Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Action 6

Ayo kapten! Semangat!😆

🏖️🏖️🏖️

Stranger By The Day

Sepanjang siang, Kapten Zhang merasa kaku oleh suasana sunyi. Angin hangat yang bertiup dari arah pantai membuat dedaunan di halaman dan penutup jendela berkeretak dalam siulan angin.

Ketegangan menguasai rumah pantai itu. Kapten Zhang tidak menyadari kapan para penjaga tiba-tiba kembali bermunculan di setiap pintu ruangan, di meja bar, di taman samping, halaman dan gerbang, bahkan di depan pintu kamarnya. Kapten Zhang curiga suatu saat bisa-bisa Gong Jun menempatkan satu penjaga di kamar mandinya.

Sang kapten tampan memijit-mijit kening, bingung. Dia bergerak dari satu ruangan ke ruangan lain, satu sofa ke sofa lain, duduk tegang di meja bar, memikirkan apakah jika dia mabuk dan jatuh pingsan, Gong Jun akan membawanya ke rumah sakit dan akhirnya keluar dari penjara mewah ini. Tapi rasanya tidak mungkin.

"Minum, kapten," seorang penjaga tinggi besar berpakaian hitam dengan wajah angker berpura-pura ramah menawarinya sebotol sampanye.

Kapten Zhang mendelik tanpa bersuara. Berani-beraninya antek penjahat ini ingin bersahabat dengan dirinya.

Beberapa menit kemudian dia pergi dari meja bar dan menuju satu ruangan luas dengan sofa mewah dan meja televisi panjang lengkap dengan televisi berukuran besar serta banyak pajangan antik dan vas bunga sebagai dekorasi.

Apa dia lebih baik menonton televisi saja, sambil diam-diam mempelajari rumah pantai ini. Mungkin ada celah yang lolos dari penjagaan dan tanpa kamera pengawas, lantas ia akan memilih waktu yang tepat untuk kabur.

"Jika anda ingin menonton televisi, aku bantu menyalakannya," seorang penjaga lain mendadak muncul, membungkuk dan mengambil remote. Meski bicaranya datar, sebuah revolver terselip di ikat pinggangnya.

Huft, kapten Zhang menahan nafas.

Dia duduk kaku di sofa, berjuang memfokuskan mata ke televisi. Dia tidak tahu apa acara apa yang ditayangkan, saat ini yang ada dalam kepalanya adalah ribuam pertanyaan.

Kenapa inspektur Huang tidak segera menemukan keberadaannya, mungkin ponselnya dimatikan oleh Gong Jun sehingga tidak ada yang bisa melacak posisinya. Dan bagaimana dengan kasus  pembunuhan balerina, apakah sekarang Ju Jingyi baik-baik saja.

Apakah tunangannya itu merindukan dirinya?

Tenggelam di sandaran sofa empuk, tidak tahu harus bagaimana, Kapten Zhang memahami arti ketidakberdayaan. Apa yang dapat ia lakukan sekarang? Ia bertanya pada diri sendiri. Bisakah ia berdiri dan menantang semua penjaga bersenjata dan terlibat perkelahian. Kapten Zhang berpikir itu bukan cara yang cerdik. Hanya kenekadan yang akan berujung pada kondisi babak belur.

Atau apakah ia harus meminta dengan sedikit lunak dan merayu pada Gong Jun agar penjahat itu mau mengembalikan ponsel dan juga lencananya?
Hah! Tidak! Ia merasa terhina.

"Anda mau beberapa minuman dan cemilan?" Penjaga itu mengusik sang kapten yang tengah bengong.

"Hah? Hmm-- boleh," kapten Zhang mengangguk seperti orang dungu.

Beberapa menit kemudian penjaga kembali dengan sekantong penuh chips kentang, sandwich, cookies, sekotak dimsum isi daging yang masih hangat, dan beberapa kaleng minuman.

Apa-apaan ini? Alih-alih jadi menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang detektif polisi, dirinya malah duduk bersantai seperti seorang ibu rumah tangga yang dimanjakan.

Astaga, ada apa dengan nasibku?

Setelah kebingungan dan kesenyapan berlangsung lama, sang kapten merasa mengantuk karena bosan dan kekenyangan.

Dengan anggun, dia jatuh tertidur di sofa mewah nan empuk di dalam kenyamanan rumah pantai sang penjahat.

Setengah jam kemudian, Gong Jun masuk ke dalam ruangan itu, dia memegang ponsel dan menekan sebuah nomor, lalu ia mulai bicara serius dengan seseorang. Pembicaraannya tidak lain adalah tentang bisnis kasino dan juga selentingan informasi tentang pembunuhan balerina di teater.

"Kau sudah menghubungi wanita itu? Ju Jingyi?" Gong Jun berkata rendah, matanya melirik kapten Zhang yang meringkuk di sofa.

"Bagus. Jaga terus kerahasiaan bisnis kita," dia menutup telepon dan berpaling cepat pada kapten Zhang.

"Ah, manis sekali dia saat sedang tidur begini," ia terkekeh, duduk di sofa lain yang berukuran single.

Penjaga yang sedari tadi berdiri di ruangan hanya menyeringai.

Gong Jun tersenyum sendiri, melekatkan tatapan cabul pada tubuh sang kapten yang tinggi ramping dan melengkung lentur.

Mungkin karena kewaspadaan yang jarang kendor, sang kapten seketika terbangun. Dia terkejut melihat Gong Jun duduk di hadapannya.

"Sedang apa kau?" Ia bangun, mengubah posisinya menjadi duduk.

"Memandangimu, bisa apa lagi?" Gong Jun tersenyum, tampan menawan tetapi cabul. Seketika kapten Zhang menjadi geram.

"Kau terlihat imut jika sedang tidur," puji Gong Jun, masih memamerkan senyuman indahnya.

Apa? Imut? Memangnya ia anak kecil!

Kapten Zhang menggeram. Dia berdiri dari sofa dan menyeret langkah kembali ke kamarnya. Ruangan itu sangat luas, membuat kapten Zhang serasa menempuh jarak yang jauh bahkan hanya untuk menuju pintu.

"Mau lanjut tidur di kamar?" Seru Gong Jun.

Bahu kapten Zhang mengejang, dengan cepat ia menoleh dan mendelik galak.

"Diam kau! Jangan berani-berani menyusup kamarku lagi!"

Gaya bicaranya seolah-olah dia sudah menjadi nyonya rumah itu, tentu saja Gong Jun bisa masuk kamar mana saja. Dia memiliki set kunci dari seluruh bagian rumah pantai itu.

Mendengar itu, Gong Jun hanya tertawa geli.

🏖️🏖️🏖️

Apakah hari-hari kebebasanku masih lama?

Benak kapten Zhang berdengung oleh pertanyaan. Belum genap dua hari dia disekap, rasanya sudah mau mati bosan. Tak ada gagasana cemerlang di kepalanya. Tanpa senjata dan juga pemahaman tentang seluk beluk rumah ini, dia belum bisa berbuat banyak. Belum lagi kamera pengawas di setiap ruangan.

Oh, astaga..!

Ketika sang kapten duduk bingung di kamarnya, dia melihat ke jendela dan siang sudah sangat terik. Jam dinding menunjukkan waktu pukul dua siang.

Bosan dan gerah, kapten Zhang memutuskan untuk pergi mandi.
Selama ritual mandi, berdiri di bawah shower, pikiran kapten Zhang berpusat pada Ju Jingyi dan rekan-rekannya di kepolisian, seakan-akan ingatan itu adalah obat baginya agar tidak linglung dan kehilangan kewarasan di dalam sekapan Gong Jun.

Dia keluar dari kamar mandi masih dengan benak yang tenggelam dalam lamunan, sang kapten tidak menyadari bahwa Gong Jun sudah berdiri di dalam kamarnya.

"Heh! Kau--??!!!"

Dia mendelik shock. Lebih shock lagi ketika Gong Jun mendekat, mengulurkan tangan ke arah tubuhnya.

Handuk jatuh dengan longgar ke sisi tubuh kapten Zhang, memamerkan punggung telanjangnya. Tangannya gemetar karena kaget dan sentuhan di mana tangan Gong Jun  mendarat untuk mencengkeram sisi tubuh yang masih setengah basah.

Penjahat itu  berdiri dengan bangga di samping kapten Zhang dengan ekspresi anggun dan murni di wajahnya melihat reaksi sang kapten yang mulai khawatir sekaligus kesal.

"Setiap kali melihat tubuhmu, aku merasa... bergairah," godanya.

Cihhh!!

Amarah panas mengalir ke kepala kapten Zhang. Dia memegang handuk semakin erat sebelum memutar tubuh. Alis matanya melengkung karena jengkel.

"Kau benar-benar cabul," suaranya bergumam tidak jelas.

"Beraninya kau bermain-main denganku seperti ini?"

Gong Jun terbahak, seolah-olah sangat senang menjadikan sang kapten hanya mainan.

Bahkan jika seseorang mencintai penjahat tampan ini, sikapnya bisa membuat seseorang itu terhina lebih dari yang dia kira.

Kapten Zhang memutar bola mata, melambaikan tangannya di udara untuk mengabaikan sikap menyebalkan Gong Jun.

"Jadi, apa maumu? Apakah kau mengharapkan aku melakukan sesuatu yang lain?" Gong Jun mencibir, sok imut.

Dia mendekati kapten Zhang, jari-jarinya mencengkeram dagu mulus itu dengan erat. Memaksa sang kapten untuk menatap matanya.

"Aku sudah membawamu kemari dan tidak ingin membuatmu merasa menyesal. Tidak lama lagi kau akan berubah pikiran dan tidak ingin meninggalkan tempat ini," Gong Jun berkata santai.

"Dalam mimpimu!" tukas kapten Zhang, emosinya tersulut kembali.

"Kita lihat saja nanti! Sekarang selesaikan mandi dan berganti baju, aku menunggumu di meja makan. Makan siang kita sudah terlambat."

Gong Jun melepaskan cengkeramannya dan berbalik pergi, membuat kapten Zhang tidak bisa berkata-kata lagi.

Satu-satunya hal yang dapat ia lakukan adalah menatap punggung lebar dan kukuhnya saat dia berjalan keluar kamar.

Air mata kemarahan dan rasa jengkel yang tertahan mengalir di pipinya, kemudian adegan demi adegan percintaan yang tidak lazim dan di bawah paksaan membuat hatinya lebih sakit dari yang seharusnya.

Tidak ada yang lebih baik daripada memiliki hati yang naif.

Melihat seorang penjahat bertingkah sok baik namun menjadi alasan kebencian?

Mungkin ini hanya ironi.

Kapten Zhang menyeka air mata dengan punggung tangan berdiri tegak.

Sialan! Apa ini! Cengeng sekali!

Pada akhirnya, dirinya bukan apa-apa.

Bukan detektif handal

Bukan tunangan Jingyi yang setia

hanya mainan seorang penjahat cabul.

Mainannya. Alasannya untuk menggoda.

Kapten Zhang tiba-tiba sangat ingin melarikan diri. Dia berpakaian, lalu menarik pintu terbuka, ruangan luas tak berujung adalah satu-satunya hal yang terlihat.

Kapten Zhang berhenti dalam langkahnya, tatapannya waspada sekaligus cemas.

Rumah ini sangat luas, sangat panjang dan sepertinya dikepung penjaga yang menyeramkan.

Dirinya bahkan tadi pagi sempat tersesat.

Dengan langkah cepat, kapten Zhang  berjalan melintasi ruangan kemudian berbelok menyusuri lorong. Langkahnya perlahan-lahan semakin cepat dan semakin cepat dalam setiap detik.

Sampai akhirnya ia berlari. Dia kembali tiba di satu ruangan lain, berbeda dengan ruangan tengah yang tadi. Yang satu ini lebih kecil dilengkapi sofa dan meja, ada satu pintu kaca yang nampaknya menembus halaman samping, entah belakang.

Terengah-engah sang kapten tiba-tiba terpaksa berhenti merasakan sepasang tangan yang kuat melingkari lengannya dengan erat.

Dia memekik, merasakan jantungnya hampir melompat keluar dari dada.

Sekali lagi, Gong Jun muncul. senyum menjijikkan di wajahnya. Saat cahaya pagi dari jendela mengatasi tampilan indah dan kejam yang terukir selamanya.

"Kapten yang terhormat, Aku tidak mengizinkanmu pergi!"

Shitt!!

Kapten Zhang memberontak, mengumpat berulang kali.

Dipeluk sedemikian erat oleh Jun, pandangan kapten Zhang dipenuhi oleh keindahan wajah yang sulit dicari bandingannya. Kemarahan yang membara bahkan sempat mendingin sesaat tetapi segera menyala kembali mengingat adegan memalukan yang ia alami hari sebelumnya.

Tangan kekar dan kuat milik Jun bergerak cepat menanggalkan kemeja longgar yang menutupi tubuh kapten Zhang. Dengan cepat, seluruh pakaian sang kapten yang merupakan pinjaman dari Jun si predator, berjatuhan mengenaskan ke lantai.

Demi dewa, apakah penjahat ini akan melakukan perbuatan mesum di ruangan terbuka?!

"Kaaauuu..." Kapten Zhang megap-megap. Dia sudah membuka mulut bersiap mencurahkan perbendaharaan kata kasar yang bisa ia pikirkan.

Tetapi bibir panas Jun bergerak lebih cepat. Dia mencium, menghisap dengan liar. Kapten Zhang merasa seluruh persendiannya luruh. Namun pikiran tentang mempertahankan harga diri mampu membuat lututnya tetap tegak, dan sedikit demi sedikit dia menghimpun tenaga.

Dia menggunakan muslihat dengan berpura-pura menyambut ciuman Jun. Setelah dia nyaris muntah darah karena rasa jijik dan mual, kapten Zhang menemui saat Jun begitu menikmati ciuman itu sehingga ia lengah.

Sekuat tenaga, kapten Zhang menggigit bibir ranum Jun.

"Aargghh.." Jun merintih, lebih karena terkejut alih-alih sakit.

Darah menetes dari bibirnya yang luka, otomatis pelukannya merenggang dan ia menyentakkan wajahnya ke belakang.

Kapten Zhang menyeringai, dia mengangkat kakinya dan menendang pangkal paha Jun. Untungnya meleset sedikit dari alat vital pemuda itu.

Mengeluarkan pekikan tertahan, Jun terhuyung-huyung beberapa langkah.

"Sialan kau! Berani-beraninya!" Jun menggeram.

"Kau pikir aku sudah kehilangan kemampuan bela diri hanya karena kau berhasil menyakiti pinggangku?" Dia bergumam dengan gaya sok.

Belum puas sampai di situ, Kapten Zhang melesat ke arah Jun, menendang bagian pinggang sekali lagi. Jun yang masih memegangi pangkal pahanya tidak cukup gesit menghindari serangan.

Bugghhh!

Gong Jun terpelanting, tubuhnya ambruk ke lantai. Dia meringis-ringis memegangi pinggangnya yang terasa ngilu.

Mengambil kesempatan singkat itu, kapten Zhang menghambur ke pintu yang menembus halaman samping.
Terlalu bersemangat untuk melarikan diri, kapten Zhang tidak sadar bahwa dia hanya mengenakan celana dalam. Dia melupakan momen saat Gong Jun memeluknya mesra dan melucuti pakaiannya.

Tanpa pikir panjang, dia menuju ke sana, membuka pintu, dan tiba di halaman luas. Kolam renang berair biru gemerlap di bawah terpaan cahaya matahari menyilaukan matanya. Taman bunga mengelilingi kolam tersebut dilengkapi beberapa set meja kursi di bawah awning warna warni.

Angin laut hangat dan lembab berhembus ke halaman, saat itulah kapten Zhang baru sadar bahwa dia tidak berpakaian. Semilir angin memberikan sensasi sejuk merayapi setiap inchi kulitnya yang terbuka.

Sang kapten terkesiap, dia membelalak shock, merasa ingin terbang melayang tercebur ke laut dan mati.

Dia sangat malu.

Bukan karena hanya mengenakan celana dalam saja, melainkan karena sepuluh pasang mata dari bodyguard Gong Jun menatap bersamaan padanya.

Mengernyit dan tercengang oleh pemandangan unik di depan mata, para pria kekar itu mengamati setiap inchi kulit kapten Zhang yang putih dan halus laksana giok ternoda oleh kissmark merah tua tersebar  dimana-mana.

Astaga...

Sang kapten terjebak dalam dilema yang luar biasa rumit. Harga dirinya sudah tercampak ke tempat berdebu. Tidak mampu menjelaskan apa pun, dia mengumpulkan ketangguhan mental yang tersisa untuk mengeluarkan bentakan keras.

"Apa yang kalian lihat?! Apa kalian belum pernah melihat orang yang akan berenang?"

Langkahnya terasa berpijak di hamparan duri. Panas dan menyakitkan. Saat sang kapten melangkah mantap menuju kolam renang. Lantai batu granit putih membara di bawah telapaknya.

Byuuuurrrr!!

Kapten Zhang menceburkan dirinya ke dalam kolam. Mengubur sepasang mata indah yang memerah karena air mata.

Duhh, padahal tadi dia baru saja selesai mandi.

Dia ingin menangis menjerit-jerit karena merasa tidak berdaya. Penghinaan seperti ini tidak mudah ditanggung meski oleh seorang kapten handal.

Cukup aneh bukan?

Membuat sesuatu yang murni menjadi kotor tidak butuh waktu lama tetapi untuk membuat sebaliknya terkadang butuh waktu seumur hidup.

Pada akhirnya kebenaran akan selalu menang. Kapten Zhang bertahan menjalani hidup dengan mempercayai hal itu, ia yakin penyanderaan ini akan segera berakhir meski harus melewati tahapan memalukan seperti sekarang.

Tak lama lagi penghinaan ini akan terbalaskan. Kapten Zhang yakin bahwa inspektur Huang akan segera melacak keberadaannya kemudian datang menyelamatkan dirinya dari sekapan predator mesum bernama Gong Jun.

Kapten Zhang menyelam cukup lama. Menikmati kesejukan air kolam membasuh tubuh dan jiwanya yang terbakar.

Kapten Zhang cukup handal dalam olahraga renang. Dia juga rutin surfing dan diving. Jadi dia menemukan sedikit kesenangan dalam penderitaan saat ia menikmati sensasi menyelam di dalam kolam.

Sayangnya, kesenangan itu larut seketika dalam air kolam yang beriak dan bergelombang lebih cepat. Kapten Zhang merasakan ada orang lain yang juga berenang di dekatnya. Dia muncul ke permukaan, menyemburkan air dari mulutnya dan membuka mata.

Uwaaa!!!!

Gong Jun berada di dekatnya, sama-sama hanya mengenakan celana dalam. Berenang dengan riang gembira seakan-akan tendangan di paha dan pinggangnya tidak pernah ada.

"Waktunya berenang bersama, sayang. Setelah selesai, kita akan makan siang," Gong Jun berbisik mesra padanya.

Kapten Zhang merasa yakin bahwa air kolam sebentar lagi akan mendidih karena amarahnya. Dia berpaling dengan benci dan kembali menyelam.

🏖️🏖️🏖️

To Be Continued
Please Vote and comment

Salam Langlangding💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro