
15 | Rindu Sampai ke Nadi
PLIS INI BAKALAN CRINGE..
jangan lupa buat baca bacotanku di paling bawah(?) ya---♡
. . .
PLOT MAJU: 2021.
Menyeimbangkan hobi dengan perkakas yang ada dihadapannya. Akrilik, kanvas, dan kuas adalah perpaduan cinta yang disebut pantas. Jaevon melukis seraya mencurahkan utopianya ke dalam kanvas, membuat jantungnya berpacu cepat tatkala sadar apa yang dilukis ialah senyum Renja yang menawan.
Percayalah pertiwi, Jaevon itu rindu Renjani.
Jaevon disebut sebagai pengingat yang baik. Senyum apik milik si polaris justru teringat hingga mati. Bibir bawahnya tebal, berkebalikan dengan bagian atasnya yang sedikit tipis. Warna merah delima Jaevon bubuhkan sebagai rupanya. Menambah kesan indah nan elok untuk ia pajang tepat di tembok kamarnya.
Jaevon jadi ingat waktu SD pernah meminta pada Abah untuk dibuatkan galerinya sendiri. Inginnya Jaevon dulu hanya satu, ya, itu. Galeri lukisan tepat depan sekolah menengahnya dulu, Labdagati.
Namun, kelak beranjak dewasa, asa Jaevon bertambah sesuai dengan jumlah kepalanya.
Pujangga berkepala dua itu hendak membangun galeri---dengan Renja sebagai tuan puteri; alasan mengapa pondasinya berdiri.
"Gambar naon sia, Jae?"
"Gambar pujaan hati."
"Geli anjeng," bulu kuduk Jevano meremang, bokongnya langsung menciumi kursi kosong, tepat di sebelah sang citrakara. "Anjir, makin tua, skill lukisan lo makin mantep gila. Tipuan matanya keren lur, udah mah orangnya di siluetin gini astatang, meni geulis pisan." decak kagum Jevano, membuat pipi tirus Jaevon merona seketika.
"Nuhun, atuh."
Jevano terkekeh kecil melihat semburat pipi Jaevon yang merah padam. Ia justru menimpali, "Cantik tau lukisannya," ulang si rasmi. "Pasti orang yang dibelakang sini itu Neng Renjani, ya? ACIAAAAA KETAUAN BANGET BUCINNYA!"
Bunyi puk terdengar tatkala Jaevon memukul wajahnya dengan bantal kecil. Jevano tertawa puas seraya mencubit pipi si adik yang sudah mengembang bak roti.
Jaevon berujar, "Sakit pea pipi gua."
"Suruh siapa gendutan?"
"Apa lu kata?!"
"JAEVON GENDUT, KAYAK BABON!"
"UMAAAA! JEVANO NAKAL NIH!"
Mengingat hari ini yang begitu merepotkan, Jaevon jadi ingin menyamakan Jevano dengan teori konspirasi dari Charles Darwin. Sebenarnya manusia itu asal mulanya bukan dari kera, namun hanya Jevano lah sebagai bukti sejarah yang mutlak---kalau sosok manusia berkedok kera itu aslinya nyata.
"MONYET SIA! UMAAAA!"
"NGADUAN BANGET LO, SIYAL!"
Awalnya memang saling melempar umpatan, namanya lelaki sudah pasti mempan. Diumur duapuluh kali ini--- ya, mereka tetap mereka dan akan selalu begini.
Saling melempar canda tawa dengan hasita penuh harsa yang tumpah ruah. Atmosfer kamar seakan jadi lebih meriah, terlebih tatkala keduanya sama-sama merebah diatas ranjang, saling mengeluarkan karbon dioksida, dan mendesah bahagia.
Jevano lebih dahulu membuka topik pembicaraan. "Jae," panggilnya, dengan kekehan kecil dari mulutnya.
Jaevon melirik sekilas ke arah Jevano yang tengah menatap langit-langit kamar. "Hm?" dehamnya.
Kedua pria itu sama-sama larut dalam pikirannya sendiri. Seolah berenang, dan menyelami. Tanpa tahu dimana kata 'mengakhiri'---atau bahkan, mereka sama sekali tak mau tahu tentang epilog ceritera masa mudanya saat ini.
Umur duapuluh. Mereka masih telalu naif untuk menghitung butiran pasir di pantai kala itu.
Terlebih Jaevon. Adipati itu sangat merindukan laksmiwatinya. Tak peduli seberapa jarak yang harus ia emban---ia masih saja egois. Mengingat hal ini, senyum Jaevon lantas melebur dengan segelintir air mata yang mendadak jatuh di kedua pipinya. Tahun 2021---alasan mengapa Jaevon sangat benci angka dua puluh satu
Dirinya egois.
"Masih kepikiran?"
Jaevon menggeleng kecil seraya menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Tak terasa sudah 300 tetes air mata yang rela ia rebahkan diatas permukaan, tak terasa pula sudah 3 juta bahkan lebih kalimat manis ia lontarkan kepada si polaris.
Waktu itu, janjinya adalah memberikan kehangatan sehangat acekarom yang melilit pada cangkang delusi.
Namun sayang, suhu sarayu kala itu terlampau mencekam. Menggigit frasa demi frasa yang tertahan di tenggoroknya. Terlampau kejut, terlampau kalut juga etimologinya.
Asanya adalah membiarkan pemudi itu merapikan kerahnya dengan cinta yang merekah---dan Jaevon masi sulit menerka, kapan itu akan terjadi.
Memang terlalu banyak kata penyesalan dalam benak tuan citrakara. Ya, seperti dulu. Raganya tetap disini, namun hatinya entah kemana di bawa pergi.
Tubuhnya dibawa mati, namun cangkangnya masih disini. Cangkang kosong, sama seperti hatinya yang hampa ditinggal si merah muda.
"Gak perlu nyalahin diri lo, Jae."
Sangat perlu kalau mau tahu.
2021. Sebuah warsa dimana Jaevon akan bersumpah bahwa hidupnya tidak akan baik-baik saja.
Raja tak akan lahir bila tak ada rahim seorang Ibu. Pelukis tak akan mahir jika tiada wanita yang setia bersamanya sampai akhir. Karena Jaevon turut merasakannya, dua perempuan yang paling ia kasihi. Uma dan Renjani. Baginya, mereka adalah konklusi untuk diri.
Renjani tak akan jumpa Jaevon bila tiada Uma. Dan Jaevon tak akan jumpa yang namanya hari esok bila tidak kenal yang namanya Renjani.
Renjani, Jaevon masih setia disini.
Iya, aku disini. Sedangkan kamu 'disana', yang entah kata itu merujuk ke tempat yang mana.
Renjani, kau masih disini, dihatiku.
Menggerogoti kalbu, dengan rindu.
🌒
2018.
Selancak gereja seakan menyemarakan jalan pulang Jaevon dengan puan di sebelahnya, panggil saja Mitha. Tadinya Jaevon memang hendak pulang seorang diri, namun berat hati tatkala melihat Mitha mengurung diri di kamar mandi sekolah sebab terlampau malu---karena tadi siang masih kepikiran tentang dekapan itu.
Ingat saja semesta, padahal Mitha sendiri yang menariknya agar lebih dalam lagi. Tapi tunggu dulu, Mitha ini tetap gadis setahu Jaevon. Jadi, mohon di maafkan kalau gengsinya itu setinggi langit.
Jujur, Jaevon masih setia dengan pendiriannya yang gagah perkasa. Mitha dan dirinya hanya seonggok pendosa yang diikatkan dalam frasa teman sahaja. Jaevon menganggap Mitha sebagai teman, namun Mitha menganggap Jaevon sebagai gubuk kelananya.
Setiap pengelana akan kembali ke gubuknya sendiri. Yaitu si muara hati, tempat awak merebah diri tatkala sudah penat berwara-wiri.
Jaevon mengukir senyum di rupanya. Ternyata si nona tengah merunduk dalam sebab masih merasa aneh dengan dekap yang kelewat asing tadi.
Hasta Jaevon terulur tuk menarik bahu sempit itu---lebih dekat, tak bersekat. Mitha lantas terkejut, menatap Jaevon tidak percaya dengan manik yang mengerjap lucu.
"K-kunaon ieu teh?"
"Biar deket aja. Cukup bulan sama surya yang jauhan, kita jangan."
"Gelo sia."
"Saha nu garelo?"
"Pak Samudono. Ya maneh atuh, pake nanya segala."
"Emang gue ngapain kok sampai dikata gila?"
"Teuing ah."
"Ih purikan pisan."
Mitha menggeram kesal. "Gue gak purikan!"
"Emang bukan gue yang purikan, tapi Mitha yang purikan."
"JAEVOOON!"
"NGRUAHAHAHAHA!"
Gelak tawa Jaevon memenuhi akasa Lembang. Mitha---si nona yang menentang keras dikata purikan itu mengerucutkan bibirnya. Membuat Jaevon tak tahan tuk mengusak surainya gemas.
Rambut acak-acakkan seolah membuat hatinya ikut acakadut. Porak-poranda sudah dinding pertahanannya untuk tak jatuh pada si citrakara. Oh asmaraloka, kini tahu kan alasan kenapa Jaevon layak tuk dicinta?
Perangainya manis.
Wanita seolah dibuai kemayu oleh tingkah laku Jaevon yang menganggapnya---wanita itu lebih dari sekadar kata berharga.
Jauh berharga dibanding mahalnya satu semesta.
. . .
"Mitha, mau mampir dulu kagak?"
Mitha menggeleng kecil. "Enggak. Gue tau lo masih ada urusan sama keluarga lo." katanya dengan segudang pemahaman. "Tapi satu nih yang pengen gue kasih tau, lo jangan ikut kesulut emosi kalo semisal terjadi sesuatu. Terus, jadilah pihak netral---karena gue yakin, Rendra sama Jevano bakal cepet baikan kalo lo yang jadi penengah diantara keduanya."
"Gitu, ya?"
"Iyalah. Masa gini?"
"Ngelawak lu jamet."
"HEH ASAL WEH SIA!"
Jaevon terkekeh geli tatkala daksa Mitha berbalik sempurna. Apa sopan membelakangi si kawan dengan ajun pura-pura merajuk? Sungguh lucu Tuhan menciptakan seorang gadis dengan kepribadian bak cuaca ini. Berubah-rubah, tak disangka-sangka.
Jaevon menepuk bahu Mitha dua kali. "Dah, ya. Gue masuk dulu," katanya dengan jeda yang dibilang sebentar. "Lo hati-hati."
"Apasih orang cuma beda dua puluh langkah doang."
"Tapi gak nutup kemungkinan lu bakal kesandung batu terus nyemplung ke selokan, 'kan?"
"MAU GUE GAMPAR?!"
"HAHAHA ENGGAK AH, NGABISIN WAKTU GELUT SAMA TAPIR MAH!" pekik Jaevon terlampau astama sebab berhasil tuk menggoda nonanya agar kesulut emosi. "Dah, ya, Nj---maksud gue, Tha! Duluan!"
Jaevon langsung menguci pagar wismanya dengan tergesa. Berlari kecil seraya melambaikan tangan seakan berkata: sampai bersua lagi di kemudian hari, nona manis!
Namun, ada satu yang membuat Mitha meleburkan senyumnya untuk kali ini saja.
Panggilannya tadi sempat salah. Ah, maksudnya, bukan dirinya yang ada di pikiran si tuan muda.
Namun gadis yang lain.
Mitha justru tidak tahu siapa gadis yang Jaevon maksud. Adam itu sama sekali tidak melaporkan hal sekecil ini kepadanya.
Atau mungkin ... ada benarnya juga dengan ucapan Jevano hari itu yang mengatakan bahwa---hati Jaevon benar-benar jadi milik seseorang?
Mitha hanya mengembuskan napas kelewat frustrasi. Ia merunduk sekilas, melihat kedua kasut putihnya yang bernoda sebab menginjak lumpur tadi.
Hatinya terbelah.
Hancur tak berbentuk.
[].tbc
+++
BACA[!!!]
hasita = tertawa, harsa = kegembiraan.
[00.38] ;; iyaa jadi cerita ini tuh
alurnya maju mundur kayak syahrini.
aslinya mah ceritera ini di kondisikan
sama warsa delapan belas.
cuma karena aKU GAKUAT BUAT SPILL EPILOGNYA---
jadi ya gini.
aku bawa2 tahun 2021 ke cerita,
biar dapet bayangannya mungkin (?)
tentang epilog nanti😳
xixixixi *ketawa gumush*
BACA LAGI [!!!]
[09.19] Awalnya part ini mau di update besok
cuma karena badanku ga enak sebab
kebanyakan begadang akhir2 ini, jadi
aku update di hari ini. kemarin emg udh
update, jadi jangan sampe voment ngadat
di tengah jalan grgr ak kseringan update.
buat part 16, di up jumat/sabtu nanti gapapa ya hihi :(
belum ngetik lagi masalahnya. T^T
anw, have a nice day and dont skip your breakfast, bb!❤☁
maaf kalo cerita ini suka ga jelas dan asdhakks gajebo bgt. #keiramasihbelajarwoy #stayathome #dipasaraja #cringe_sampai_ke_nadi
.g
rengkuh hangat,
jodohnya jaemin rl.
jaemin aja sarapan, masa qm enga
NGAWOAKWOAKWOK.apasigua
24/06/20
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro