Action 25 (End)
Malam itu hujan datang dengan cepat dan pergi dengan cepat. Saat Gong Jun memasuki kamar bersama mereka di lantai dua rumah pantai, hujan sudah hampir reda sepenuhnya, namun udara memiliki bau tanah dan air hujan. Zhehan sudah pergi tidur lebih dulu sejak satu jam lalu, mungkin dia kelelahan seharian berenang dan berjalan-jalan di pantai. Gong Jun membuka pintu kamar perlahan-lahan dan menemukan Zhehan sedang tidur.
Gong Jun mencoba untuk diam, tetapi meskipun telah berusaha sekuat tenaga, Zhehan tetap terbangun.
"Pukul berapa ini, kenapa baru tidur?" Zhehan memanggil Gong Jun ke sisinya. Gong Jun naik ke tempat tidur, berbaring di samping Zhehan, dia menarik selimut.
Dia mendorong dirinya lebih dekat ke leher Zhehan, berpura-pura tidak bersalah sambil dengan rakus menghirup sebanyak mungkin aroma khas Zhehan.
"Aku mengurus beberapa persiapan," ia berbisik di telinga Zhehan.
"Persiapan?"
"Kau bilang ingin pergi bulan madu kan?"
Zhehan melirik, pikirannya masih berkabut. "Kapan aku bilang?"
Gong Jun mendesis pelan, "Kau ini, pelupa sekali. Aku sudah berniat mengajakmu berlibur dengan yacht."
Zhehan kini tersenyum, melingkarkan lengan ke tubuh Gong Jun. "Aku tidak sabar. Berapa lama?"
"Hanya beberapa hari, mungkin. Sampai sepupuku dan pacar konyolnya yang mengganggu itu angkat kaki dari rumah pantai."
"Lainkali jangan biarkan orang-orangmu mengganggu seenaknya," Zhehan merengut.
"Mau bagaimana lagi. Terlebih aku juga ingin memastikan kau tetap aman dan tidak kekurangan. Jika kau pergi sendiri tanpa aku, aku ingin bodyguard menemanimu kemana pun."
"Berlebihan," Zhehan bergumam, menyeringai sinis.
"Kau pikir aku kucing peliharaan yang tidak bisa melindung diri sendiri?"
"Yah, di mataku nyaris seperti itu," Gong Jun terkekeh dibalas pukulan ringan di bahunya oleh tangan lembut Zhehan.
"Menyebalkan!"
Sesaat Gong Jun seperti teringat sesuatu, dia melebarkan mata dengan ekspresi terkejut.
"Zhehan," gumamnya serius.
"Ada apa? Kau membuatku takut."
"Kau tidak mabuk laut kan?"
Tercengang, Zhehan mendelik kesal, memukul bahu Gong Jun lebih keras lagi.
"Kau benar-benar menyebalkan. Kau pasti membayangkan aku muntah-muntah kepayahan seperti wanita hamil."
Tawa kecil Gong Jun mengisi kesunyian kamar itu. Dia sangat senang menggoda Zhehan dan menikmati pertunjukkan kekesalannya yang imut.
Waktu hampir lewat tengah malam saat mereka berhenti berbicara hal-hal kacau dan tidak penting. Akhirnya Gong Jun membelai bahu Zhehan saat dia berbisik pelan, "Selamat malam."
Zhehan menghentikan gerakannya, pupil hitamnya berkilauan, menunggu dalam kegelapan. Memandang Gong Jun dari dekat dalam momen romantis untuk ke sekian kalinya, dia tidak peduli dengan pekerjaan, uang, juga tidak menginginkan eksistensi semula yang terkenal sebagai detektif handal. Dia benar-benar telah melupakan dunia dengan segala ketidakadilannya.
Jika seseorang bertanya tentang hobinya, kemungkinan besar dia akan menjawab hobinya sekarang adalah memandangi Gong Jun. Itu menjadi rutinitasnya setelah Zhehan menyadari perasaannya terhadap Gong Jun dan bersedia pergi bersama kemana pun.
Di sisi lain, Gong Jun tidak perlu lagi waspada terhadap Zhehan, jadi mereka selalu benar-benar santai selama tidur.
"Selamat malam," Zhehan balas berbisik. Kepalanya sedikit miring ke samping, memperlihatkan bagian dari leher putih gadingnya yang indah. Gong Jun membayangkan betapa menyenangkannya menenggelamkan bibirnya ke dalam leher yang lembut itu.
Tapi ini sudah malam, Zhehan juga kelelahan. Lagipula masih ada waktu yang panjang buat mereka. Membuang fantasinya, dia menarik selimut dengan lembut menutupi leher Zhehan yang terbuka.
Malam itu, Zhehan bermimpi. Dia bermimpi berada di tepi hutan, suara debur ombak terdengar samar-samar. Jelas ini adalah salah satu hutan di sekitar pantai Amagansett.
Dia melihat Gong Jun berdiri tegak di depan sebuah pohon besar yang penuh dengan sulur menjuntai. Berdiri membelakanginya.
"Jun.."
Zhehan memandangnya dengan penuh antisipasi. Gong Jun tiba-tiba menoleh kepadanya dan tersenyum. Sebelum Zhehan sempat bereaksi, tubuh Gong Jun bergerak lari menjauh. Segalanya menjadi kacau balau, Zhehan mengejar dan memanggil-memanggilnya tetapi seolah-olah pendengaran pemuda itu membeku, dia melewatinya begitu cepat. Menuju ke arah pantai.
Mata Zhehan dipenuhi air mata, dia ingin terus menerus memanggil Gong Jun, tetapi untuk beberapa alasan dia tidak bisa mengeluarkan satu suku kata pun.
Zhehan terbangun dari mimpinya dengan perasaan tidak tenang, air mata mengalir dari sudut matanya.
Hari sudah pagi dan ia bangun sendirian di tempat tidur. Jantung Zhehan bergetar, dia bergegas turun dari tempat tidur dan berlari keluar kamar tanpa alas kaki. Dia sedang terburu-buru, hampir menabrak seseorang saat dia berlari.
Gong Jun duduk di kursi santai di tepi kolam renang yang berada di halaman samping rumah pantai dengan secangkir kopi di tangan, di sampingnya ada meja dengan beberapa piring berisi camilan dan cake. Wajahnya sudah cukup segar, dia pasti sudah mandi lebih dulu.
"Ada apa?" Terkejut, Gong Jun menatap kekasihnya yang berdiri kaku.
Ada beberapa pasang mata menatap mereka, termasuk Zhou Ye dan Wen Yuan.
Saat itu Zhehan menyadari betapa anehnya dia bertindak. Dia berdehem dengan batuk beberapa kali dan menyeka air mata yang masih ada di wajahnya, menggelengkan kepalanya, dia berkata, "Tidak ada. Aku hanya bermimpi buruk."
Zhehan menghambur ke pelukan Gong Jun yang segera menaruh cangkir kopinya di meja. Berdesakan dalam kursi santai, keduanya berpelukan erat. Tubuh Zhehan agak dingin, mungkin dia benar-benar ketakutan.
"Aku bermimpi kau pergi," bisik Zhehan.
"Tidak mungkin," suara Gong Jun mengalun pasti.
"Aku tahu itu. Tapi kenapa bisa bermimpi."
"Kau terlalu lelah kemarin. Sudahlah.." dia menepuk lembut bahu Zhehan. Menghiburnya. Pemuda cantik itu tidak berhenti sampai di situ, dia mendongak sambil berkata.
"Cium aku."
Ciuman di pagi hari adalah salah satu penawar mimpi buruk. Oh, itu sudah pasti aktivitas yang selalu diinginkan Gong Jun. Dia tersenyum licik dan keduanya mulai berciuman penuh semangat.
"Astaga..." Wen Yuan mengangkat telapak tangan ke wajahnya.
Zhou Ye bertahan untuk terus menyaksikan tapi mulutnya terbuka. Sementara Rocky meluncur turun dari pangkuannya.
Nasib beberapa penjaga juga tidak jauh berbeda. Ini pertunjukan bagus yang seringkali tidak terduga.
"Apa kita harus tepuk tangan?" bisik seorang penjaga.
Di sisi lain, Wen Yuan berkata pada Zhou Ye, "Bagaimana kalau kita meniru mereka?"
Gadis itu mendengus, "Diam kau.."
💙💙💙
Menjelang siang, sesudah acara sarapan dan minum kopi di tepi kolam, Gong Jun mulai mengeluarkan dua koper besar dari dalam kamar ketika Zhou Ye bergabung dengannya dengan Rocky dalam pelukan.
"Kau mau pergi?" gadis itu melongo melihat dua koper besar itu. Apa yang dibawa seorang pria saat bepergian? Gong Jun kini lebih mirip dengan ayah yang kerepotan dibanding sebelumnya yang sangat praktis dan bepergian dengan tangan kosong. Yang terpenting adalah dompet dan uang.
"Aku akan mengadakan perjalanan bersama Zhehan dengan yacht pribadi."
Gong Jun menarik laci dan mengambil sebuah dasi, meletakkannya di dekat dadanya untuk melihat apakah cocok. Dia akan memakainya, tetapi dia berhenti ketika dia mendapatkan sebuah ide. Berbalik, Gong Jun memanggil Zhehan yang tengah berada di ruang samping kamar menonton televisi.
Zhehan mengesampingkan acara tv dan camilan lalu berjalan ke arah Gong Jun, membantunya mencocokkan dasi.
"Kau tidak mengajakku?" Zhou Ye menarik ujung kemeja Gong Jun.
Zhehan melayangkan tatapan sinis yang segera dimengerti Gong Jun. Dia tidak ingin diganggu siapapun, dan Gong Jun pun tidak mau ambil resiko dengan menghadapi sikap uring-uringan pria cantiknya.
"Tempat itu tidak cocok untukmu." Gong Jun terkekeh.
"Kenapa?"
"Sudahlah," Zhehan menyela. Memutar bahunya, dia menghadap ke arah Zhou Ye.
"Aku dan Jun sudah mengalah dengan membiarkan kalian pacaran di rumah pantai ini. Sekarang jangan ganggu acara bulan madu kami. Bersenang-senang saja di sini sampai aku mengusirmu."
Mendengar gerutuan Zhehan ekspresi genit muncul di wajah Zhou Ye.
Menempatkan tangannya di bahu Gong Jun, dia berkata sambil menyipitkan matanya, "Apakah kalian pernah memiliki video rekaman seksual di rumah ini?"
"Apa?" Zhehan membuka lebar matanya karena terkejut.
"Maksudmu, kau dan Wen Yuan akan meniru gaya kami?" sergah Zhehan.
Zhou Ye melihat ekspresi terperangah pemuda itu dan tertawa kecil, melepaskan cengkeramannya di bahu Gong Jun dan berkata, "Aku hanya menggodamu. Permainan kalian pasti tidak asyik. Kalian akan lebih berfantasi di tempat baru nanti."
Wajah Zhehan benar-benar merah, dia melihat Gong Jun hanya tersenyum santai dan membungkuk untuk mengambil sepasang sepatu dan entah bagaimana, dia menyadari tempat seperti apa yang akan dikunjungi mereka berdua.
💙💙💙
Menjelang siang, mobil yang dikemudikan supir Gong Jun menurunkan mereka di bagian pantai yang merupakan dermaga tempat mereka naik perahu kecil. Setelah sekitar seperempat jam, mereka sampai di yacht pribadi milik Gong Jun. Meski pun Gong Jun pemilik aslinya, tetapi Zhang Zhehan berjalan di depan dengan gaya. Para penjaga membiarkan dia lewat dengan segera. Tak lama Zhehan berbalik dan memegang tangan Gong Jun, menggenggamnya. Para penjaga secara alami menundukkan kepala dan membiarkan mereka lewat.
Ketika yacht mulai bergerak membelah perairan biru tua, waktu sudah lewat tengah hari. Meski begitu suasana terang oleh lampu di dalam yacht. Lampu kristal kuning berkilauan. Siluet meja panjang dan gerak gerik para pelayan bisa dilihat melalui jendela, Zhehan percaya mereka sedang menyiapkan hidangan istimewa untuk makan siang romantis dirinya dengan Gong Jun.
Selesai makan siang sepasang kekasih itu berdiri di anjungan menikmati hembusan angin laut. Warna biru tua semakin memudar di kejauhan dan menyatu dengan garis langit.
"Kemana kita akan pergi? Apa ada pulau romantis yang biasa kau kunjungi untuk liburan?" Zhehan menatap jauh ke hamparan lautan, titik-titik camar melayang di atas tebing karang jauh di selatan mereka.
"Kau membayangkan aku membawa liburan orang lain selain dirimu?" Gong Jun balik bertanya memancing kecemburuan Zhehan. Dan berhasil. Tiba-tiba saja Zhehan memikirkan tentang petualangan cinta Gong Jun sebelum berjumpa dirinya. Walau pun Jun pernah menyatakan bahwa dirinya adalah cinta pertamanya tetapi siapa yang akan percaya bahwa tak ada pria atau wanita yang tergila-gila pada Gong Jun.
Bibir tipis seindah mawarnya mulai merengut.
"Aku akan memberimu kejutan manis," Jun menyadari perubahan air muka Zhehan dan mulai tersenyum menggoda.
"Kejutan apa lagi?"
"Tapi sebelum itu, aku ingin mengatakan sesuatu. Aku sudah mengkhayalkan ini sejak lama, tentang bercinta di atas laut."
Wajah Zhehan menghangat di bawah tiupan angin laut yang menggeletarkan rambut dan pakaiannya. Lengan nakal Gong Jun mula bergerak melingkari pinggang ramping Zhehan, menariknya dalam pelukan.
"Kamar kita pasti sudah siap, ayo..." dia mencium ujung telinga Zhehan membuat pria cantik itu mengendikkan bahunya geli.
"Nakal," gumamnya.
Mereka meninggalkan anjungan dan langsung masuk ke kamar tidur luas dan indah serta mulai bergulung di tempat tidur, memikirkan bercinta di atas laut membuat keduanya nyaris gila karena merasa romantis dan bahagia. Tidak sabar, mereka saling melepaskan pakaian masing-masing, melemparnya ke sembarang arah. Karena masih siang hari, khawatir penjaga di luar mendengar suaranya, Zhehan dengan putus asa menahan erangan yang ditimbulkan oleh perasaan menyenangkan dan juga menyakitkan yang menembus otaknya. Sepenuhnya mereka menyadari sensasi yang sangat berbeda, saling merangkul erat dan lupa dimana mereka berada. Bahkan jika yacht itu dihantam badai, keduanya mungkin akan tenggelam sambil menikmati kesenangan.
Gong Jun tidak memberi jeda sedikit pun namun di pihak Zhehan, meski pun sedang ditembus sampai merasa melayang bersama camar-camar di udara, dia masih bisa merasakan bahwa Gong Jun lebih bergairah, lembut dan erotis.
Setelah keduanya meraih puncak kenikmatan, perasaan intim yang indah tak tertandingi membuat keduanya berpelukan dalam damai. mendengarkan suara nafas satu sama laun. Atmosfir meluap dengan kehangatan yang romantis. Gong Jun memandang tepat pada iris mata Zhehan yang cantik, sangat cantik hingga tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
"Akhirnya perjalanan bulan madu yang luar biasa bukan?" Suara Gong Jun penuh dengan kelembutan dan cinta. Pada momen kebahagiaan ini Zhehan benar-benar berpikir bahwa Gong Jun adalah pilihan yang tepat.
"Berapa lama kita akan hidup damai seperti saat ini?"
"Sampai kita siap kembali ke dunia berisik dan penuh intrik yang kita tinggalkan di belakang."
"Bagaimana dengan bisnismu?"
"Wen Yuan akan mengurusnya."
Senyum menawan Gong Jun membungkam keraguan di benak Zhehan. Sang pria cantik memberikan persetujuan dengan anggukan yang seketika dihadiahi ciuman lembut dari Gong Jun.
Sepasang kekasih itu tertidur beberapa lama dan ketika Gong Jun bangun lebih dulu, dia mengintip keluar jendela. Langit mulai berwarna merah tua, ungu dan keemasan menandakan hari telah senja. Dia menoleh pada Zhehan, menciumnya hingga pria cantik itu terbangun dan berkata, "Sebentar lagi kita sampai."
"Di mana?" Zhehan membuka matanya linglung.
"Ayo kita berpakaian dan melihat keluar."
Matahari tenggelam ke dalam laut, angin pun bertiup semakin kencang.
Zhehan tidak mendengar suara selain desauan angin dan pekik camar di kejauhan. Warna angkasa kini berbaur merah keunguan mendekati indigo dan yacht itu cemerlang oleh lampu-lampu kristal. Indah dan menyendiri di bawah langit senja.
Mereka berdiri menatap ke depan hingga satu bayangan hitam tiba-tiba muncul seolah datang dari bawah air.
"Zhehan, lihat di sana." Gong Jun menunjuk lurus ke depan.
Zhehan hanya melihat keremangan pada awalnya, dan jejak merah sisa matahari di atas air tapi dia mencari ruang di mana Gong Jun menunjuk sampai ia menemukan sosok hitam rendah memecah kemilau cahaya di atas ombak.
Saat Zhehan menyipitkan mata ke dalam kegelapan, siluet menjadi lebih detail bentuknya perlahan menjadi segitiga tak beraturan dengan satu sisi mengikuti lebih panjang dari yang lain sebelum tenggelam ke dalam gelombang. Yacht mendekat, dan mereka bisa melihat garis luarnya dipenuhi barisan pepohonan, bergoyang karena angin malam.
Rupanya itu sebuah pulau kecil muncul dari air di depan mereka, melambai dengan daun palem, pantai yang bersinar pucat di bawah sinar senja.
"Di mana kita?" Zhehan bergumam heran saat dia mengubah arah, menuju ke ujung utara pulau.
Gong Jun tersenyum lebar yang bersinar di keremangan merah dan jingga warna langit senja.
"Kita telah tiba di Zhehan island."
Laju yacht perlahan melambat secara dramatis, ombak cukup tenang dan keheningan yang mengikutinya sangat dalam. Tidak ada apa-apa selain ombak, yang menyapu pinggiran yacht dengan ringan, dan desiran angin. Udaranya hangat, lembab, dan harum - seperti uap yang tertinggal dari kolam air panas.
"Zhehan island?" Zhang Zhehan bergumam rendah.
"Hadiah dariku untukmu." Gong Jun mengumumkan penuh kebanggaan.
Hadiah. Siapa yang memberi pulau sebagai hadiah? Zhehan mengerutkan kening. Tidak mengerti kemurahan hati Gong Jun yang ekstrim.
Gong Jun merentangkan lengan menikmati hembusan angin dan kemudian berbalik, tersenyum lebar pada Zhehan. Senyuman yang sempurna saat dia meraih sang kekasih dalam pelukan.
"Kau tidak senang?" tanyanya pada pria cantik yang masih terdiam melamun.
"Terlepas dari hadiah apapun, aku masih tidak percaya kau menginginkanku hingga sejauh ini."
Zhang Zhehan bergumam terharu sekaligus sedih. Melalui hubungan ini dia bisa mempelajari makna perasaan mencintai dan kesetiaan serta kebaikan hati yang ditimbulkan oleh cinta. Meski pun pemahaman keduanya sedikit berbeda, tetapi seiring berjalannya waktu mereka akan lebih saling memahami satu sama lain. Dan mereka memiliki waktu seumur hidup.
Untuk beberapa saat warna senja menyingkap sisi pulau yang tumbuh seperti hutan, dan kemudian Zhehan bisa melihat cahaya lebih terang di depan. Saat itu ia menyadari bahwa cahayanya adalah sebuah rumah besar- dua kotak yang terang dan sempurna itu lebar dengan kilau lampu benderang.
"Apakah itu sebuah rumah pantai?" tanya Zhehan, sesak nafas oleh kejutan demi kejutan.
"Ya. Aku sudah menyiapkannya sejak dulu khusus bagi siapa pun yang cukup beruntung menjadi kekasihku. Aku selalu memikirkan siapa seseorang itu, dan jawabannya adalah kau."
Mereka mengunci tatapan di bawah lembayung keemasan, membiaskan bercak terang di permukaan lautan.
"Kau seorang kekasih yang romantis dan dermawan. Terima kasih Jun."
Zhang Zhehan mengembangkan senyuman terbaiknya yang terbingkai oleh cahaya senja. Keindahan wajahnya sungguh tidak mudah untuk ditanggung oleh siapapun yang berhati lemah.
Gong Jun balas tersenyum dan menunjuk pada rumah di kejauhan itu, berkata penuh nada menggoda,
"Setelah makan malam, kita bisa duduk di depan perapian di sini dan minum sampanye terbaik."
Zhehan mengangguk dalam binar bahagia, berpikir tentang betapa indahnya itu, hanya mereka berdua, di sini, di dunia kecil mereka yang sempurna ini, di bawah cahaya langit senja di mana awan dan angin membungkam dunia luar.
Betapa jauhnya rasanya dari kehidupan mereka sebelumnya yang penuh dengan intrik dan kepalsuan. Kini mereka memiliki waktu sepenuhnya untuk berbahagia selamanya. Menatap matahari terbit di awal hari, hingga matahari terbenam dalam hidup keduanya.
💙💙💙
Hidup terkadang seperti lautan. Terkadang tenang dan diam, terkadang kasar dan bergelombang.
Tetapi pada akhirnya
Itu adalah sesuatu yang indah.
SEVEN DAYS AT THE BEACH HOUSE
END
A/N : Akhirnya story ini kelar juga. Makasih banyak buat Langlangding Family yang always dukung Shenshen yang suka moody dan php ini. Mwehehee...
Semoga suka yaa dengan ceritanya. Maaf jika masih banyak kekurangan atau ending tidak memuaskan. Doain aza moga aku makin rajin nulisnya.
Semoga cp Junzhe kesayangan kita semua semakin sukses dan bahagia. Especially Hanhan, hope he's always stay strong, safe, and healthy.
Love you Hanhan 💙
I'll be waiting until you rise again.
Bye bye
Love Shenshen_88
❤❤❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro