❝Spring Way❞
Written by RasyiqaAk
Genre: Romance, 3k word
Jangan lupa play mulmednya
Enjoy, Happy Reading
.
.
.
.
.
Ahn Dahyun menganggap musim semi adalah kebahagiaan dan kesedihannya. Karena ia telah berhasil lahir ke dunia namun sayangnya tak diinginkan.
Terdengar menyedihkan pastinya, tapi jangan salah kehidupan wanita itu tak membuat dirinya terpaku dalam keterpurukan. Karena baginya, hal bahagia bisa ia cari dan dapatkan dari mana saja.
Ini sudah empat tahun Dahyun bekerja menjadi seorang staff di perusahaan industri entertainment. Menjadi tulang punggung membuatnya rela pergi jauh ke Seoul untuk memperbaiki taraf finansial keluarganya.
Wanita berumur 25 tahun itu, kini tengah sibuk mempersiapkan berbagai macam persiapan untuk sebuah acara penghargaan musik bergengsi untuk para artis, penyanyi ataupun sebuah group musik di Korea Selatan.
Bahkan tubuh mungil itu terus begitu lincah ke sana kemari bagaikan gangsing. Bagaimana dia tidak sibuk, acaranya akan di gelar besok. Dan sekarang ia tengah sibuk memastikan para penyanyi sedang melakukan gladi resik.
Ya, Ahn Dahyun yang memegang tanggung jawab untuk memastikan semua penyanyi solo untuk melakukan gladi resik siang ini. Jujur dirinya cukup sedikit kelimpungan berkat semua teman dalam team nya juga sibuk mengatur banyak kebutuhan acara.
"Selamat siang semua," sapa Dahyun yang kini tengah memasuki ruang tunggu para penyanyi solo. Dengan sopan ia membungkuk kepada semua orang di sana dan tersenyum ramah.
"Siang juga," jawab semuanya dengan serentak.
Dahyun kembali tersenyum, lalu mengangkat papan kertas kecilnya untuk mengecek semuanya apa sudah hadir, atau belum. Mata monolidnya sangat fokus menghitung ada enam penyanyi solo diantaranya tiga solo wanita dan tiga lagi solo pria.
"Sebelumnya perkenalkan nama saya, Ahn Dahyun. Di sini saya akan bertanggung jawab atas kelancaran gladi resik dan acara besok, terkhusus tim penyanyi solo. Oleh karena itu, saya harap jika ada sesuatu bisa langsung menghubungi atau mencari saya."
Semuanya mengangguk paham, dan saat Dahyun mencoba mengabsen ternyata ada satu orang lagi yang belum hadir. Dirinya tahu jika itu adalah penyanyi solo- Gyu Jungkook.
Tapi dirinya tetap harus melanjutkan kegiatan, jika menunggu penyanyi itu bisa-bisa akan memakan waktu yang lama dan bisa berbenturan dengan yang lain.
"Karena yang belum datang adalah Jungkook-nim, maka yang lain bisa langsung ke panggung utama untuk percobaan terakhir gladi hari ini." Jelas Dahyun yang membuat semua penyanyi solo itu keluar masing-masing.
Dan tak lama setelah 10 menit, dua pria memasuki ruangan dengan tergesa-gesa, siapa lagi jika bukan Jungkook dan manegernya.
"Ah, maaf saya terlambat. Apa ada informasi yang saya lewatkan?" tanya manager Jungkook setelah memasuki ruangan yang hanya berisi Dahyun.
Sedangkan sang penyanyi hanya bisa diam, di belakang punggung managernya menatap seorang wanita di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Wanita itu menoleh dan tersenyum ramah, "Tidak apa-apa, tapi Jungkook-nim mendapat bagian akhir untuk gladi nanti," jawab Dahyun sembari memperlihatkan urutan yang sudah di perbaharui.
Pria itu mengangguk paham. "Selain informasi ini apa ada lagi?"
"Sebenarnya tidak ada, tapi karena tahun ini penyanyi solo dalam tanggung jawabku. Maka jika anda memiliki sesuatu masalah mengenai jalannya acara bisa hubungi saya," ucap Dahyun sopan.
"Baiklah, terima kasih."
Setelah semuanya berjalan lancar, dari gladi urutan pertama dan sampai akhir berlangsung aman. Dahyun nampak membuang napas lega, dirinya tiba-tiba khawatir dengan acara besok. Ia takut ada masalah, tapi hanya bisa berharap semua baik-baik saja.
Kini adalah puncak acaranya, di mana semua kalangan artis turut hadir untuk mendapatkan penghargaannya. Di sana Dahyun sudah berpakaian rapi dan mengkoordinasi tempat duduk para penyanyi solo.
Sampai sebuah tepukan di pundaknya membuat wanita itu menoleh.
"Eoh, ada apa Mina-ssi?"
"Kau yang mengatur para penyanyi solo, kan?"
"Iya, apa ada sesuatu?"
"Kau di cari oleh Jungkook-nim," ucap Mina menunjuk pria itu yang tengah menatap mereka di ujung lorong.
"Owh, oke. Terima kasih, kalau begitu aku akan menghampirinya."
Setelah itu Dahyun segera bergegas mendatangi Jungkook. "Ah, iya apa anda membutuhkan sesuatu?" tanya Dahyun biasa.
Sedangkan mata pria itu tak bisa berhenti memandangi Dahyun sejak tadi. Dirinya tanpa sadar menarik lengan Dahyun untuk berbicara di ruang tunggu yang kosong.
Hal itu sontak membuat melebarkan matanya akibat terkejut, dirinya sudah panik jika yang lain melihat.
"Ma-maaf kenapa kau menari-" ucapan Dahyun harus terputus kala pria itu sudah memeluknya sangat erat.
Mendapatkan perlakuan itu membuat Dahyun hanya diam membisu. Dirinya terlampau serba salah di posisi ini, dengan perlahan ia menarik napas dalam lalu mencoba mengurai pelukan pria itu.
"Kenapa seperti ini?" tanya Dahyun lirih, dirinya padahal sudah berusaha untuk seprofesional mungkin di dalam pekerjaannya.
Jungkook beralih menggenggam erat tangan wanita itu. "Aku ingin kita kembali seperti dulu," ucap pria itu tak kalah lirih, bahkan tatapannya menyiratkan sejuta kerinduan terdalam.
Dahyun hanya bisa menampilkan senyum satirisnya pada Jungkook. Ucapan pria itu membuat dirinya kembali menarik memori satu bulan lalu. Di mana mereka memutuskan hubungan setelah berjalan empat tahun lamanya.
"Tidak bisa," timpal Dahyun yang kini menatap kedua obsidian itu bagaikan hamparan padang pasir kosong.
"Kenapa? Apa karena karirku yang tengah naik daun? Membuatmu takut begitu?"
Dahyun diam, selesainya hubungan mereka bukan juga keinginannya. Tapi memang sudah sepantasnya begitu. Jungkook dan dirinya sangat memiliki jalan yang berbeda meski perasaan mereka sama.
"Hubungan kita memang seharusnya tidak pernah ada, dan aku mohon jangan seperti tadi lagi. Cukup profesional, mereka semua tahu kita tidak memiliki hubungan apa pun sebelumnya."
Jungkook menggeleng, dirinya tak mau hubungan mereka berakhir begitu saja tanpa adanya kejelasan. "Kau memutuskan hubungan ini secara sepihak, dan aku harus tahu apa alasannya? Apa agensiku mengetahuinya, dan menegurmu diam-diam?"
Dahyun menggeleng. "Mereka tidak tahu apa pun, keputusan itu memang karena aku menginginkannya."
"Kenapa?" tanya Jungkook dengan menahan kesalnya.
Bagaimana pria itu tidak terima dengan ini semua, kandasnya hubungan mereka akibat Dahyun yang memutuskan secara sepihak satu bulan lalu di saat Jungkook tengah melakukan tur Solonya di luar negeri. Terlebih lagi saat pria itu mencoba meminta penjelasan, Dahyun selalu menghindarinya dengan menghilang dari radar Jungkook.
"Tidak ada yang perlu di jelaskan, aku memutuskannya karena aku sudah tidak mencintaimu lagi."
Telak sudah saat Jungkook mendengar itu langsung dari mulut Dahyun. Hatinya bagaikan hancur, saat ia mencoba menahan semuanya selama ini dan berharap ada sesuatu yang bisa mereka perbaiki bersama.
"Benarkah? Secepat itu?"
Dahyun mengangguk mantap. Dirinya kini tengah bergelut oleh perasaannya sendiri. Bahkan ia sudah tak bisa menatap kedua mata Jungkook.
"Baiklah, aku tidak percaya kalau begitu," ucap Jungkook dengan yakin.
Sedangkan Dahyun spontan menoleh menatap Jungkook. "Aku sudah mengatakan dengan jelas, Jungkook-ah."
"Aku tahu kau tak bisa berbohong, aku anggap kita hanya break selama ini."
"Jangan egois, aku ingin kita selesai," tekan Dahyun menatap Jungkook dalam.
"Bukan aku yang egois. Aku bilang, kita hanya break. Tidak ada yang mengakhiri hubungan ini. Kau ataupun aku." Setelah mengatakan itu, Jungkook pergi dengan perasaan yang sedikit sakit, karena bagaimanapun ia mendengar Dahyun tak mencintainya lagi. Meski jauh di dalam lubuk hatinya, ia tahu jika wanita itu tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
"Aku tahu mata itu, tak bisa bisa berbohong," gumam Jungkook pelan.
Sedangkan Dahyun masih di ruang tunggu dengan wajah yang frustrasi.
"Kenapa sulit sekali menghindarinya," rutuknya sembari mengusap wajahnya kasar.
Suasana begitu meriah, bahkan ini hampir di penghujung acara. Dahyun nampak bolak-balik di sekitaran kursi para artis. Bahkan dirinya juga sempat kesal karena sejak tadi ada seorang pria yang terus menatapnya. Bahkan terang-terangan memberikan senyuman padanya.
Jika kalian ingin tahu, Dahyun khawatir. Karena Jungkook itu terlalu nekat. Padahal wanita itu sudah mencoba menganggap mereka adalah orang asing, tapi sayangnya pria itu sangat keras kepala.
Kini tungkainya terpaksa, harus melewati kursi di mana Jungkook berada. Dengan perasaan gugup Dahyun mencoba tetap fokus untuk menyelesaikan pekerjaan.
"Apa ada masalah?" tanya Dahyun kepada salah satu teknisi di pinggir panggung.
"Kau bisa menghubungi ketua tim? Di sini ada beberapa masalah alat di atas panggung. Kau lihat lampu itu?" Ucap sang teknisi menunjuk lampu di pinggir panggung utama.
Dahyun mengikuti arah tunjuk, dan mengamati lampu yang terlihat sangat rentan untuk terjatuh. Wajahnya menjadi khawatir. "Apa kau tidak bisa memperbaikinya?" tanya Dahyun.
"Itu membutuhkan alat yang tinggi, kita harus melaporkan dulu kepada ketua tim."
Dahyun nampak mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi pihak yang lebih bertanggung jawab. "Aku sudah menghubungi mereka, dan katanya akan datang selama 15 menit ke depan. Apa kira-kira lampu itu aman, sampai teknisi datang?"
"Aku tidak terlalu yakin, tapi kita hanya bisa memastikan tidak ada orang yang berkeliaran di sana."
"Baiklah biar aku yang mengawasinya. Kau bisa mengatakan pada beberapa staff lain untuk menginformasikan para artis lain untuk tidak berada di sekitar sana."
Pria itu mengangguk dan segera meninggalkan Dahyun yang tengah berjalan ke tempat di mana lampu yang rusak. Sedangkan sejak tadi ada ekor mata yang terus memantau pergerakan wanita itu.
Siapa lagi jika bukan Gyu Jungkook. Dirinya jadi penasaran sebenarnya ada apa, sehingga wajah Dahyun sangat terlihat cemas. Namun pikirannya pecah kala seorang staff datang menghampiri tempat duduknya.
"Karena ada beberapa masalah di sekitar area pinggir panggung, jadi kami himbau untuk para artis tidak ada di sekitar sana, demi keselamatan bersama."
Jungkook jelas agak kaget. "Masalah seperti apa?" tanya pria itu spontan.
"Ada sedikit masalah di lampu gantung di pinggir panggung, pihak kami khawatir jika nanti ada beberapa artis yang berjalan di sekitar sana. Jadi kami mohon kerja samanya."
Setelah staff itu pergi, Jungkook langsung beralih menatap keberadaan Dahyun yang dekat sekali dengan area yang di larang. Mendadak pria itu cemas. Bahkan matanya terus menatap lampu gantung yang ternyata memang terlihat rentan untuk jatuh.
"Aish, kenapa mereka menyuruh wanita ada di sekitar sana," decak Jungkook yang sudah tidak melepaskan pandangannya pada Dahyun. Hingga dirinya mencoba membuat alibi untuk pergi ke toilet dengan tujuan ingin di sekitar Dahyun.
Sekesal apa pun dia, tetap saja ia tidak bisa menghilangkan perasaan khawatir. Karena pada dasarnya Jungkook masih mencintai Ahn Dahyun. Wanita yang menemaninya dari nol.
Lain dengan Dahyun, yang masih mengawasi orang-orang untuk tidak di area sana. Hingga ia melihat penari latar anak yang baru saja ingin turun dari panggung ke area yang terlarang.
Manik mata wanita itu seketika membola besar saat ia melihat pegangan tali lampu itu semakin melonggar. Tanpa menunggu lama lagi, Dahyun berlari untuk melindungi anak kecil itu, hingga aksinya membuat semua penonton menjerit heboh. Karena tepat saat Dahyun berlari lampu itu hampir lepas.
Jungkook yang melihat aksi Dahyun, kontan berlari ke tempat itu. Sudah banyak sekali pasang kamera yang menyorot mereka, bahkan kru dan para penonton semakin berteriak histeris karena lampu itu jatuh tepat ketika Dahyun yang mencoba memeluk anak itu dan tubuhnya yang tiba-tiba juga di dekap oleh Jungkook.
Dengan hitungan detik, acara yang berjalan lancar kini ricuh akibat jatuhnya lampu dengan memakan tiga korban. Terlebih Jungkook ikut menjadi salah satunya.
Ini akan menjadi bencana baru.
Beruntung penari anak itu tidak terluka parah, Dahyun pun sama. Namun kini perasaannya menjadi kembali khawatir, pasalnya Jungkook yang menerima banyak luka.
Pria itu dengan nekatnya malah melindunginya. Bahkan kini Dahyun masih menangis menyesali Jungkook yang terlampau bodoh.
"Sudah berapa lama kau menangis, hmm?" Suara yang amat terdengar pelan itu membuat Dahyun langsung mendongakkan kepalanya.
"Yak! Kenapa kau bodoh? Harusnya aku saja yang ada di posisi itu, padahal sudah ku katakan pada staff lain untuk tidak membiarkan kalian berada di sana," kesal Dahyun dengan air mata ikut turut membasahi pipinya.
"Membiarkanmu terluka begitu? Mana mungkin aku merelakannya."
Dahyun berdecak, dirinya hanya bisa pasrah menanggapi keras kepalanya Jungkook. "Harusnya aku saja, biar aku mati di sana."
"Jangan berbicara hal konyol, Ahn Dahyun."
Kini mereka berada di ruangan kamar rumah sakit, namun memang tak ada siapa pun kecuali Jungkook ataupun Dahyun. Bahkan bibir wanita itu cukup mengatup rapat saat video Jungkook yang mencoba melindunginya kini tranding worldwide.
Dirinya sudah menunduk, permasalahan yang sebenarnya akan tiba. Bahkan belum juga hitungan jam, berita itu sudah memanas hingga ke internasional.
"Maaf, aku harus pergi." Setelah mengucapkan itu Dahyun pergi, tanpa bisa Jungkook cegah karena keadaannya yang mengalami cidera kaki hingga retak.
Plakkkkk!
Bunyi nyaring sebuah tamparan begitu jelas terdengar. Bahkan bekasnya membuat pipi sebelah kanan Dahyun memerah. Mata perempuan itu memejam kala ia sudah membayangkan masalah akan menimpanya.
"Kenapa tidak kau saja yang terluka?!" Bentak pemimpin agensi yang tentu menaungi Jungkook.
"Kenapa harus, Jungkook? Kenapa!"
Air mata Dahyun sudah tak bisa lagi di tahan, matanya hanya menatap wajah pria tua itu dengan tatapan sedih.
"Ma-mafkan saya, Sajangnim."
Penuturan maaf itu sudah berulang kali Dahyun suarakan namun tetap saja tak bisa menutup rasa amarah pria itu.
"Saya tidak mau tahu, karyawan sepertimu seharusnya di pecat."
Kedua mata Dahyun membulat terkejut, dirinya menggeleng lirih untuk berharap hal itu tidak akan terjadi. "Saya mohon maafkan, saya. Sajangnim bisa memerintah apa saja," lirih Dahyun sembari menunduk. Namun ucapan pria tua itu sontak membuat Dahyun mendongakan kepalanya terkejut.
"Kau harus merawat anak agensiku itu hingga sembuh total."
Entah ia harus bereaksi apa, tapi jauh di dalam hatinya ia lega jika tidak di pecat dari pekerjaanya. Tapi hal ini juga cukup membuatnya berdebar. Karena itu artinya ia akan terlibat dengan Jungkook nantinya.
Kalian tahu, apa yang baru saja terjadi?
Gyu Jungkook baru saja bersemangat menaiki kursi rodanya untuk sekedar mencari seseorang yang ia tunggu sejak tadi. Baiklah, untuk beberapa jam yang lalu pria itu terlihat asngat murung sekali akibat keadaannya.
Tapi hal yang membuatnya terpuruk berubah menjadi suatu kegembiraan tak ternilai, saat ia mendengar sekali jika pemimpin agensinya memberi hukuman Dahyun untuk merawatnya.
Tentu saja hal itu membuat pria itu bersorak senang, bukankah semesta begitu mendukungnya?
Saat ia begitu semangat menyusuri lorong rumah sakit dengan kursi rodanya, tiba-tiba ia harus menghentikannya kala maniknya dapat melihat presensi perempuan dengan setelan Jas kain berwarna abu di hadapannya.
Wajah dengan kulit putih pucat itu terlihat sangat cemas dan canggung. Sedangkan Jungkook hanya tersenyum tipis saat bisa kembali melihat perempuan itu.
"Sudah ku katakan, sejauh apa pun kau menghindariku. Aku pasti menemukanmu. Dan sepertinya semesta pun mendukungku."
Mendengar itu membuat Dahyun menarik napasnya dalam. Lalu membalas tatapan pria itu yang sepertinya menahan rindu begitu lama.
"Cepat sini, aku ingin memelukmu," titah Jungkook tanpa dosa. Sedangkan Dahyun sudah mendengkus sebal.
"Kau ingin aku mati lebih cepat, ya? Karena di bantai oleh penggemarmu?"
"Jadi kau tidak masalah kalau aku memelukmu? Kau hanya ingin tempat sepi, kan? Kalau begitu di ruanganku sepi."
Percayalah tatapan yang Jungkook dapatkan mengundang pria itu tesenyum senang. Karena ia sudah rindu sekali melihat wajah kekasihnya dengan ekspresi marah.
"Lihatlah, semakin kau menekuk wajahmu kesal. Aku semakin mencintaimu."
"Jaga ucapanmu, Jungkook. Kita ini sedang ada di tempat umum," desis Dahyun dengan nada terlampau pelan dan panik.
"Baiklah, yang terpenting selama enam bulan kedepan kau akan terus bersamaku." Balas Jungkook dengan perasaan bangga.
Enam bulan berlalu ...
Waktu sudah begitu cepat berjalan, dengan kondisi Jungkook yang sudah mulai membaik. Dahyun benar-benar melakukan tanggung jawabnya dengan baik, tentu saja merawat pria itu selama 24x7 setiap hari.
Dan kini saat wanita itu tengah mencuci bekas piring keduanya, tiba-tiba sebuah pelukan di rasakan oleh Dahyun. Bahkan tubuh wanita itu sedikit terlonjak kaget.
"Apa yang kau lakukan, kakimu bisa sakit jika lama-lama berdiri," peringat Dahyun saat ia menoleh dan membalikkan badannya menatap Jungkook.
"Aku sudah bisa berdiri dengan lama sekarang, hanya memelukmu tidak boleh?"
Dahyun mulai berdecak, ia tak paham sekarang selama ia merawat Jungkook dalam lima bulan ini dia sangat manja sekali. Seperti bukan Gyu Jungkook sebenarnya.
"Ingat tuan, kau sudah memelukku setiap malam memangnya tidak cukup?"
Jangan kaget, Dahyun benar- benar merawatnya dengan baik. Sampai ia rela tinggal satu atap di rumah milik Jungkook selama ini. Jika bukan karena paksaan kelinci besar itu dan tekanan atasan Jungkook membuatnya mau tak mau harus mengikutinya.
"Aku rasa CEO mu mulai mencurigai hubungan kita," ujar Dahyun kembali mencuci sisa piring. Sedangkan Jungkook masih menaruh kepalanya di perpotongan leher Dahyun.
"Aku sudah siap, jika hubungan kita terungkap."
"Kau gila? Kariermu akan hancur, Jungkook."
"Karena kecelakaan ini, aku sadar jika menjalani kehidupan seperti ini sangat membahagiakan. Aku bisa terus bersamamu, lagi pula keahlianku banyak. Jadi uang bisa di cari, tidak perlu jadi penyanyi."
"Jika kau melakukannya, aku pastikan penggemarmu kecewa dan mungkin boss mu itu akan memenggalku."
"Ada aku, cukup percaya padaku semuanya baik-baik saja,"
Mendengar itu cukup membuat hati Dahyun menghangat, tapi kala sesuatu dalam memorinya terlintas senyuman itu perlahan lenyap.
"Ini hasil lab mu. Tolong di baca baik-baik."
Ingatan itu kembali menghantui Dahyun saat wanita itu membaca hasil lab nya yang mengatakan jika ia tidak dapat melahirkan seorang anak. Ya, yang kita tahu berarti Dahyun tidak subur dan mandul.
Perlu diketahui, sebelum wanita itu benar-benar memutuskan Jungkook, ia sudah frustrasi sedih dengan fakta yang ia dapat mengenai masalahnya ini. Dirinya begitu terbebani dengan keinginan Jungkook untuk menjalin hubungan yang serius.
Bukannya ia tak mau, tapi dia malu. Karena sebagai wanita ia tak bisa memberikan hal paling berharga untuk seorang pria. Maka dari itu, Dahyun bersikeras ingin terlepas dari Jungkook. Namun dunia begitu terasa sulit untuk memisahkan mereka.
"Jung ..." Suara lirih itu terdengar jelas.
"Ada apa? Kenapa terdengar murung?"
Dahyun mencoba mengurai pelukan Jungkook dan menatap mata pria itu dengan sendu. Rasanya sulit untuk jujur, tapi ia harus tak mungkin dia membohongi Jungkook terus menerus dan memberikan harapan palsu pria itu.
"Kau yakin dengan kata-katamu semalam?" tanya Dahyun melembut.
"Tentu saja, kenapa kau terlihat ragu dengan keinginanku?"
Dahyun menggeleng pelan. "Aku tidak ragu, Jung. Tapi ada sesuatu yang harus aku katakan padamu. Karena aku juga tak akan berharap banyak kau akan menerima kekuranganku. Karena kau pria yang masih punya masa depan yang lebih baik."
"Hey, apa maksudmu? Kau ini ingin mengatakan apa?"
"Aku bukan wanita yang bisa memberikan keturunan, Jungkook. A-aku tidak bisa.." lirih Dahyun yang kini menunduk dan menahan air matanya.
Sedangkan Jungkook diam mematung. Berita ini cukup membuatnya terkejut. Sedikit ada rasa kecewa tapi bukan hal itu yang membuatnya harus menghilangkan perasaanya.
Alih-alih mengabaikan dan kecewa, Jungkook menarik Dahyun ke dalam pelukannya, dan berujar pelan. "Tadi malam kau kan sudah mendengarnya, jika aku mencintaimu tanpa alasan. Jadi masalah ini bukan alasanku untuk melepaskanmu."
Dahyun hanya semakin menangis dalam pelukan Jungkook. Ia takut sekali mengungkapkan kebenaran selama ini. Tapi respons pria itu di luar dugaan.
"Aku tidak apa-apa, Jung. Jika kau mencari wanita lain lagi. Kau berhak mendapatkan itu," isak Dahyun yang sudah tak bisa membendung kesedihannya.
"Sshht ... Jangan mengatakan hal konyol seperti itu. Siapa bilang aku akan meninggalkanmu? Jangan menangis, Dahyun-ah. Perihal itu aku tidak keberatan. Kita bisa mengadopsi seorang bayi dan merawatnya bersama."
Hilang sudah kewarasan Dahyun, dirinya benar-benar tak punya alasan lagi untuk tidak mencintai pria yang ada di hadapannya ini.
"Keputusanku semalam sudah bulat, setelah aku pulih dan kembali beraktivitas. Aku akan memilih untuk mengatakan pada agensi dan para penggemarku, jika aku akan menikahimu. Terlepas karierku akan hancur atau apa pun. Aku yakin sekali, Tuhan ada bersama kita. Percaya padaku, semuanya akan baik-baik saja jika kita bersama."
Lagi-lagi Dahyun tersentuh, perasaan risau yang selama ini menghantuinya kini sudah terlepas dengan begitu mudahnya. Bahkan kekecewaan dan amarah pria itu pun, tak sesuai dengan dugaan Dahyun.
Kini Jungkook maupun Dahyun saling memandang bersama. Mata mereka seolah berbicara bahwa mereka akan selalu mencintai seperti musim semi yang selalu tumbuh membawa kebahagiaan.
"Jadi apakah alasan ini yang membuat kau memutuskan aku, secara sepihak?" tanya Jungkook dengan senyum tipis. Sedangkan sang empu yang di tanya hanya mengangguk pelan.
"Mulai saat ini jangan khawatirkan itu, tidak ada manusia yang sempurna. Kau ataupun aku sudah sepantasnya melengkapi, karena hal itu kita akan saling bergantung satu sama lain," ujar Jungkook lembut. Dahyun hanya mengangguk dan merasakan kedua tangannya hangat.
Entah seperti apa masalah di masa depan nanti. Mereka seolah yakin.
"Dahyun-ah, mari menjadi pulih bersama. Mari menjadi sempurna di antara luka-luka yang sudah ada. Aku mencintaimu."
Seusai mengatakan itu, keduanya saling menautkan ciuman, berbagi rasa ataupun asa bersamaan.
T H E E N D
[]
Gimana? Baper banget gk tu •́ ‿ ,•̀
Rate+Review ceritanya disini ya
(☞゚∀゚)☞
Makasih buat yg udah baca sampe sini, love u ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡
P.s. 80 votes + 50 komen to unlock new story💜
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro