untuk membangun rumah impian seperti yang kau inginkan itu ya!"

Dan benar saja beberapa hari setelah ayahnya berkata begitu, Ayah Jungkook benar-benar pergi meninggalkan dunia ini. Untungnya, Jungkook tidak terpuruk terlalu lama, setelah itu ia benar-benar membeli gudang kosong di dekat sungai itu dan memutuskan untuk membangun rumah impiannya itu dengan tangannya sendiri.

Hari ini, Jungkook memutuskan pergi ke kota untuk memberi beberapa material untuk pembangunan rumahnya, di jalan ia melihat Dahyun sedang berjalan rangkulan dengan seorang lelaki.

Jungkook menunduk sedih,"Ternyata begitu, pantas saja kau tak pernah membalas suratku, ternyata dirimu memang sudah bahagia dengan yang baru ya."

Untuk melupakan rasa sakitnya, Jungkook sangat-sangat menyibukan dirinya dengan membangun rumah impiannya dan Dahyun tempo lalu itu. Hingga saat rumahnya sudah jadi, tiba-tiba ada beberapa wartawan yang datang ke sana, ingin meliput tentang pengambil alihan gudang yang sudah tak terpakai lebih dari 30 tahun itu. Ternyata berita mengenai ini ditaruh di halaman pertama dari koran yang di cetak pada saat itu.

Dahyun kini sedang berkumpul bersama keluarga besarnya, membicarakan perihal pernikahannya dengan Eunwoo yang akan di selenggarakan sebentar lagi.

"Pasti pernikahan kalian akan jadi topik perbincangan hangat! Secara anak walikota begitu!" seru Irene, tantenya Dahyun.

"Iya betul sekali! pasti akan ada di setiap sampul depan halaman koran seperti ini!" ucap Mina, anaknya tante Irene sambil menunjukan sampul depan sebuah koran, Dahyun
seketika membelalak saat melihat ada foto Jungkook disana bersama rumah barunya.

Setelah melihat berita itu di koran, Dahyun nekat pergi ke desa nya dulu sendirian tanpa izin kepada orang tuanya dulu, ia hanya izin kepada Eunwoo kalau dirinya mau mengundang Sana, sahabatnya di desa untuk datang ke pernikahan mereka. Dahyun hanya ingin memastikan saja perasaanya untuk Jungkook apakah masih ada atau benar-benar sudah tidak ada.

Sesampainya Dahyun di rumah Jungkook, kerinduan yang disimpan sejak lama itu malah meledak-ledak, hingga akhirnya kini Dahyun dan Jungkook berakhir di ranjang yang sama, saling menyalurkan kerinduan itu melalui sentuhan-sentuhan yang memabukkan. Hingga akhirnya Dahyun tersadar, "Apa yang aku lakukan?! Arrghh tampaknya aku sudah gila! sebentar lagi aku akan menikah dan aku malah melakukan ini denganmu?! aarghh gilaa benar-benar gila!"

"Berarti kau masih sangat-sangat mencintaiku Day," balas Jungkook sembari mengelus-ngelus rambut Dahyun yang berbaring disebelahnya.
"Tapi bagaimana? aku akan menikah sebentar lagi, aku merasa bersalah sudah mengecewakan Eunwoo, aku akan jujur, dia adalah lelaki yang sangat baik, tapi ... aku tidak merasakan kebahagiaan seperti saat diriku sedang bersamamu Oppa.." ucap Dahyun lirih.

"Kita cari solusinya bersama-sama ya." Dahyun mengangguk-angguk dengan netra yang berkaca-kaca, begitupun Jungkook yang kini sudah mendaratkan kecupan di dahi Dahyun dengan sangat lembut, kini mereka pun tidur berhadapan, saling memeluk tubuh polos mereka, terlalu nyaman sampai tidak ingin dilepaskan.

"Kau tau? selama 5 tahun terakhir ini aku merasa kehilangan gairah untuk hidup, bahkan aku sempat kepikiran untuk bunuh diri saja dan segera menyusul ayahku ke alam sana. Tapi lagi-lagi diriku teringat akan impian kita berdua—yaa meski saat itu aku berpikir nampaknya kemungkinan kita untuk bersatu itu mustahil sekali, tapi kupikir cinta bisa melakukan segala nya, sampai akhirnya aku pun berhasil mendirikan rumah impian mu ini. Aku juga tidak akan menyangka kalau berita pengambil alihan gudang itu akan di simpan di halaman pertama di koran, mungkin kita memang sudah ditakdirkan untuk bertemu kembali."

Tanpa sadar, setelah menceritakan semua itu, air mata Jungkook mengalir dengan sendirinya, begitupun Dahyun yang mulai terisak dan semakin mengeratkan pelukannya terhadap lelaki yang paling ia cintai itu.

"Aku sangat bahagia Dahyun-ah, akhirnya aku bisa membawa summer-ku kedalam pelukannku lagi." Jungkook mulai menangkup kedua sisi pipi Dahyun, dan mendaratkan kecupan di dahi, hidung dan bibirnya.

"I love you so much..." ucap Jungkook, Dahyun sudah tak tahan lagi, tangisnya semakin menderai. Dirinya kembali menarik wajah Jungkook mendekat dan mencium lelaki nya itu. Baik Jungkook maupun Dahyun bisa merasakan emosi yang meluap-luap dalam ciuman mereka, hingga akhirnya kegiatan panas mereka pun berlanjut lagi.

Keesokan harinya Dahyun diajak Jungkook ke ruangan khusus yang Dahyun minta, disana Jungkook sudah menyediakan kanvas, cat dan peralatan melukis lainnya, Dahyun sampai berkaca-kaca melihatnya, apalagi saat Jungkook menunjukan lukisan wajahnya yang di lukis sendiri oleh Jungkook.

"Maafkan aku kalau lukisannya jelek, karena aku belum terlalu terbiasa sebelumnya, ini juga sengaja ku lukis karena aku sangat-sangat merindukan wajahmu." Dahyun menggeleng-geleng kemudian langsung berhambur ke pelukan Jungkook.

"Tidak oppa! ini bagus sekali! aku sangat menyukainya, terimakasih banyak masih selalu mengingatku dan berjuang untukku!" Saat sedang menikmati momen berdua sambil melukis bersama, tiba-tiba pintu rumah Jungkook di ketuk dengan sangat kencang berulang kali. Mereka pun keheranan dan akhirnya memutuskan untuk menyambut siapa yang datang itu.

"Dahyun! sudah ibu duga kau akan pergi kesini! Sudah ayo pulang! Ingat sebentar lagi kau akan menikah Dahyun!" seru sang mama emosi sembari menarik tangan Dahyun pergi dari sana. Dahyun menjerit-jerit tidak ingin dibawa pergi, Jungkook yang ingin menarik tangan Dahyun pun akhirnya di hempaskan oleh Nyonya besar itu.

"Enyah kau dari sisi putriku! putriku berhak mendapatkan lelaki yang lebih baik dan pantas daripada dirimu!" seru sang ibu marah, sambil terus berusaha membawa anaknya pergi dari sana.

Jungkook juga kini sudah tidak bisa melakukan apa-apa karena pergerakannya di tahan oleh dua bodyguard milik Nyonya Sunny alias ibu nya Dahyun itu.

"Kurasa dunia memang tidak pernah mendukung kita untuk bersatu, apakah aku boleh berharap untuk di kehidupan selanjutnya, aku bisa bersatu denganmu?" gumam Jungkook lirih, saat akhirnya Dahyun berhasil di bawa pergi dari sana.

"Ah jadi Dahyun dan Jungkook tidak bersatu begitu? Dahyun tetap menikah dengan Eunwoo?" tanya sang nenek kepada kakek yang bercerita. Sang kakek itu hanya tersenyum nanar saja.

Dahyun tiba-tiba mengerenyit, "Tunggu, kenapa sejak awal mendengar ceritamu dari awal sampai saat ini, aku merasa pernah melaluinya sebelumnya," gumam Dahyun, sang kakek pun tersenyum lebar, harap-harap kini kepingan-kepingan memori itu mulai terkumpul kembali di otaknya.


Setelah itu, Dahyun di bawa pergi oleh ibu nya untuk kembali ke kota guna fokus menyiapkan segala persiapan pernikahannya, tapi lagi-lagi yang ia rasakan selama sedang bersama Eunwoo hanyalah sebuah perasaan bersalah karena tidak bisa memberikan yang pertama untuk lelaki itu.

Dahyun jadi lebih murung dari biasanya, dirinya yang biasanya bisa menciptakan cuaca hatinya sendiri, kini sudah tidak lagi. Orang-orang yang dekat dengan Dahyun jadi khawatir, apalagi sang ibu yang menyadari perubahan anaknya itu setelah dirinya menjemputnya dari desa dengan paksa tempo hari itu.

Hingga suatu hari saat Dahyun sedang sibuk menuliskan kisah perjalanan cintanya di sebuah buku diary, Ibu nya datang dengan setumpuk surat di tangannya.

"Bacalah! selesaikan masalah hatimu sekarang, ibu tidak akan megekangmu lagi, kau sudah dewasa, silahkan pikirkan jalan keluar dari masalahmu, semua pilihan ada di tanganmu nak." Mata Dahyun sontak berkaca-kaca saat dirinya mulai membaca satu persatu surat-surat itu.

Yap itu adalah surat-surat yang Jungkook kirimkan selama 5 tahun terakhir ini yang ternyata di sembunyikan oleh ibunya Dahyun.

Sang ibu kini duduk di sebelah Dahyun, mulai merangkul anak gadisnya itu dan menenangkannya, "Dulu sekali saat ibu seusia denganmu, ibu juga pernah jatuh cinta kepada seorang pria di desa, dirinya benar-benar mengajarkan ibu arti dari kebahagiaan dari sebuah kesederhanaan. Ibu yang tadinya selalu merasa kurang dengan apa yang ibu miliki akhirnya menjadi lebih bahagia setelah berjumpa lelaki itu, namun sayang kedua orang tua ibu tidak mengizinkan ibu untuk dekat lagi dengannya, sejak saat itu ibu benar-benar hilang komunikasi dengannya, bahkan ibu juga sudah tidak tau bagaimana kabarnya, rupanya, dan ini menjadi salah satu penyesalan terbesar dalam hidup ibu nak..."

"Jadi sekarang ibu tidak mau anak ibu merasakan penyesalan yang sangat menyakitkan ini seumur hidupmu, jadi silahkan selesaikan segala permasalahan hatimu! ibu percaya kepada mu!" Dahyun langsung mengangguk dengan mantap, setelah mengusap air matanya yang terus bercucuran itu, Dahyun bergegas pergi ke kantor Eunwoo.

Setelah mendengar segala penuturan Dahyun, termasuk dirinya yang menjelaskan kalau sudah melakukan itu dengan Jungkook, Eunwoo hanya bisa mengepalkan tangannya kesal sembari duduk dengan wajah gusar dan pikiran yang melayang-layang. Eunwoo menghembuskan nafasnya yang terasa lebih berat.

"Setelah kupikirkan, sepertinya aku punya tiga pilihan, pilihan pertama mungkin aku akan menembaknya sampai dia mati, kedua mungkin aku akan membawamu pergi jauh sekali agar kau tidak bisa bertemu lagi dengannya, dan pilihan terakhir, mungkin aku yang akan meninggalkanmu." Dahyun yang sejak tadi menunduk langsung mendongak saat mendengar kalimat terakhir dari Eunwoo itu.

"Bagaimana oppa?"

"Yaa sepertinya dari ketiga pilihan itu, pilihan terakhir lah yang paling logis untuk bisa kulakukan, karena bagaimanapun segala sesuatu yang dipaksa itu tidak akan baik, aku juga tidak mau nantinya kau malah tidak bahagia hidup denganku Dahyun-ah."

"Meski begini, bukan berarti aku tidak mencintaimu karena melepasmu semudah ini, ini semua kulakukan karena aku benar-benar mencintaimu Dahyun, keikhlasan merupakan titik tertinggi dari jatuh cinta kan?" Dahyun yang terharu langsung saja menghamburkan dirinya pada pelukan Eunwoo.

"Terimakasih oppa, kau baik sekali, kuyakin kau akan mendapatkan perempuan yang lebih baik dariku!" Dan akhirnya Dahyun pun pergi ke desa dan menjumpai Jungkook kembali.

"Ah benar! itu kisah kita berdua kan?" seru Dahyun dengan mata berkaca-kaca, begitupun dengan pria tua yang menceritakan semuanya kepada Dahyun.

Kepingan memori mulai berkelebat di otak Dahyun ketika dirinya kembali ke desa itu dan berlari dengan semangat untuk kembali ke pelukan lelaki itu, lelaki yang paling ia cintai yang kini sudah menjadi suami dan ayah dari anak-anaknya.

"Yaa Jungkook oppa aku sangat merindukanmu!" seru Dahyun kepada kakek-kakek yang dari tadi bercerita itu. Mereka langsung saja berpelukan dan sama-sama menangis terharu.

"Anak-anak kita bagaimana? Yuna dan Jungwon..apakah mereka baik-baik saja?"

"Mereka semua sudah bekerja sekarang, mereka benar-benar anak yang membanggakan! sama pintarnya seperti dirimu," ucap Jungkook sembari mencubit ujung hidung Dahyun. Tapi tak lama, Dahyun tiba-tiba merasakan sakit kepala yang sangat parah, hingga akhirnya dirinya pingsan lagi, membuat dada Jungkook ikut sesak saat itu juga.

Di malam harinya, Dahyun sudah mulai siuman, Jungkook masih setia menungguinya di sebelah ranjangnya meski kondisi tubuhnya sedang tidak fit, Jungkook memiliki penyakit jantung dan akhir-akhir ini kondisi nya memang seringkali tidak stabil.

"Ah akhirnya kau sadar juga," ucap Jungkook senang, sedangkan Dahyun kini mulai menatap Jungkook dengan tatapan nanar.

"Apa yang akan terjadi, jika aku tidak bisa mengingat apapun lagi? Apa yang akan kau lakukan?" tanya Dahyun yang khawatir, baru mengingat sedikit hal tadi saja dirinya langsung ambruk.

"Aku akan ada disini, aku tidak akan pernah meninggalkanmu sayang." Jungkook mulai menggenggam tangan Dahyun dan mengecupinya dengan sayang.

"Apakah cinta kita bisa membawa keajaiban? Apakah cinta kita bisa membawa kita untuk bersama-sama lagi?" tanya Dahyun dengan air mata yang berderai.

Jungkook menghela nafasnya, "Menurutku, cinta kita bisa melakukan apa yang kita inginkan, aku yakin kau juga pernah berpikir kalau kita sangat mustahil untuk bersatu kan? aku yang pekerja buruh biasa dan kau dokter dari keluarga bangsawan, tapi akhirnya dengan kekuatan cinta kita, semua itu bisa terwujud!"

"Hidup abadi bersama? Apakah bisa?" tanya Dahyun lagi, Jungkook langsung saja mengangguk dengan mantap.

"Tentu saja sayang, kalau itu memang yang kita mau, kita pasti bisa mewujudkannya." Jungkook mengecup kening Dahyun cukup lama, kemudian mereka terdiam dalam pikirannya masing-masing, hingga akhirnya Jungkook pun terlelap meski sambil duduk dan bersandar di kasur sang istri, kini tangan mereka saling bertautan, seperti tidak ingin terpisahkan lagi.

Dan benar saja setelah itu, mereka benar-benar hidup abadi di surga, seperti halnya perkataan Jungkook sebelumnya kalau cinta mereka bisa membawa keajaiban, bisa membawa mereka untuk bersama-sama lagi, karena cinta bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan. Selagi keduanya sama-sama mau berjuang untuk mewujudkan impian mereka, pasti saja ada jalan yang dapat ditempuh untuk itu.

Perjuangan cinta mereka di dunia mungkin terhenti sampai disini, tapi kenangan yang tertulis di buku diary kuning cerah milik Dahyun itu bisa dikenang untuk selamanya. Yuna dan Jungwon sangat terkejut saat membesuk ke kamar ibu mereka, menemukan ayah dan ibunya yang sudah tak bernafas dengan tangan yang saling bertautan.Tapi Jungkook meninggal dalam kedamaian, karena dia telah mendapatkan kembali summer-nya yang sempat hilang bertahun-tahun lamanya itu.

T H E  E N D

[]

Gimana? Udh baper belum? Wkwk

Review + rate ceritanya disini ya
(☞゚∀゚)☞

Boleh banget kalo mau review di sg juga sekalian mention ig aku (kimarmyla) atau ig penulisnya (deoksiribosa_)

Makasih buat yang udah mau baca, sorry kalo kepanjangan

Ps. 70 votes + 40 comment to unlock new story 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro