13. Semi
Author: aisyahairan23
Genre: Musim semi-Romance.
Sub genre: Hurt, comfort dan teenfiction.
--------------------------
'Apakah kau masih mengingatnya? Mengingat kenangan kita... mengingat perasaanku...'
Empat tahun lalu, bertepatan dengan musim semi dan festival yang biasa ditunggu-tunggu banyak orang.
Festival hanami.
"Mayu, apa yang kamu lakukan?" Tanya Watari saat melihat Mayu yang berusaha memanjat pohon sakura walau mengenakan yukata, "Kalau mau memanjat, seharusnya kamu melepaskan pakaianmu."
"E-eeh!?? Ka-kamu bilang apa tadi!?" Wajah Mayu memerah.
Menyadari perkataannya yang salah, Watari salah tingkah,
"Eh ma-maksudku sebaiknya kamu berganti pakaian dulu."
"Tidak, Aku ingin mengambil lenteraku sekarang! Jika tidak, akan ada yang mengambilnya" Tegas Mayu.
"Kalau begitu aku yang akan mengambilkannya untukmu, kamu tunggu saja di samping pohon"
"Tapi, Watari. Jika kamu terjatuh Ak_"
"Tenang" Watari tersenyum, "Aku akan berhati-hati untukmu." Mayu membuang mukanya, dia sangat yakin sekarang wajahnya sekarang memerah bagaikan kepiting rebus.
"I-iya deh. Hati-hati."
Baru saja Mayu menutup kembali mulutnya, Watari telah berada di tempat Lenteranya berada.
Tiba-tiba, dahan yang menjadi pijakan Watari patah. Mayu hendak memberi tahu tapi sudah terlambat.
Watari terjatuh, dengan kepala yang menghadap ketanah.
Nafas Mayu tercekat, detak jantungnya melebihi biasanya. Rasanya Mayu berada didalam kegelapan, mencari apa yang harus dilakukannya.
Kesadaran gadis itu kembali,
"Watari!" Gadis itu berlari menghampiri sahabat dekatnya yang kini tengah ditimpa batang pohon.
Mayu mengangkat batang pohon itu dan menggendong tubuh Watari,
"Watari kamu tidak apa-apa kan!?"
***
Mayu menghela nafas berat, mengingat kejadian empat tahun lalu. Disaat dirinya yang menyebabkan Watari celaka. Ini semua kesalahannya.
"Mayu, kamu mau pergi ke pantai tidak? Liburan musim panas besok loh" Kata Yuki dengan bersemangat.
"Hm, iya"
Yuki dan Mayu mulai menyusun rencana untuk liburan mereka, walau Yuki lebih sering memberi usul dan Mayu hanya menjawab 'Iya' dan 'tidak.'
"Bolehkan Aku ikut?" Tanya seseorang yang telah berada di samping Mayu,
"Na-Naruse-senpai!? Apa yang Senpai lakukan disini?" Tanya Yuki yang kaget kerena kehadiran Naruse Shou, semua perempuan di kelas ini menatap bangku mereka tidak percaya.
"Tidak" Jawab Mayu dingin, "Mayu-san, Aku ingin pergi bersama teman-temanku, bukan untuk mengikutimu" Bantah Naruse.
"Kalau begitu kalian saja yang pergi, dan Aku akan menggunakan liburan ini untuk melakukan hal yang lebih bermanfaat" Mayu berdiri dari kursinya.
"Seperti?" Tanya Naruse.
"Menginap di rumah Watar_" Mayu sadar dirinya keceplosan, "di rumah Watta-san, sepupuku" Jawab Mayu dengan muka datar.
Naruse menghela nafas kasar, "Baiklah."
***
Musim-musim telah berganti, dan datanglah musim yang biasanya ditunggu banyak orang, terkecuali gadis yang satu ini, Mayu. Dia menjadi semakin dingin dari biasanya.
Bahkan tidak menjawab pertanyaan dan ajakan Yuki jika mengenai 'pohon sakura' dan 'Festival hanami.'
Setiap musim semi, Mayu mengisolasi dirinya dari siapapun. Setiap melihat pohon sakura Mayu hampir menteskan air matanya. Karena kenyataan yang dialaminya bersama Watari terlalu berat untuk diterima.
"Mayu-san, Aku menyukaimu! Kamu mau tidak menjadi pacarku?" Seorang laki-laki memberikannya sebuah pernyataan cinta di dalam kelas. Dihapadan banyak orang.
Banyak yang meruntuki kebodohan laki-laki itu, Mayu memang sering di berikan pernyataan seperti ini, gadis itu memang cantik. Namun semuanya ditolak mentah-mentah. Nah, apalagi dimusim ini, mereka tau, setiap musim semi mood gadis ini buruk.
"Tidak terima kasih" Jawab Mayu datar.
Orang itu tidak menyerah, "Tapi kenapa?! Apakah kamu cuma ingin bersama orang yang keren? Kaya?" Tanya orang itu tajam, sambil memegang lengan Mayu dengan kuat.
Mayu menghentakkan tangan laki-laki itu, menatap kedalam bola matanya.
"Aku tidak memilah-milih orang yang kusuka, Aku tidak menyukai orang yang kaya atau apalah, Aku hanya memilih orang yang dapat menghangatkan hatiku!!" Pedas, sepedas ucapan Mayu. Laki-laki itu tidak menyerah,
"Tapi Mayu, kau harus mencintaiku! Telah banyak orang yang kau tolak, jadi terimalah Aku! Setidaknya Aku yang kamu pilih!" Orang itu membentak Mayu.
"Bagaimana bisa Aku menerima orang kasar sepertimu, yang kucari adalah orang yang bisa menghangatkan hatiku. Mereka, orang yang dulu menyatakan perasaanku saja mengerti. Mengapa kau tidak!? Apakah kau bodoh?"
PLAK!!!
Telapak tangan laki-laki itu mendarat dengan mulus di pipi Mayu, menyisakan warna merah yang membekas.
Mayu masih terdiam, gadis itu tidak memperlihatkan ekspresi kaget, kesakitan, ataupun sedih. Dia bagai patung untuk 1,7 detik.
Laki-laki itu terlihat menyesal dengan apa yang dilakukannya kepada Mayu, "Ah, Mayu-san Aku mint_"
Mayu berdiri dari kursinya, membuat gesekan antara kaki kursi dan lantai yang terdengar nyaring di kelas yang tiba-tiba sepi, mereka tidak berani berbicara. "Tidak apa-apa, ini bahkan tidak sakit" Jawab mayu, "Jangan khawatir."
Mayu berjalan dengan pelan keluar kelas. Tidak sengaja irisnya menangkap sosok Naruse, gadis itu terus berjalan, tujuannya adalah belakang sekolah.
Naruse melihat pipi Mayu yang kemerahan. Naruse berjalan menuju kelas Mayu, sangat kentara bahwa itu adalah bekas tamparan.
"Siapa yang tadi buat keributan disini?!!" Tanya Naruse dengan tatapan mata yang tajam, yang ditujukan kepada orang-orang yang berada didalam kelas.
Mayu duduk dibawah pohon yang rindang. Gadis itu memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya diatas lutut.
Gadis itu menangis dalam diam, "Watari..." Lirihnya "Sakit, dia menamparku! Balas dia. Seperti dulu kau melindungiku..."
"Watari... cepat sembuh, kumohon" Mayu mengeratkan pelukannya. Mayu menangis untuk saat yang lama, sampai seseorang mengelus pelan kepalanya.
"Watari... Eh?!"
"Shhtt... Orang itu tidak akan melakukan hal yang tidak kau sukai lagi" Kata orang itu pelan. Mayu mengenali suara yang lembut sekaligus nge-bass itu.
"Na-Naruse-senpai!?" Mayu menaikan kepalanya agar dapat melihat wajah orang yang berada di sampingnya.
"Apa yang kau lakukan disini Senpai?" Mayu kembali datar. Naruse tersenyum,
"Aku ingin menenangkan tuan putri yang menangis."
Mayu membalas dengan berkata 'oh' dan kembali menenggelamkan kepalanya diatas lutut.
"Senpai, kau menggangguku." Naruse tertawa kecil,
"Aku memang berniat mengganggumu wahai tuan putri" Mayu tetap terdiam, gombalan dari playboy tingkat akut ini tidak akan mempan terhadap dirinya.
Naruse tetap berada di tempatnya, Mayu akhirnya merasa panas karena kakak kelasnya ini masih belum beranjak dari tempatnya, di samping Mayu. "Senpai"
Naruse mengarahkan wajahnya kearah Mayu, "Hum?"
"Senpai, kau benar-benar menggangguku!"
Naruse menghadapkan kepalanya kearah Mayu, "Mayu-san. Aku ingin berada di sini" tegas Naruse.
"Untuk?"
"Melihat mu" Mayu membalas dengan berdecak kesal. "Kalau begitu Aku yang akan pergi dari sini."
Mayu berdiri dan membersihkan roknya, dan mulai melangkah meninggalkan Naruse.
Tapi Naruse lebih dulu menahan lengan gadis itu dan menarik Mayu kepeluknya.
Gadis itu terdiam seribu bahasa karena perlakuan Senpainya. Mayu hendak melepaskan pelukan tersebut.
"Tolong, jangan pergi dulu" lirih Naruse.
"Sen-Senpai... Kau memelukku terlalu erat" Naruse belum bergerak apalagi melonggarkan pelukannya.
***
Mayu kembali ke dalam kelasnya dengan muka datar seperti biasa, seolah tidak ada yang terjadi.
"Mayu-San, apakah kau baik-baik saja?" Tanya Mey.
Mayu melihat Mey dengan tatapan datar, "iya."
"Tapi, pipimu..."
"Aku, baik-baik saja!" Mayu menaikkan suaranya,
"ah, iya" Mayu kembali duduk di kursi miliknya,"dimana Yato?."
Tanya Mayu, saat tidak melihat keberadaan orang yang tadi.
menyatakan perasaan kepadanya.
Semua orang yang berada di dalam kelas saling menatap satu sama lain.
"Kamu tidak tau?" Tanya Yuki Kepada Mayu.
"Tau apa? Aku baru kembali ke dalam kelas bukan?"
"Emm... Begini, Yato tadi..." Yuki melambatkan kata-katanya.
"Diseret anak buah Naruse-senpai" Mey melanjutkan perkataan Yuki.
"HAH!!??" Mayu membanting meja,
"Naruse-senpai membawa Yato kemana?"
"Eh, tunggu. Tadi kata Senpai, dia mau mendiamkan seseorang yang sedang menangis..." kata Mey menjelaskan
Seseorang yang menangis?' kata Mayu dalam hati.
"Setelah itu baru Senpai akan 'mengurus' Yato" sambung Mey.
"Senpai kearah mana?"
Mayu berlari di koridor, dia ingin Yato tidak diapa-apakan oleh Naruse.
Mayu berada didepan kelas Naruse, belum sempat Mayu memegang ganggang pintu, seseorang telah membukanya dari dalam.
"Yato-kun!?"
"Mayu-san, Aku minta maaf atas perbuatanku tadi"
"Eh... oh... hah??" Yato tersenyum dan berjalan meninggalkan Mayu yang masih keheranan.
Mayu menghela nafas pelan, dan mengikuti Yato, untuk masuk kedalam kelasnya.
"Yato-kun, kamu tidak diapa-apakan?" Tanya Mayu datar.
Yato berhenti melangkah, dan berbalik untuk empat mata dengan Mayu, "Apa pedulimu." Katanya singkat, padat, jelas, nan menusuk.
"Oh, baiklah. Maaf" Mayu berjalan mendahului Yato, tapi lengan Mayu dicengkram oleh Yato, walau tidak terlalu kuat.
"Yato-san!" bentak Mayu.
Sreet!
Seseorang mendorong tubuh yato agar melepaskan cengramannya, "Yato-san" kata orang itu sedang nada menyeramkan, "apa yang baru kubilang?"
"Ma-maaf Senpai" Kata Yato takut-takut.
Mayu melihat sekilas, dan melanjutkan jalanya menuju kelas,
"Mayu-san" Naruse memanggil nama Mayu. Tapi perempuan itu masih berjalan, seolah tidak mendengarkan perkataan Senpai-nya.
"Mayu-san!" Naruse meninggikan nada bicaranya, "Berhenti!" Mayu mempercepat langkahnya. Dia tidak ingin berurusan sedikitpun lagi dengan Naruse. Apalagi setelah kejadian barusan.
Naruse berlari kearah Mayu dan berusaha untuk menyajarkan langkahnya dengan gadis itu. "Kau marah padaku?" Tanya Naruse tetap menghadap kedepan.
Mayu tidak menjawab.
Naruse memegang lengan Mayu agar gadis itu berhenti, "Mayu-san, Aku ingin berbicara denganmu sekarang."
Naruse menarik Mayu kebelakang sekolah dan menyandarkan gadis itu di pohon sakura yang sedang bermekaran indah.
Jarak diantara mereka sekarang sangat tipis, ditambah kedua lengan Naruse yang mengunci Mayu dari kiri dan kanan. Sedangkan Mayu hanya bisa membuang muka.
"Senpai, biarkan Aku pergi"
"Tidak sebelum Aku berbicara empat mata denganmu"
"Baiklah"
Naruse mengangkat dagu Mayu pelan dengan tangannya, "Empat mata"
Mayu menatap dalam mata elang Naruse, "Menyeramkan" Naruse menipiskan jarak diantara mereka.
"Na-Naruse Sen-Senpai!?" Naruse semakin mendekat, Mayu berusaha menahan dada bidang milik Naruse dengan tangannya, tapi usaha itu sia-sia karena tenaga yang dimiliki Naruse jauh lebih besar darinya.
"Senpai, kau membuatku takut!" Mayu tidak berani menatap mata Naruse, mungkin sekarang jantungnya akan copot atau pindah di otak.
Naruse mengangkat dadu Mayu agar menghadap pada dirinya, Naruse semakin mendekatkan wajahnya,
"Mayu-san"
Mayu tidak dapat mengontrol detak jantungnya. Sepertinya, pergi bersama Naruse adalah pilihan terburuk hari ini.
"a-apa!?"
"Aku..."
Mayu tidak tahan akhirnya menutup mukanya dengan kedua tangannya, "Mayu-san, apakah kau benar-benar tidak ingin melihatku? Kau membenciku?"
"Bu-bukan begitu Senpai, tapi_"
Naruse memegang kedua tangan yang menutupi wajah Mayu, dan menempelkannya tinggi diatas kepala Mayu, dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya bebas.
Naruse mengelus pelan rambut panjang Mayu dengan tangan kirinya, "Mayu-san, kau mempunya rambut yang halus" dan didekatkannya helaian rambut itu di hidungnya, "dan juga harum."
Mayu menggigit bibir bawahnya, apa yang dilakukan orang ini!?
Naruse mendekatkan wajahnya, "kamu juga mempunyai mata yang indah" semakin mendekat.
Deg... deg... deg... (italic)
"Sen-pai, ku-kumohon berhenti" Mayu mencicit.
Naruse semakin mendekatkan bibirnya dengan bibir Mayu, Gadis itu hanya bisa menggigit bibirnya dan menahan air matanya karena ketakutan.
"Maaf jika kau takut padaku" Naruse memundurkan badannya, dan melepas tangan Mayu. Gadis itu menyeka air matanya yang sempat tumpah.
"Sen-Senpaaaai" Mayu memeluk tubuh Naruse, dia masih terkejut dan takut dengan apa yang barusan dilakukan sanpai-nya.
"Senpai! Kau menakutkan! Monster! Jahat! Aku membencimu!" Mayu memukuk-mukul dada bidang Naruse.
Naruse sempat kaget saat Mayu tiba-tiba memeluknya, "Iya, maafkan Senpai-mu ini" Naruse mengelus kepala Mayu pelan,
"tapi..." Naruse menggantungkan kalimatnya.
"Siapa Watari?"
"Dia... eh, apa urusanmu Senpai?" Mayu bangkit dan kembali datar, seperti biasa.
***
"Mayu-san, untuk ke-Dua puluh enam kalinya, siapa Watari?"
Mayu menghela nafas kasar, "Senpai ini sudah lima hari dan Aku-itu bukan urusanm_"
"Siapa Watari?"
Mayu menghela nafas kasar untuk kesekian kalinya,
"Aku capek" Mayu memasukan buku-buku kedalam tasnya dan bersiap untuk pulang.
"Mayu-san, jika kau tidak menjawab Aku akan mencium-mu!" Teriak Naruse, saat Mayu meniggalkannya.
Mayu terdiam, "jangan Senpai." Gadis itu kembali berjalan keluar dari daerah sekolah dengan langkah gontai.
Naruse berlari menyusul Mayu, "Mayu-san"
Mayu menoleh, "Hmm?"
Naruse menaruh punggung tangannya di dahi Mayu, "Kau sakit!" Mayu menggeleng,
"Aku hanya pusing dan merasa panas"
"Itu artinya kau sakit bodoh!"
Dalam hitungan detik, Mayu merasa pusing dasyat menyerang dirinya, gadis itu tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, sekarang...
semuanya hitam.
"Watari! Watari! Bertahanlah, Aku akan membawamu ke rumah sakit. Kumohon!"
Gadis kecil itu berusaha mengangkat tubuh anak laki-laki berusia 11 tahun yang tergeletak didepannya.
"Watari-kun!" Mayu menatap tangannya yang kemerahan karena darah,
"Kumohon, bertahanlah sebentar lagi kita sampai!"
Watari tidak menjawab.
"WATARI-KUN!" Mayu terbangun dari kenangan masa lalu yang ingin dilupakannya. Gadis itu menyeka keringat di pelipisnya,
"Eh!? Dimana Aku?" Mayu berada di dalam ruangan, lebih tepatnya kamar yang berwarna abu-abu dan beberapa furniture berwarna hitam, putih, atau silver.
"Kamu berda didalam rumah dan sedang tidur didalam kamarku" Mayu menoleh kearah asal suara, "Senpai, kenapa Aku berada di sini?"
"Aku tidak tau alamat rumahmu"
"Bohong!"
"Betul"
"BOHONG!!"
Naruse tertawa geli dan duduk di kursi samping tempat tidur yang ditiduri Mayu, "Iya-iya, maaf"
Mayu mengembungkan pipinya,
"Hentai!, untuk apa kau membawaku kesini!? BAWA AKU PULAAANG!"
Naruse tersenyum,
"karena Aku ingin mempunyai waktu berdua denganmu"
"Senpai, bawa Aku pulang, Aku merasa tidak nyaman disini"
Senyum Naruse memudar, tapi dengan cepat kembali lagi.
"Baiklah, tapi kau harus banyak istirahat oke?"
"Iya..." Mayu menggantungkan kalimatnya
"Watari adalah cinta pertamaku yang sekarang berada di rumah sakit jiwa" Akhirnya Mayu menjawab pertanyaan Naruse.
Tubuh Naruse menegang, "Maaf"
Mayu berdiri dan langsung memeluk Naruse, "Tapi Senpai, Aku... mencintaimu" Kata Mayu dengan muka yang kemerahan. Naruse menatap Mayu tidak percaya.
"Aku juga"
Mayu tidak berani menatap wajah Naruse sekarang. Tapi Naruse malah senyum-senyum sendiri.
"Senpai!"
"Aishiteru!" Naruse memeluk Mayu erat, membuat gadis itu menegang seketika,
"Bawa Aku pulang!"
"Iya" Naruse tersenyum,
"Get well soon my princess. Masih tidak suka sakura?"
Mayu menegang mengingat kejadian 4 tahun lalu, "Aku... masih takut Senpai..."
Naruse tersenyum tipis, "Aku disini Mayu-san"
Mayu tersenyum, senyum yang sangat manis dan lebar, "Arigatou Senpai!"
Wajah Nause seketika merah,
"Kau lebih cantik jika tersenyum"
"Se-Senpai!" Mayu membuang mukanya yang sudah memerah.
"Cepat dan antar Aku pulang"
"Iya-iya."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro