Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. My Love is Crazy!

Genre : Gore [Musim dingin]
Sub Genre : Romance, Teenfiction, dan drama.
Author: AiniAyu47

____

Musim dingin, Aku sangat menyukai musim ini. Musim di mana butiran-butiran salju turun dengan indah dan berkilau. Dan juga... musim di mana ia pertama kali menyatakan perasaannya padaku. Benar. Orang yang selama ini kucintai secara diam-diam ternyata benar-benar menyukaiku.

" Eliza... aku... aku mencintaimu! Benar-benar mencintaimu! Tidak ada gadis selain dirimu yang benar-benar kucintai! Kumohon, terimalah aku sebagai pacarmu!" Itulah yang dia katakan padaku tahun lalu, di musim yang sama.

Ersten Ronald adalah namanya. Namanya sangat cocok dengan parasnya yang sangat menawan. Saking tampannya, banyak gadis-gadis yang menyukainya. Selain tampan, Ronald juga sangat mahir dalam hal musik. Bahkan ia pernah mengajariku cara memainkan gitar saat kami telah lama berpacaran.

" Aku akan terus bersamamu, Eliza. Aku akan terus berada di sisimu. Jangan ragu meminta bantuanku. Aku sangat mencintaimu. Aku berjanji, kita tidak akan pernah berpisah selamanya..." Itulah yang Ronald janjikan padaku. Dia akan terus bersamaku selamanya. Dia tidak akan pernah meninggalkanku. Aku sungguh mencintaimu Ronald.

Kring!!! Kring!!!

" Telepon? Siapa yang menelpon di jam begini?" tanyaku pada diri sendiri. Aku lalu keluar kamar dan pergi ke ruang tamu, di mana telepon tersebut berdering tiada henti. Aku lalu mengangkat telepon itu. " Halo?"

" Halo? Apa ini Eliza?" ternyata Ronald!!!

" Ronald?! Ada apa??!!" tanyaku setengah teriak karena terlalu senang.

" Kalau kau tidak punya urusan penting, nanti kita akan pergi ke pasar malam. Bagaimana? Kau mau?" apa? Ke pasar malam? Tentu saja aku mau! Sudah lama tidak ada pasar malam tahun ini.

" Baiklah, aku mau! Sudah lama aku tidak pergi ke pasar malam. Jemput aku ya!"

" Pastinya! Telepon aku jika kau sudah siap nanti! Sampai nanti Elizaku~" Ronald akhirnya menutup teleponnya. Aku lalu meletakkan teleponku ke tempatnya seperti semula dan berlari ke arah kamar karena terlalu senang.

***

Malam pun akhirnya tiba. Aku lalu berpakaian layaknya seorang gadis normal yang ingin pergi berkencan. Aku lalu menelpon Ronald yang katanya ingin menjemputku.

" Tuut...tuut...tuut..." kenapa dia lama sekali mengangkat teleponku? Apakah dia masih bersiap-siap? Mungkin saja...

" Tuut...tuut...tuut..." kenapa lama sekali?! Mungkin kah dia sedang menuju kemari?

" Tuut...tuut...tuut...klek," ah, akhirnya dia mengangkatnya!

" Halo? Halo Ronald? Aku sudah siap. Kau di mana?" tanyaku pada Ronald.

" Halo? Siapa ini?"

Degh!

Siapa? Siapa yang mengangkat teleponku? Dia bukan Ronald, dia...seorang gadis! Aku bisa mendengar suaranya dengan jelas dan sudah menunjukkan bahwa yang mengangkat teleponku adalah seorang gadis! Siapa dia?!

" Ha..halo..kau ini siapa? Mana Ronald?!" tanyaku pada gadis itu yang masih menunggu tanggapanku.

" Ronald? Ooh...jadi kau rupanya! Jadi kau adalah selingkuhannya kan?!"

Degh!

Jantungku berdetak tidak karuan. Tanganku kemudian bergetar hebat setelah mendengar sederet kalimat yang diucapkan oleh gadis di telepon itu. " Ha..ha..halo?! Siapa kau sebenarnya?! Di mana Ronald?! Di mana dia?!"

" Hooh..tidak usah terburu-buru nona manis. Kalau kau mau tahu Ronald ada di mana, datanglah ke sini..."

" Kau?! Kau apakan Ronald?!! Halo? Halo?!!!"

" Tuut...tuut...tuut..." ah, sial! Teleponnya sudah diputus! Siapa sebenarnya gadis itu?! Apakah dia pacarnya Ronald? Tidak mungkin! Tidak mungkin Ronald punya selingkuhan! Kalau gadis itu hanya teman dekatnya, kenapa Ronald tidak pernah menceritakannya padaku?

Aku tidak bisa tinggal diam. Aku lalu melangkahkan kaki keluar rumah dan pergi menuju rumah Steven. Dinginnya angin malam tidak membuatku terpengaruh sama sekali. Yang ada dipikiranku saat ini adalah Steven dan gadis 'misterius' itu.

Ding dong... ding dong... ding dong...

Aku menekan bel rumah milik Steven berkali-kali dan berharap ada orang yang membukanya. Namun tidak ada orang sama sekali yang datang membuka pintu. Aku lalu memegang gagang pintu tersebut dan mencoba memutarnya ke segala arah.

Ceklek... Ternyata pintunya tidak dikunci! Apa yang sebenarnya terjadi?

" Steven?! Steven kau ada di mana?!" aku mencoba memanggil Steven sambil memasuki rumahnya yang gelap. Hanya ada sedikit cahaya bulan purnama yang menembus jendela. " Sepertinya tidak ada orang..."

Gubrak!!!

Tiba-tiba terdengar suara dari ruang belakang. Aku yang mendengarnya tersentak kaget dan bingung. Aku lalu pergi ke sumber suara itu.Aku pun menemukan sebuah pintu kayu yang sepertinya sudah sangat lama. Sepertinya ini pintu gudang. Aku lalu membukanya dan...

Aku terkejut bukan main setelah aku mendapati... Steven yang dalam keadaan diikat di sebuah tiang dan mulutnya diikat dengan kain lusuh sehingga ia tidak bisa berbicara. Steven yang terkejut melihat kedatanganku sepertinya ingin berteriak. Sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu. Kain lusuh yang dari tadi mengikat mulutnya akhirnya terlepas.

" Lari! Lari dari sini!" seru Steven dengan wajah yang penuh dengan ketakutan. Apa yang sebenarnya terjadi?

" Steven kau kenapa?! Ada apa ini?!!" tanyaku sangat panik.

" Hi..hihihi..." tiba-tiba sebuah tawa muncul di antara kepanikan kami. Entah dari mana datangnya tawa tersebut, yang jelas itu membuat kami semakin ketakutan. " Kalau kau mau lari dari sini..." ah, suara itu lagi!

" Eliza! Lari..!" Steven masih saja menyuruhku untuk pergi. Sebenarnya apa yang terjadi di sini?!

" Hooh...jadi kau Eliza ya? Nama yang bagus..." suara itu lagi! Atau..mungkin kah suara gadis di telepon tadi? Tiba-tiba sebuah sosok muncul dari belakang Steven. Aku menyipitkan mataku agar bisa melihat jelas sosok itu. Dengan refleks mataku terbelalak saat tahu bahwa sosok itu adalah seorang gadis berambut pirang dengan sebuah pisau di genggamannya.

Dengan cekatan, ia lalu mengayunkan pisau tersebut ke arah leher Steven dan...kepala Steven terlepas dari tempatnya. Darah yang mengucur keluar mengenai pakaian dan wajahku. Aku yang melihat kejadian itu sangat terkejut. Jantungku terasa mau copot dari tempatnya. Mataku mulai berkaca-kaca.

" STEVEN!!!!" aku teriak sambil menangis keras. " Apa..apa telah kau lakukan??!!!"

Gadis itu menyeringai. Ia lalu mengambil kepala Steven yang dari tadi tergeletak di lantai. " Apa kau mau tahu, mengapa aku melakukan semua ini?"

Aku masih diam tidak menjawab. Air mataku mengalir deras membasahi pipi. Dadaku terasa sangat sesak. Aku tidak bisa menahannya.

" Sebenarnya, aku adalah pacar pertama dari pria ini" ujar gadis tersebut yang masih saja menatap wajah Steven di genggamannya. " Tapi...setelah aku tahu kalau kalian ternyata berpacaran selama satu tahun terakhir ini...aku...BENAR BENAR MERASA SAKIT! SANGAT SAKIT! STEVEN PERNAH BERJANJI PADAKU KALAU IA AKAN TERUS BERSAMAKU!!!"

Degh!

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Steven juga pernah bilang padaku, kalau dia tidak akan pernah meninggalakanku. Aku ingin bicara, tapi entah kenapa mulutku tidak bisa terbuka.

" Untuk itulah, aku melakukan semua ini. Aku akan menyimpan kepala pria yang kucintai ini di kamarku agar aku bisa menatap wajahnya sepanjang hari. Sekaligus dia akan menemaniku sepanjang malam selamanya..." gadis itu sepertinya sudah gila! Aku tidak tahu harus apa sekarang. " Mulai sekarang, kalian tidak akan pernah bersama lagi! Dan kau..." gadis itu mulai menatapku. Ia lalu menjatuhkan kepala Steven ke lantai dan mulai menghampiriku. Pipiku masih basah dengan air mata. Gadis itu semakin dekat dengan sebuah pisau yang dari tadi masih ia pegang. Aku lalu tahu apa yang akan ia lakukan padaku. Aku lalu berlari sambil berteriak.

" Hei kau!!! Kemari!!! Aku tidak akan membiarkanmu kabur begitu saja! Kau harus menerima akibatnya!!!" seru gadis itu yang mulai mengejarku. Aku hanya terus berlari sambil menangis. Aku lalu keluar dari rumah Steven dan tidak sempat menutup pintunya. Sungguh bodohnya diriku! Tanpa sadar, aku berlari ke arah hutan. Aku lalu menengok ke belakang, gadis itu masih saja mengejarku. Tiba-tiba...

Bruk!

Aku terjatuh karena tersandung sesuatu. Oh tidak! Kakiku terkilir! Aku sudah tidak bisa lari lagi! Aku harus bagaimana? Gadis itu berhenti mengejar. Ia lalu perlahan-lahan menghampiriku. Aku sedikit mundur dan mulai menangis lagi. " Kumohon, jangan lakukan apa pun! Aku mohon!" aku memohon sambil terus menangis.

Gadis itu menyeringai lagi. Tapi yang kali ini seringainya benar-benar mengerikan. " Kau tahu? Aku tidak bisa membiarkanmu terus ada di dunia ini. Inilah akibatnya karena telah merenggut kebahagiaanku!!! Kau harus mendapatkan sebuah rasa sakit yang tidak akan pernah hilang dalam hidupmu!!!"

Ia lalu mengangkat pisaunya dan menancapkannya di pahaku.

" Aaargh!!!" aku berteriak kesakitan. Darahku mengalir sangat deras, mengubah salju putih yang ada di sekitarku menjadi merah. Gadis itu melepaskan pisaunya dengan kasar, menyisakan sebuah lubang dalam penuh darah di pahaku. Aku masih merasakan sakit yang hebat di pahaku. Aku tidak bisa bergerak lagi.

Gadis itu kemudian menusuk perutku dengan pisaunya. Aku bisa merasakan pisaunya tembus mengenaiku. Aku kemudian terbatuk dan mengeluarkan darah. Gadis itu masih melakukan hal yang sama. Ia menusuk perutku berkali-kali dengan pisaunya. Perutku serasa mau hancur kalau terus begini. Tapi aku tidak bisa melakukan apa pun. Gadis itu akhirnya berhenti. Ia lalu berdiri.

" Sekarang, kau tidak bisa melakukan apa pun lagi. Tinggallah sendirian di sini sampai kau ditemukan terkapar dengan genangan darah yang ada di sekitarmu. Kau sudah menerima rasa sakitnya. Selamat tinggal..." gadis itu dengan tega meninggalkanku sendiri di dalam hutan. Sosok gadis itu kemudian menghilang. Malam ini merupakan malam yang sangat panjang bagiku. Aku sekarat di sini, di tengah hutan yang dingin bersama dengan genangan darah yang sama sekali tidak berarti. Pandanganku mulai kabur. Napasku pun mulai menipis. Aku tidak bisa bergerak lagi. Aku hanya bisa berharap, akan ada yang menemukanku di sini.

TAMAT_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro