Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Action 3

Menghitung hari dimulai 😁

Hari ke - 1

Kapten Zhang terbangun linglung di sebuah kamar yang tak dikenalnya. Udaranya cukup sejuk. Mungkinkah hari masih sangat pagi. Tapi dia bisa melihat sinar matahari menyentuh tirai yang sudah terbuka. Kemudian dia menyadari bahwa pendingin ruangan menyemburkan uap dingin dari dua sisi ruangan.

Di luar jendela, pemandangan indah merangkak naik ke pandangannya, menyambut mata yang masih mengantuk. Halaman berumput terhampar luas, jalan setapak buatan dengan taburan bebatuan kecil berwarna putih, meliuk-liuk diantara semak-semak bunga. Ada juga dua batang pohon willow yang berdaun lebat memberi keteduhan di pelataran menghijau.

Kapten Zhang mengernyit, dia bergerak bangun dan memekik ketika gelombang rasa sakit mendera seluruh tubuhnya.

Apa yang terjadi? Di mana aku?
Apa aku sudah dipukuli habis-habisan

Dia merasa tubuh kekarnya sudah berubah menjadi seonggok jelly yang lemas dan tidak berbentuk.

Ketika ia menurunkan kaki dari tempat tidur, selimut yang menutupi tubuhnya meluncur turun. Udara dingin semakin menjalari setiap inchi kulitnya. Kapten Zhang mengamati tubuhnya sendiri dan..

Huwaaaa !!!!

Dia memekik sekeras-kerasnya. Selang berapa detik, pintu kamar terhempas kencang dan dua orang pria berseragam hitam menyerbu masuk.

"Apa?!! Apa yang terjadi??" Seorang pria  berseru gagap, seketika melongo melihat pemandangan langka di depan matanya.

Dia melihat sang kapten tampan telanjang dengan ekspresi horror.

Tubuh yang ideal, putih halus dan sempurna. Tetapi beberapa bercak merah kecoklatan yang bertebaran di sekitar leher dan dada sang kapten, sedikit mengganggu keindahannya.

Kedua pria itu menutup mulutnya serempak tanpa bicara. Tetapi juga tidak berusaha berkedip.

Sang kapten kesal sekaligus merasa aneh.

"Apa yang kalian lihat! Keluarr!!" Dia membentak keras.

Kedua pria itu tidak langsung bergerak dari tempatnya, malah semakin melongo melihat tubuh telanjang kapten Zhang.

"Kalian tidak dengar? Keluar!"

Tepat pada saat itu sebuah suara santai namun tegas menyela dari arah pintu yang terbuka. Ketiga orang dalam kamar sontak menoleh. Dua pria berseragam hitam tersentak dan mundur seketika, membungkukkan bahu seolah-olah bertemu seorang penguasa. Mereka terbirit-birit keluar kamar dengan wajah pucat.

Kapten Zhang mengamati pria yang berdiri di pintu.

Dia cukup tinggi, paling tidak 186 cm, diukur oleh penglihatan kapten Zhang yang jeli. Setelan hitam dan mantel panjang  membuat penampilannya semakin megah, wajah yang sangat tampan dan aristokrat, dengan ciri-cirinya yang halus dan lembut. Senyuman manis dan tulus, tetapi penuh siasat tak terbaca.

Sosok luar biasa itu seolah-olah tokoh yang keluar dari drama romantis terfavorit.

Tetapi tak ada satu pun dari alasan-alasan itu yang bisa menarik perhatian kapten Zhang.

Karena dia tahu, pria itu adalah Gong Jun. Ketua sebuah organisasi pembunuh bayaran terselubung.

Gong Jun tengah memperhatikan keseluruhan kapten Zhang dari ujung kaki hingga kepala dan bahkan melemparkan senyuman misterius.
Kepalanya sedikit miring saat berkomentar dengan nada menggoda.

"Senang sekali rasanya melihat kapten Zhang yang hebat dalam keadaan sangat sehat dan juga -- seksi," dia menjeda bagian akhir kalimatnya. Tatapannya melekat kuat pada bagian perut rata dan putih mulus milik kapten Zhang.

Telinga sang kapten memanas mendengar omongan tak tahu malu seperti ini. Dia sangat terkejut dan gelombang rasa malu menyergapnya ketika menyadari sejak tadi dia berdiri telanjang. Secepat kilat ia menarik selimut, menutupi tubuhnya secara sembarangan, kedua tangan disilangkan di depan dada. Gayanya lebih mirip seorang anak perawan di sarang penyamun alih-alih detektif handal.

Melihat itu, tawa Gong Jun pecah. Dia semakin santai, bersandar pada dinding, menikmati tontonan indah di depan mata.

"Gong Jun! Apa rencanamu dengan menculik dan menyekap aku di sini?! Kau pikir bisa bebas dari kejaran polisi?!"

Detektif Zhang berusaha keras untuk terdengar tegas dan berwibawa. Tetapi suaranya malah serak dan gemetar seperti nenek-nenek terserang demam.

Gong Jun maju selangkah dengan tenang.

"Rencana? Tentu saja aku akan menggunakanmu sebagai pion untuk mengelabui polisi. Kukira kau sudah bisa menduganya."

Gong Jun melemparkan senyuman tipis yang menawan. Sesaat kapten Zhang lupa dimana ia berada. Selimut yang menutup tubuhnya kembali meluncur turun.

"Uppss!" Gong Jun mendesis. Mengamati tiap bagian tubuh sang kapten penuh semangat dan tatapan cabul.

Hiiaaaa!!!

Sialan!

Kapten Zhang menarik lagi selimutnya dan mundur selangkah. Dia terduduk di tepi ranjang, meringis ketika ia merasakan sensasi sakit menyengat di bagian bawah tubuhnya.

Pinggangnya berdenyut semakin ngilu dan menyakitkan.

Apa yang terjadi padaku?

Dia memijat-mijat pinggangnya dengan posisi miring persis kakek tua terserang encok.

Gong Jun ikut-ikutan meringis menyaksikan kondisi sang kapten yang memprihatinkan.

"Sakit sekali ya?" dia duduk di sofa mewah dalam kamar luas itu. Dia duduk bertumpang kaki, menyangga wajah dengan telapak tangan dan memfokuskan pandangan pada kapten Zhang.

"Sialan! Kenapa keadaanku memalukan begini? Dimana ponselku, seragamku? Id card kebanggaanku?!" kapten Zhang menggeram.

Gong Jun mengangkat bahu.

"Aku tidak tahu dimana asistenku menaruhnya. Mungkin dia sudah membuang atribut kebanggaanmu."

"Kau-- kau??!!" Kapten Zhang dihantam rasa geram sampai tidak bisa berkata-kata.

"Tenang saja. Aku akan menugaskan pelayan untuk mencarinya. Kalau perlu mereka akan membongkar bak sampah," Gong Jun terkekeh ringan.

"Bangsat! Keluarkan aku dari sini!" Kapten Zhang berteriak garang.

"Aihh.. jangan marah-marah begitu. Nanti pinggangmu akan semakin sakit.." Gong Jun meringis lagi.

Kapten Zhang seketika memijat kembali pinggang tuanya. Sebenarnya apa yang terjadi semalam?

Samar-samar dalam ingatan yang mengabur, dia ingat sedang berada di toilet teater lokasi pembunuhan Rebecca. Kemudian dia didekati seorang pemuda yang mengaku ingin membantunya.

Lantas semuanya gelap.

Tiba-tiba saja dia berakhir di sebuah kamar mewah, tempat asing yang tak pernah dilihatnya, dalam keadaan memalukan.

Jangan-jangan...

Dia menembakkan tatapan bengis ke arah Gong Jun.

"Apa yang kau lakukan padaku semalam?" dia menggeram.

Gong Jun mendecakkan lidah berulang kali, ekspresinya prihatin.

"Kau pasti sudah tahu. Kau lihat saja kondisimu sekarang. Dan kissmark di leher dan bahumu. Uppss.. aku jadi malu melihatnya.." kekehan menyebalkan kembali berkumandang dari mulut Gong Jun.

Aliran darah kapten Zhang serasa terhenti. Dia sangat ketakutan saat kesimpulan mengerikan itu terlintas di benaknya.

"Kau -- kau -- memperkosaku?" Ia terbata-bata.

Gong Jun tersenyum menggoda, bahkan mengedipkan sebelah mata.

"Jadi benar??!!" Kapten Zhang memekik.

Dia merasa tubuhnya gemetar, merapatkan selimut semakin kencang dan sepasang matanya perlahan berkaca-kaca.

"Reaksimu berlebihan sekali.." Gong Jun mendesah malas.

"Jangan cengeng. Air mata tidak cocok untuk detektif handal sepertimu. Lagipula, semalam kau sama sekali tidak melawan.."

Tentu saja, dirinya pingsan.

Kapten Zhang benar-benar ingin mencekik pemuda itu.

"Beraninya kau! Pengecut! Apa memperkosa orang yang sedang pingsan membuatmu terlihat keren, begitu?" dia menggeram lagi.

Gong Jun melebarkan mata, tampaknya ucapan penuh kebencian itu mengundang inspirasi gelap dalam dirinya.

"Kau tidak terima karena aku melakukannya saat kau pingsan, bukan?" Dia menggoda lagi, setengah meremehkan.

"Apa maksudmu?"

"Ya. Kau marah karena merasa dicurangi. Kalau kau mau, aku akan melakukannya sekarang juga. Saat kau sudah sadar."

"...???"

"Bagaimana menurutmu?" Gong Jun bangkit dari sofa, sosoknya yang megah semakin mendekat. Menjangkau tubuh sang kapten yang masih  tercengang dengan wajah sepucat mayat.

"Penjahat sialan! Kalau kau berani, ayo kita berkelahi!" pekiknya keras. Tangannya mengepal kuat, otomatis selimut melorot kembali.

Dia sontak menarik benda tipis merepotkan itu.

Duhh! Kenapa jadi begini??

Gong Jun melirik tubuh memukau itu. Gairahnya bangkit lagi.

"Ayo!" Dia menyerbu sang kapten.

"Ayo kita berkelahi! Tapi kita akan melakukannya di tempat tidur.."

Gong Jun memeluk tubuh kapten Zhang yang meronta sekuat tenaga.

Pelukan itu terlepas dengan cepat.

"Tenagamu lumayan juga, padahal kau belum sarapan," komentar Gong Jun.

Mendengar itu, kapten Zhang tiba-tiba merasa lapar.

"Kau benar.." dia mendesis.

Tubuhnya terjebak antara kepala tempat tidur, dan sosok Gong Jun yang mengancam.

"Aku lapar. Berikan aku sarapan!" Dia memprotes keras.

Gong Jun tertawa kencang. Bahunya sampai berguncang.

"Detektif handal kita rupanya kalah oleh rasa lapar.." ia mendengus. Mencondongkan wajah ke arah wajah kapten Zhang.

Sang kapten berusaha menarik mundur wajahnya, tapi kepalanya terantuk sandaran tempat tidur.

"Kau akan mendapatkan semua menu makanan yang kau inginkan. Tapi -- berikan aku ciuman.." bisik Gong Jun.

Nafasnya seharum citrus segar di musim panas, mengalir lembut di wajah kapten Zhang.

Sang kapten terpana. Paras menakjubkan itu memang mampu mengelabui siapapun.

Benar apa yang dikatakan atasannya kemarin di kantor.

Inspektur Huang You Ming.

"Ti--dak! Lepaskan aku!"

Inspektur Huang sialan! Kenapa dia tidak datang mencariku...??!!!

Kapten Zhang mengutuk-ngutuk dan menyumpah serapah dalam hati karena bibirnya tiba-tiba sudah dibungkam dengan ciuman.

Panas dan ganas seperti srigala liar.

To be continued

Ayo vote buat kapten Zhang 😀

Salam Langlangding 💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro