Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Action 24

Saat ini mulai menginjak musim gugur di September yang berawan. Mereka kembali ke rumah pantai. Menghabiskan hari demi hari penuh kedamaian dan kebahagiaan yang mungkin tidak akan mereka jumpai di luar rumah dan kawasan pantai Maganset yang indah.

Kebahagiaan yang sempurna, seperti dalam mimpi.

Gong Jun dan Zhang Zhehan.

Pagi di awal September, setelah Gong Jun menyelesaikan beberapa urusan pekerjaan di luar kota, keduanya minum kopi di taman berbunga yang merupakan salah satu bagian terbaik rumah pantai itu. Duduk di sofa rotan berlapis busa lembut, memperlakukan taman seolah itu adalah kafe. Alunan musiknya adalah deburan ombak di kejauhan dan beberapa ekor burung yang mulai bernyanyi dengan nada menyenangkan hati.

"Kau tampak kelelahan akhir-akhir ini," Zhehan duduk merapat, menyandarkan kepala pada bahu Jun.

Gong Jun menyeringai mendengar suara khas itu, meski dimaksudkan untuk kepedulian, tapi nada datar dan acuh tak acuhnya masih ada di sana, hanya jejak samar namun membuat Gong Jun gemas setiap kali mendengarnya. Dia mengelus bahu Zhehan, meremasnya lembut.

"Aku bekerja keras untukmu," dia menyentuh kepala Zhehan dengan bibirnya.

"Kedengarannya bohong," Zhehan mendongak dari cangkir kopinya, "Kau lebih banyak menghamburkan uang daripada aku."

"Mulai sekarang tidak lagi. Aku memiliki seseorang yang agak merepotkan sekarang," dia mengedipkan sebelah mata, kebiasaan barunya setelah berjumpa dan jatuh cinta pada Zhehan.

"Penipu, kau akhirnya mengakui kalau aku menyusahkanmu. Baiklah, jadi mulai sekarang aku harus pergi? Berdoa saja agar kepolisian masih bisa menerimaku kembali," merengut, menaruh cangkir terburu-buru, Zhang Zhehan mundur dari posisi mesranya dan duduk tegak.

Gong Jun tertawa geli, lengan panjangnya terulur menyentuh leher Zhehan yang segera mengendikkan bahunya.

"Ayo cium aku," gumam Gong Jun.

"Tidak mau!"

"Apa yang aku katakan benar-benar tidak termaafkan?" suaranya mengayun lembut dan menggoda mantan kapten cantiknya.

"Kau menyebalkan," Zhehan memutar bola mata.

"Ah, kaptenku yang cantik. Ini sudah sekian lama kau dan aku bersama. Tapi masih saja pemarah.."

Menarik kembali bahu Zhehan dalam pelukannya, kali ini pemuda itu tidak menolak meski bibir indahnya masih menekuk. Dia kembali bersandar di pelukan Gong Jun yang menenangkan, menjanjikan perlindungan, mencintainya untuk selamanya. Setelah berciuman sekian detik, Zhehan bisa melihat dari dekat sorot mata Gong Jun, bening dan penuh ketulusan.

Sebenarnya, Zhehan merasa iba pada kekasihnya. Gong Jun terlihat lebih sibuk akhir-akhir ini. Kadangkala ia berpikir untuk kembali ke kesatuan tetapi dengan tegas Gong Jun melarang. Dia lebih setuju jika Zhehan terjun ke dunia bisnisnya alih-alih menjadi polisi dan berurusan dengan beragam penjahat tengik. Gong Jun tidak bisa menghadapi konsekuensi terburuk. Siapa yang tahu akan ada penjahat cabul menodai Zhehannya yang sudah dia anggap keramat.

"Aku tahu kau khawatir padaku," gumam Gong Jun.
"Tapi aku bisa mengatasinya. Kau hanya perlu berbaring di pelukanku dan percaya bahwa kita memiliki masa depan berdua."

Zhehan mengembangkan senyum tipis penuh emosi beragam, akan menjadi sebuah dusta kalau dikatakan dia tidak menyesali hal pahit bahwa perjumpaan mereka bisa dikatakan terlambat, dengan cara yang berliku pula. Walau pada akhirnya saling bertemu dan melengkapi. Zhehan menyesal mengapa tidak dipertemukan dengan Gong Jun lebih awal. Tapi, cinta memang akan datang pada waktunya bukan?

"Aku mencintaimu," dia berbisik diantara desir angin dan kicauan burung. Gong Jun tersenyum tipis, seolah sedang menunggu kalimat mesra yang berikutnya. Tapi Zhehan tidak berkata apa-apa lagi.

Kaptennya ini memang agak pelit menyatakan cinta.

Dia menggelengkan kepala, tersenyum miring dan meraih cangkir kopinya. Tak ada lagi kata cinta yang bisa diungkapkan. Hanya cukup dirasakan.
Mereka berdua tahu itu.

"Aku ingin pergi ke pantai," Zhehan menggosok-gosokkan pelipis ke bahu Gong Jun.

"Baik," satu ciuman kembali mendarat di kening Zhehan.

Mereka beranjak meninggalkan taman, memilih satu sepeda motor besar milik Gong Jun dan pergi ke pantai berboncengan. Satu mobil berisi dua orang anak buah Gong Jun mengikuti dari belakang. Hanya perlu sepuluh menit untuk tiba di sana. Satu bagian pantai ini pada dasarnya adalah private beach jadi sepi di sana. Gong Jun mengatur dua orang bawahannya untuk menyiapkan kursi pantai, satu payung besar, dan satu box minuman dingin.

Zhang Zhehan melepas sepatunya, melompat dan berlari di atas pasir yang lembut. Angin di sini terasa hangat bahkan di pagi hari. Serasa ada yang menggelitik saat angin bertiup menerpa wajahnya. Zhehan bermain di air biru dengan sedikit bayangan berwarna turquoise. Sekawanan camar terbang beriringan di kejauhan, di atas ombak biru yang berdebur, berputar dan menghempas di pantai, merendam kaki Zhang Zhehan yang terisap pasir.

Awan mengelilingi cakrawala, tetapi sepetak besar warna biru terlihat di tengah. Zhehan berlama-lama duduk di pantai selama angin hangat bisa membuatnya nyaman. Gong Jun duduk di sisinya dan Zhehan menggenggam tangannya erat, takut jika dia pergi lagi, dan warna biru di langit pun akan hilang. Beserta semua kebahagiaan.

Tahun-tahun sebelumnya, Zhang Zhehan sudah sering ke pantai di sekitar Long Island selama musim panas, garis pantai yang melengkung seperti bulan sabit yang panjangnya tidak asing baginya. Meski begitu, pantai Amagansett masih menakjubkan. Airnya berwarna biru gemerlap, bahkan di bawah sinar matahari, berpuncak putih dan naik-turun ke pantai berbatu abu-abu.

Pulau-pulau muncul dari perairan dengan sisi tebing terjal, mencapai puncak yang tidak rata, dan dimahkotai dengan pohon cemara yang menjulang tinggi. Pantai hanya memiliki batas tipis pasir yang sebenarnya di tepi air, setelah itu tumbuh menjadi jutaan batu besar dan halus yang tampak putih keperakan dari kejauhan.

Ada angin kencang yang datang dari ombak, dingin dan asin. Bangau putih melayang di atas ombak sementara burung camar dan seekor elang terbang di atas mereka. Awan masih mengelilingi langit, mengancam untuk menyerang kapan saja, tetapi untuk saat ini matahari bersinar dengan berani di lingkaran langit birunya.

Keduanya memejamkan mata sejenak kemudian membukanya lagi dan menatap pada hamparan biru tanpa batas. Ada perasaan yang sulit dilukiskan ketika menyatu dengan alam. Perasaan soliter yang menenangkan, jauh dari keramaian dan melupakan di dunia mana mereka hidup dan berada.

"Bagaimana kalau kita berselancar?" Gong Jun membaringkan tubuh di atas pasir, awan putih berarak membayang di mata gelapnya.

"Tidak mau. Kita berenang saja," Zhehan ikut berbaring di samping Gong Jun.

Senyum tipis terbentuk di bibir Gong Jun, dia teringat satu kilasa peristiwa dan tidak tahan untuk mengungkitnya.

"Apa kau bisa berenang? Mungkin kau sudah lupa bagaimana saat kau tenggelam saat berusaha melarikan diri dari sekapan di rumah pantai."

Peristiwa memalukan itu mengusik kembali memori Zhehan, dia merasa tidak nyaman, kekesalannya tiba-tiba naik dan ia mencubit lengan Gong Jun sekuat tenaga.

Gong Jun memekik. Baru tersadar akan ucapan tidak hati-hati yang mengacaukan mood kekasihnya.

"Ah tolong ampuni hamba," Gong Jun bangun dari posisinya dengan wajah ngeri.

"Baiklah, ayo kita berenang. Lagipula jika kau tenggelam, ada aku yang akan menyelamatkanmu," Gong Jun mengulurkan tangan pada Zhehan untuk membantu menariknya bangun.

"Akan lebih menyenangkan jika kita menikmati waktu luang seindah ini bersama beberapa orang teman atau saudara," Zhehan bergumam, perlahan bangun dibantu Gong Jun. Menatap lagi keindahan di hadapan mata, bibir merahnya tersenyum.

"Kau bicara tentang memiliki anak?" Gong Jun mulai berpikir sedikit jauh, menangkap keingin samar yang terpancar dari suara Zhehan tentang membuat sebuah keluarga.

Zhehan tertawa kecil sambil menggeleng, "Tidak mungkin. Aku laki-laki dan tidak mungkin bisa hamil dan melahirkan anak."

"Ah," Gong Jun menjentikkan dua jari di samping wajahnya.
"Bayangkan jika kau bisa hamil dan melahirkan. Anak kita pasti sudah mencapai belasan. Aku menidurimu setiap hari."

Wajah Zhehan memerah mendengar ucapan tidak tahu malu itu. Dia bersiap mendaratkan satu cubitan keras lagi tapi Gong Jun lebih waspada sekarang.

"Wow, kau semakin menakutkan sayang,"Gong Jun pura-pura terkesiap, dengan rambut hitam dan mata hitamnya, tampak seperti bajak laut yang tahu dia bisa mencuri apa pun yang dia inginkan dan lolos begitu saja.

“Aku tidak tahu harus berkata apa, kau semakin cantik kalau sedang marah. Dan mungkin jauh lebih seksi dan liar. Aku jadi ingin bercinta denganmu sekarang juga."

Di tempat terbuka? Yang benar saja!

Zhang Zhehan menggeram.

"Gong Juuunnn....!"

Gong Jun berlari kecil ke tengah, disambut ombak kecil bergelombang dengan garis tipis putih. Di belakangnya Zhehan mengejar, dalam sekejap keduanya masuk ke dalam air sejuk dan basah bersama.

Dua penjaga malang yang berjaga di mobil dan selesaikan menyiapkan keperluan piknik mereka hanya berdiri bengong, saling berpandangan dengan bingung melihat boss mereka bertingkah seperti anak kecil bersama kekasih cantiknya yang sulit diatasi.

Sepanjang hari itu adalah waktu yang menyenangkan buat mereka berdua. Tetapi bagian terburuknya hadir di penghujung hari. Ketika mereka kembali ke rumah pantai, ada satu sedan Audy hitam terparkir di halaman. Zhehan tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat ke dalamnya, mobil itu kosong.

"Astaga, aku punya firasat buruk," Gong Jun mengomel, setengah mendesah.

Zhehan awalnya tidak paham sampaj satu sosok yang dikenalnya muncul dari dalam rumah, membungkuk ringan di depan mereka.

"Boss."

Gong Jun memutar bola mata, "Wen Yuan, apa yang kau lakukan di sini? Aku tidak memintamu untuk datang."

"Maaf boss, Zhou Ye memaksaku untuk berakhir pekan di sini. Dia bilang kau pasti tidak akan keberatan."

"Aiisshh...  Gadis bawel itu," Gong Jun melirik galak dibalas senyuman bodoh dari Wen Yuan.

Zhehan tidak bisa menghentikan kesuraman yang menyelimuti wajahnya saat menyadari bahwa kebahagiaan dan malam-malam romantis mereka akan terusik pasangan yang baru datang. Entah berapa lama ia harus menunggu sebelum semuanya kembali normal.

"Tidak apa-apa sayang, kita biarkan saja mereka mengintip acara bercinta kita yang panas," melingkarkan lengan ke bahu Zhehan, Gong Jun membimbing kekasihnya berjalan masuk meninggalkan Wen Yuan yang berdiri bengong dengan wajah diselimuti rasa malu dan bingung.

Suara ceria Zhou Ye dan gonggongan anjingnya yang menyebalkan membuat Zhehan seketika diserang sakit kepala.

Dia berbisik putus asa pada Gong Jun, "Jun, bagaimana jika kita pergi berlibur ke tempat yang jauh lebih indah dan romantis?"

"Hmmm, jika kau inginkan."

"Aku ingin menikmati keindahan laut dan pantai, itu mengingatkanku pada awal mula kisah cinta kita."

Gong Jun tersenyum, mereka tiba di ruang tengah dan duduk di sofa.

"Aku juga ingin pergi berlibur, membawamu jauh dari dunia luar, hanya akan menjadi milikku seorang."

"Kau sudah memikirkan ini?" mata Zhehan berkerlip oleh antusiasme.

"Aku memiliki yatch pribadi. Bagaimana jika kita berkeliling selama beberapa hari. Ngomong-ngomong, kita belum pernah bercinta dalam kapal laut bukan?" Gong Jun terkekeh licik.

Zhehan mencibir tipis, agak jengah  tapi kemudian ia tersenyum bahagia. Akhir-akhir ini sangat mudah untuk membuat Zhehan bahagia.
Ini adalah kemenangan terbesar Gong Jun selama dua puluh tujuh tahun hidupnya.

🏖🏖🏖

To be continued

Oke deh satu perjalanan romantis lagi yaaa buat cp kesayangan kita.

Don't miss it 💙

Please vote and comment

Salam Langlangding 💙




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro