Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[Ending] Isagi • STAGE 3 • Pedang yang Patah

Author POV

Dari para Shikigami dan Ayakashi, Shikigami pembasmi Ayakashi itu menjadi pilar ketiga dari lima pilar pentagram yang tak sempurna. Pedang miliknya gemetar dan mulai retak dalam genggamannya. Mulai tak kuasa menahan kekuatan kutukan Kunigami yang harus ditahan dalam pilar upacara penyucian.

Dia sempat tersentak saat Rin--rival darinya--tiba-tiba saja melantangkan gelar Abe (name) sebelum pergi begitu saja dari tempatnya.

"Rin?!"

Terlambat. Makhluk itu sudah pergi menghilang dengan cepat. 

Pikiran dan batinnya beradu. Apa yang sebenarnya terjadi? 

Seandainya saja dia lebih kuat dari dirinya yang sekarang, mungkin dia bisa saja pergi bersama Rin atau memecah dirinya menjadi dua, atau... apapun yang bisa dia lakukan untuk melindungi dua hal yang dia sayangi. Dunia manusia dan (name).

'Sial!' kutuknya dalam hati. Karena hilangnya Rin, Shikigami dan Ayakashi yang tersisa mendapat pekerjaan yang lebih berat untuk menahan Kunigami. 
Bukan hanya Isagi yang kewalahan karena hal itu. Dia sendiri melihat bagaimana Bachira mulai runtuh dari pijakan kakinya. Monsta yang juga memberikan kekuatannya pun tampak keberatan.

Di sisi lain, Reo mendesis sambil memaki di udara kosong karena Rin yang menghilang. Sementara Nagi, wajahnya tak menampakkan dia kelelahan, tapi tubuhnya mulai tertekan kebawah karena sihir pilar yang harus dia pertahankan, di kala Kunigami terus memberontak.

Isagi mengamati kondisi ini. Ujung bibir digigitnya. 

"Apa yang harus kulakukan sekarang, Seimei?!"

Nama seseorang yang pernah bersama dengannya dahulu disebut dalam gejolak batinnya.
Sosok yang seharusnya bisa mengatasi masalah ini, justru menghilang dari dirinya--membuang dirinya hanya karena dia adalah "satu-satunya manusia" diantara semua Ayakashi dan Shikigami yang bergerak bersama Abe Seimei.
Pada saat itu... tujuan mereka adalah mencari jejak Orochi yang lebih kuat daripada Sae. Potongan kepala ular yang hidup sebagai Orochi lain--itulah yang menjadi tugas Abe Seimei selanjutnya.

Setelah dijatuhkan ke dalam lautan, Isagi kehilangan kesadarannya dan terbawa arus hingga ditemukan sekelompok nelayan yang membawanya ke daratan. Dan disanalah, dia bertemu dengan Chigiri yang merawatnya hingga menjadi seorang samurai.

Dalam kehidupan yang baru itu, dia mencari-cari jawaban dari alasan Abe Seimei membuangnya. 
Apa sungguh hanya karena dia seorang manusia?
Ataukah itu hanya sebuah alibi untuk menutupi suatu rencana?
Jawaban itu tak pernah dia temukan selain bertanya langsung kepada tuannya sendiri.

Namun, tak peduli seberapa besar dia mencari kemana tuan pertamanya berada, seakan tak ada sedikit pun jalan untuk menemukannya. Seakan-akan, dia dibiarkan tersesat kesana-kemari dan berputar dalam lingkaran. 

Dia sudah mengembara kesana-kemari. Mencari-cari, bahkan hingga membelah lautan Ayakashi hanya untuk menemukan seseorang. Semua itu berakhir nihil.

Hingga pada akhirnya, dia menemukan sosok Abe di depan matanya sendiri. 
Seorang gadis muda yang mirip sekali dengan tuan lamanya. Hanya saja nampak lebih polos dan seperti kehilangan sesuatu yang berharga--sama sepertinya.

Gadis muda yang rupanya masih memiliki tugas yang belum dia selesaikan. Salah satu tugas besar dari nama Abe--mendamaikan dua dunia; manusia dan Ayakashi. 

Tanda tanya yang selama ini tak terjawab, seakan menemukan potongan jawabannya.
Apakah ini tujuan ku? batinnya bertanya.
Dengan segenap nama dan jiwanya, dia mengikatkan janji untuk melindungi sosok ini. 

Sama seperti ayahnya, sang gadis pun memiliki kutukan tersendiri dalam tubuhnya. Kutukan Abe, yang merapuhkan tubuh dan menggerogoti kehidupan keturunan Abe.
Dia mengetahui itu, lebih dari siapapun, tapi dia tak ingin identitas sesungguhnya diketahui oleh siapapun pula. 

Dia tak ingin membahayakan gadis itu hanya karena suatu kebenaran.

Jauh dalam hatinya yang belum pernah merasakan jatuh cinta, entah saat dirinya masih menjadi manusia atau sudah berubah menjadi Ayakashi, hanya Abe (name) yang mampu menggetarkannya.

'Lindungi dia.' Dua kata perintah itu muncul secara tiba-tiba dalam benaknya.
Apakah itu murni dari dirinya? Ataukah Abe Seimei membisikkan itu kepadanya?

Namun, setiap langkahnya, sosok Ayakashi yang lebih dulu bertahta dalam hati milik (name) selalu datang untuk membuat jarak. Seorang rival yang tak percaya dengan siapapun selain tuannya sendiri--Rin.

Tapi apakah itu akhir dari keinginannya untuk melindungi gadis itu?
Tidak. Sekalipun, tidak.

Jika memang gadis itu adalah jawaban dari apa yang dia cari. 
Jiwa maupun nama akan dia pertaruhkan untuknya.
Itulah janji seorang Shikigami. Atau... janjinya sendiri kepada Abe?

Isagi tersentak saat hempasan sihir yang begitu kuat melepaskannya dari pijakan. Membuangnya dari formasi Pentagram. Beruntung pedangnya yang dia cakarkan ke tanah mampu menahan tubuhnya untuk tak terlenting lebih jauh.
Saat dua maniknya melihat kembali pada realita, dia terbelalak tak percaya, saat mengetahui Chigiri kembali keatas pundak Kunigami dengan benda mengkilap dalam genggaman.

Nafasnya terkesiap. Bagaimana bisa? Kapan dia pergi?! batinnya menolak apa yang dilihatnya.
Tapi dia belum merasakan nama (name) menghilang dari dirinya.

Mengetahui hasrat dan dendam Chigiri yang mengakar begitu dalam, dia tau bahwa tak ada yang bisa selamat jika Chigiri sudah menggenggam kipas Abe.
Jawaban dari skenario itu adalah pergi sejauh mungkin dari tempat itu.

Pedang ditariknya dari tanah bumi. Kakinya menukikkan arah dengan cepat. Kepada satu arah mata angin, dia pergi untuk menemukan sang Abe. Abe yang jatuh terduduk memejamkan matanya, menitikkan air mata yang mengalir, hendka terjatuh untuk menodai kain haori putih.

Dua tangannya terbuka lebar, mendekap punggung rapuh yang terdorong karenanya.

"Berpindah!"

Tepat sebelum ledakan sihir masif, dia melepaskan sihir teleportasi yang dia pelajari dari tuan lamanya.
Bersama dengan gadis penerus itu, dia menghilang dan pergi menuju tempat jauh yang pernah dia kenal.

Gerbang Heian-Kyo.

Sihir kehijauan menyilaukan pemandangan hutan sekitar. Isagi menghela nafas berat. Tubuhnya terhuyung ke depan, sebelum pedang miliknya dihunuskan lagi ke tanah untuk menompang dirinya. 

Sang Abe membuka dua matanya, tersentak dalam dekapan erat satu tangan Isagi. 

"Isag--"

"Tepat waktu..." balasnya lemas. 

Suara besi yang pecah terdengar. Pedang yang dihunuskan itu kemudian hancur bersama tubuhnya yang jatuh dalam tangkapan (name). Tapi dia masih mampu berbicara, bahkan tersenyum dibalik poni gelapnya.

"Kenapa kau terdiam disana, Abe? Kau tau apa jadinya kalau aku tak cepat datang." Suaranya terdengar lelah. Tangannya yang terjatuh meraih tengkuk kepala (name). "Aku mengkhawatirkanmu."

(Name) masih tak bisa berkata-kata sambil menahan tubuhnya agar tak terjatuh karena beban berat Isagi. Hanya sensasi basah saja yang terasa di pundak Isagi.

"Kenapa kau datang? Kenapa kau kembali padaku?" isak (name), nyaris berbisik dia mengatakannya.

Sederhana saja jawaban Isagi. Bersama dua matanya yang terpejam perlahan, dia melontarkan jawaban yang (name) cari, sebelum kemudian kesadarannya menghilang.

"Karena aku menyayangimu, (name)..."

Dia tak mampu lagi merasakan dinginnya angin. Tak mampu juga melihat reaksi dari sosok yang menjadi cinta pertama dan terakhirnya itu. 
Dia hanya merasakan tubuhnya terseret. Dan ingatannya membayangkan, bagaimana (name) menarik tubuhnya melewati gerbang Tori Heian-Kyo yang sudah lama tak terbuka karena kehilangan tuannya.

=================

Palung laut yang begitu gelap menelan tubuh Isagi begitu dalam, menghilangkan setiap gelembung nafas darinya. 
Namun kemudian, sinar rembulan dengan kuatnya menembus lapisan laut yang menenggalamkan tubuh seorang manusia.
Bagaikan uluran tangan seseorang yang tak ingin dirinya pergi, dia kembali ditarik keatas--menuju langit untuk bertemu kembali dengan sang bulan.

Dua maniknya terbuka. Dia melayang-layang di langit angkasa, bertemu dengan rembulan yang bulat melingkar dan berpendar.
Tangannya dia ulurkan untuk menyentuhnya. Sosok yang selalu dianggapnya indah, namun...

Isagi terbangun mendengar gonggongan yang familiar. Benar saja, itu Shiba, Ayakashi seekor anjing yang diperintahkan Abe Seimei terakhir kali untuk menjaga pintu Heian-Kyo.

"Tuan Isagi sudah bangun!!"

Suara kencang nan panik itu langsung memekakkan telinga Isagi. Dia langsung menenangkan Shiba dengan menangkap tubuh berkaki empat itu seperti mematikan alarm pagi.

"Aku sudah bangun, tak perlu diramaikan, Shiba!"

Anjing itu masih saja menggonggong, sampai bayangan seseorang menggeser pintu kamarnya, menghadirkan seorang gadis yang menyambut kesadarannya sambil tersenyum lembut.

"Selamat datang kembali, Isagi~"

Tapi, ada yang berbeda darinya. Poni bagian kiri gadis itu menutupi bagian matanya, seakan menyembunyikan sesuatu yang Isagi enggan untuk percaya.

"(Name)?" Isagi terbelalak.

Gadis itu duduk disamping Isagi, lantas memeluknya hangat.
Shikigami itu memeluknya kembali, tapi wajahnya tertunduk diatas pundak (name).

"Apa yang kau lakukan lagi?" tanyanya khawatir, sekilas ragu untuk mengetahui kenyataan.

(Name) dengan ringan menjawab. "Hanya bayaran kecil untuk menyelamatkan satu nama. Kau tak perlu mengkhawatirkannya. Setidaknya, aku masih memilikimu sekarang."

Bagai vas rapuh yang masih bisa membagikan pecahannya pada vas lain. Bagaimana caranya dia bisa mematahkan kutukan Abe yang mengalir sama seperti tuan pertamanya?

"(Name)." Dia menarik dirinya dari dekapan itu, hanya untuk menatap wajah gadis Abe itu.
Punggung tangannya menyibakkan poni samping yang berusaha menutupi satu mata yang hilang. Isagi hanya menghela, sebelum kemudian dia meraih dua tangan (name) yang didekatkan ke bibirnya. Maniknya terpejam dengan khidmat.

"Aku akan menemukan jawaban untuk menyelesaikan kutukan ini... untuk tugas Abe ini... bersama denganmu, akan kujalani setiap perintah yang kau berikan dan tak akan menghilang darimu lagi. Ini adalah janjiku padamu."

Kecupan lembut jatuh di atas tangkupan tangan (name). Netra biru tua milik Isagi menatap kembali pada (name) yang terdiam mendengarnya, sebelum gadis itu kembali tersenyum, meski terasa pahit. Dia mengangguk.

Ancaman makhluk malapetaka masih hidup dan berdetak diluar sana. Jauh dari kediaman Heian-Kyo--tempat dua tangkai bunga sakura yang gugur akan tumbuh dan mekar kembali di musim semi.

===================

[ Lahirnya Mata Kiri Abe ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro