Action 23
Datanglah padaku cintaku
Rasa sakit perpisahan tak tertahankan
Berjanjilah padaku kau akan tetap tinggal
Siapa yang tahu apa yang akan terjadi besok?
Aku hanya memiliki momen ini untuk hidup
Kau memiliki seluruh bagian diriku
Bahwa tanpamu tidak ada semangat dalam hidup
Aku di sini, sendirian
Hanya dengan bayangan warna-warni dari mimpiku untuk menemaniku
Tapi aku merasa mabuk saat kau bersamaku
Aku mendengar bisikan bahkan dalam keheningan
Kini setelah bersama
Jangan kau hancurkan keyakinanku pada cinta
💙💙💙
Angin semilir menyelinap lewat jendela membelai wajah Zhang Zhehan, meniup titik peluh di dahi dan lehernyanya. Dia terbangun, melebarkan mata jernihnya memandang langit-langit kamar. Jari telunjuknya menelusuri bibirnya sendiri. Dia mengenang sensasi menyegarkan yang menyebar di sepanjang giginya berulang kali. Manis dan lembut, bercampur dengan rasa dingin yang menyegarkan jejak dari ciuman Gong Jun dan hawa nafasnya yang beraroma mint.
Zhehan merasa bahagia tak terkendali, itu seperti mimpi yang menjadi kenyataan, dia tidak bisa mempercayainya. Gong Jun telah kembali, mendekap erat dalam pelukannya. Seolah-olah mimpi seumur hidup menjadi kenyataan dalam sekejap, dia sangat bahagia dan terharu sehingga dia tidak tahu harus berbuat apa.
Zhang Zhehan berbalik menghadap jendela kamar dengan tirai yang telah terbuka. Awan bergumpal di angkasa biru nan luas, seperti kapas lembut yang bersinar di timpa sinar matahari pagi. Semua ketidaknyamanan dan kecemasan yang dia rasakan selama ini telah hilang, semuanya menjadi manis. Bahkan tawa mengejek Gong Jun mau pun kedipan genitnya terasa menyenangkan sekarang, semua ingatan buruk yang dia miliki tentang hari-hari di awal perkenalan menjadi kesenangan dalam sekejap.
Di bawah angin semilir, Zhang Zhehan bahkan kembali bermimpi.
Mungkin sama untuk setiap jiwa yang jatuh cinta. Selalu membenci diri mereka sendiri yang terlalu banyak berpikir, dan saat bersamaan tidak bisa menahan diri untuk mengkhayalkan momen-momen manis yang akan datang. Enggan untuk berpisah dengan satu peluang harapan dari sejuta itu, bahkan mengetahui dengan sangat baik bahwa dia sedang memimpikan hal yang mustahil. Ini menggambarkan keadaan emosi Zhehan saat ini dengan sempurna.
Derik pintu terbuka mengusik imajinasinya yang mulai berkembang dan Zhehan kembali membuka mata.
"Kau sudah bangun?" suara lembut Gong Jun menelusup indra pendengarannya. Terdengar bagai bunyi-bunyian dari surga.
"Hmmm..."
"Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Kuminta si penjaga villa menyiapkan semuanya. Bangun dan pergilah mandi sekali lagi."
Langkah kaki Gong Jun datang mendekat.
"Sekali lagi?" Zhehan mengedip-ngedipkan mata indahnya.
"Ya, aku telah membawamu ke Jacuzzi pagi-pagi sekali untuk mandi air hangat bersama. Tapi kau masih sangat mengantuk dan lemas, kau tertidur sepanjang acara mandi. Jadi kubawa kau kembali ke tempat tidur," Gong Jun terkekeh pelan, lipatan bibirnya tiba-tiba terbentuk menunjukkan rasa kecewa.
"Awalnya kupikir kau semakin kuat dari terakhir kali kita bercinta. Sayang sekali, malah semakin payah."
"Apa maksudmu?" Zhehan meringis, melempar bantal pada wajah Gong Jun yang segera menangkapnya dengan sigap.
"Kau seorang polisi bukan. Harusnya fisikmu sangat kuat," protes Gong Jun dengan kedipan nakal.
"Bukan aku yang lemah, tapi kau yang terlampau kuat. Benar-benar macan lapar," Zhehan menggeser tubuh, mengubah posisi menjadi duduk. Selimut yang menutupi hingga ke dada meluncur turun hingga perut. Gong Jun menatapnya penuh minat dan Zhehan seketika sadar akan bahaya yang mengancam.
"Tutup matamu! Aku harus mandi dan sarapan, jangan berencana menyiksa tubuhku lagi, aku.. Aahh.."
Zhehan meringis, memegangi pinggang malangnya.
"Astaga, aku benar-benar ingin memusuhimu," ia mendengus pada Gong Jun.
"Upps..." Gong Jun menggigit ujung lidah pura-pura ikut merasakan ngilu pada tulang-tulang Zhang Zhehan.
Ketika beringsut menurunkan kakinya ke lantai, rasa ngilu semakin kuat mencengkeram. Zhehan tidak menduga bahwa kenikmatan ekstrim semalaman akan membuahkan hasil sebegini menderita.
"Aku akan membawamu ke kamar mandi," gumam Gong Jun penuh perhatian dan kelembutan.
"Ah, sudahlah. Aku khawatir kau mengajak bercinta lagi di dalam Jacuzzi. Aku bisa jatuh pingsan lagi," gumam Zhehan mengibaskan tangannya pelan.
Krakk!
Kyaaaa...!!
Zhehan memekik kaget mendengar derak tulang tuanya saat memaksa berdiri tegak dan berjalan. Terkejut, ia kehilangan keseimbangan dan limbung ke arah Gong Jun.
Brukkk!
Mereka berakhir dengan posisi Zhehan menindih Gong Jun di tepi tempat tidur.
"Jadi, siapa sebenarnya yang ingin bercinta lagi?" Gong Jun mengedipkan sebelah mata.
"Omong kosong. Ayo bantu aku ke kamar mandi," Zhehan menggerutu tertahan.
Tawa merdu berkumandang dari mulut Gong Jun saat ia menggendong tubuh Zhehan yang lebih pendek dan lebih ramping dari tubuhnya sendiri.
"Berhenti jual mahal, kapten cantik. Kau sudah jadi milikku sekarang."
Gong Jun menatap wajah manis Zhehan yang bersemu merah muda dan memberikannya senyum yang paling menawan.
Zhang Zhehan pun mati gaya.
"Semalam kau pingsan pada babak pertama, karena itu pagi ini kau harus bertahan untuk menyelesaikan babak kedua untukku."
Wajah Zhehan semakin merah padam dengan cepat seperti terbakar.
Tentu saja tidak perlu penjelasan detail pada akhirnya, tidak diragukan lagi, acara mandi berubah menjadi sesi bercinta lagi sesuai dengan cara Gong Jun.
Satu jam kemudian, setelah Zhehan mengumpulkan semua kekuatan yang tersisa sehingga dia bisa duduk rapi di meja makan, dia harus terus menyandarkan pinggangnya sepanjang waktu karena tidak cukup kuat untuk duduk tegak. Wajah Gong Jun segar dan cerah, bercerita riang tentang perjalanan bisnisnya yang membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Melihat Gong Jun terlihat sangat senang, Zhehan merasa lega hingga nyaris melupakan sakit di beberapa bagian tubuhnya.
"Aku tidak berencana untuk terus tinggal di villa ini, kau harus jelas tentang pekerjaanku," Gong Jun mulai masuk ke topik yang lebih serius. Dia menatap lekat wajah manis sang kapten yang masih berjuang untuk kembali ke mode normal tanpa terlihat terpana atau kagum.
"Aku juga tidak akan terus berada di sini," Zhehan mencibir tipis, nampak memikirkan sesuatu yang cukup penting.
"Lalu apa rencanamu? Kembali ke markas dan memimpin tim investigasi kriminal dan memata-matai penjahat tampan yang lain?" Senyum Gong Jun lebar dan penuh makna. Pencipta semua sumber rasa sakit di hati dan juga tubuh Zhehan, menampilkan wajah santai dan setengah tidak peduli. Zhehan terheran-heran bagaimana pria itu secara ajaib memulihkan vitalitas dan energi dengan cepat.
"Tidak akan ada penjahat lain sepertimu," Zhehan merengut. Memutar-mutar cangkir kopi yang tinggal sisa setengah.
"Tentu. Tapi kau masih keliru, aku bukan penjahat. Aku seorang pengusaha dan kekasih yang baik hati. Berapa kali aku harus memberitahumu?"
"Apa yang akan kau lakukan jika berada di posisiku sekarang?" Zhehan bertanya sungguh-sungguh.
"Akan tidak adil bagimu jika aku memutuskan satu hal penting. Bagaimana pun kau sudah lama jadi polisi. Ada dua pilihan, kau bisa kembali ke satuanmu di unit kriminal dan menjalani hubungan jarak jauh denganku, atau kau mengikutiku sebagai seorang pendamping yang setia," Gong Jun mengembangkan senyum. Walau pun kesan yang terpancar terlihat santai dan tidak mendesak, jujur dia mengharapkan Zhehan mengambil pilihan yang kedua.
Dalam diri sang kapten, semangat untuk melanjutkan karier sebagai detektif handal berangsur-angsur menjadi lemah dan perlahan memudar. Dia bisa merasakan keajaiban yang tak terhitung jumlahnya dari efek tatapan mata jernih Gong Jun yang menantikan jawaban. Debar jantungnya kembali menjadi tak terkendali saat ia seolah tanpa sadar memutuskan.
"Aku akan mengundurkan diri dan mengikutimu, jika hanya kau bisa berjanji bahwa kau tidak akan pernah mengecewakan." Dia melirik Gong Jun saat mengatakan itu, tanpa diduga ekspresi pria itu bukannya romantis melainkan lebih nakal dan menikmati Zhehan larut dalam kegalauan dalam mengambil keputusan yang berani.
Penjahat menyebalkan!
Jauh dalam hatinya, Zhehan kembali mengomeli Gong Jun. Dia telah meninggalkan jabatan yang ia peroleh dengan penuh perjuangan demi pria di depannya, tapi pria itu bukannya mengucapkan terima kasih, malah menatap dalam waktu lama sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Kau sama sekali tidak mengatakan sesuatu?" Ia mendengus, benar-benar ingin pergi dari meja makan karena malu atas keputusan dramatis yang terkesan dipaksakan. Tapi baru saja bergerak sedikit, rasa ngilu menyengat dari bagian bawah dan sekitar pinggangnya.
Aargghh... Sialan!
"Zhehan, aku tidak ingin kau terpaksa melakukannya. Aku takut kau menganggapku pengacau dalam hidupmu yang nyaris sempurna."
"Omong kosong."
Zhehan mendengus, pengacau itu akhirnya mengakui bahwa dia adalah seorang pengacau. Helaan nafas Zhehan sangat rendah berupa desahan kala kembali memikirkan ulang keputusannya.
"Tidak perlu terburu-buru," ujar Gong Jun ringan.
"Kau boleh saja kembali jadi detektif, tapi jika kau nakal dan sulit diatasi. Aku akan menculik dan menyekapmu lagi."
Tidak ada bayangan lain untuk saat ini bagi Zhehan. Dia hanya menginginkan masa depannya dilewati hanya bersama Gong Jun dan ia tidak ingin mempersulit hal itu.
"Kalau begitu, kau culik lagi saja aku sekarang," ia bergumam lembut, tapi wajahnya sedikit meringis.
"Itu perkara mudah. Jadi kau telah benar-benar memutuskan?"
Menghembuskan nafas keras-keras, Zhang Zhehan mengangguk tegas.
"Kau akan kehilangan pekerjaanmu selamanya, sekali kau pergi akan sulit bagimu untuk kembali," Gong Jun memperingatkan untuk terakhir kali.
Zhehan berpikir di tengah fokus pandangannya pada cangkir kopi, walaupun pangkatnya telah menjadi kapten, namun ia merasa di tengah hingar bingar dan luasnya kehidupan dunia, dirinya ibarat setitik debu yang terlontar dari pecahan batu marmer. Jadi apa salahnya jika setitik debu itu memiliki kisah cinta sendiri.
"Kau bicara tentang karier dan pekerjaan? Aku tidak peduli, tanpamu, aku tak menginginkannya."
Kalimat dramatis dan memalukan itu tidak pernah terpikirkan seumur hidupnya yang penuh dengan kekerasan dan pengabdian total. Sekarang Zhang Zhehan merasa menjadi Romeo yang tersesat dan ia sedikit canggung mengatakannya. Tetapi itu harus dikatakan agar Gong Jun percaya.
"Dan soal uang, kukira aku tak perlu khawatir. Bukankah kau sangat kaya?" Pura-pura melihat ke objek lain, Zhehan menambahkan kata-kata tidak tahu malu. Gong Jun menyambut kalimat terakhir dengan tawa ringan dan penuh kepuasan.
"Tentu saja, Zhehanku yang cantik. Semuanya milikmu."
"Kenapa kau selalu bilang cantik. Aku tidak menyukainya," katanya malu-malu, kulit di atas tulang pipinya menghangat.
"Tapi itu memang benar. Aku tidak akan pergi lagi mulai sekarang. Apakah kau senang?"
Ini adalah hadiah yang selalu Zhang Zhehan harapkan lebih daripada kekayaan Gong Jun. Dia sangat
gembira, dan juga ngeri-sebagian besar ngeri-untuk menyadari bahwa semua imajinasi terliarnya telah menjadi kenyataan. Dia berharap kisah cinta ini selalu terjalin penuh kehangatan, satu hubungan di mana bisa ia jadikan tempat berteduh dari panasnya konflik kehidupan dan menjadi tempatnya bersandar kala ia berada pada titik terlemah.
💙💙💙
Mereka memutuskan untuk meninggalkan villa setelah tengah hari. Zhang Zhehan sempat kebingungan dengan adanya dua kendaraan di halaman villa.
"Kita gunakan mobilku," Gong Jun menyusuri atap mobil dengan jemarinya seraya tersenyum licik.
"Milikku lebih bagus."
Zhehan mendengus, nada merendahkan dari suara Gong Jun membuatnya ingin meremas bibir seksi penjahat tampan itu.
"Aku akan menelepon salah satu rekanku untuk mengambil mobilku kemari dan mengembalikan ke apartemen."
"Cerdas sekali," Gong Jun terkekeh lembut. Dia membiarkan Zhehan menelepon seseorang dan menitipkan kunci pada si penjaga villa, kemudian membukakan pintu agar si kapten cantik masuk dan dan duduk manis di kursi penumpang, setelah itu menutupnya dengan hati-hati.
Gong Jun menyelinap ke balik kemudi. Matanya menyipit saat sinar matahari menerobos rimbun dedaunan dan jatuh di kaca depan mobil sportnya yang cemerlang.
Kepak sayap merpati di luar melepas kepergian sepasang kekasih itu untuk menuju rumah impian mereka yang sesungguhnya.
"Kemana kita akan pergi kapten cantik?" Gong Jun menyalakan mesin, mulai melajukan mobil keluar dari halaman villa.
Suara lembut Zhehan mendesah perlahan, mengintip keluar lewat kaca samping mobil untuk menyembunyikan rona merah samar di wajahnya.
"Rumah pantai," jawabnya, tersenyum manis dan menawan.
💙💙💙
Aaakkkhirnya mereka kembali ke rumah pantai dan mulai hidup bahagia.
Happy ending buat couple kesayangan kita semoga di real life mereka pun selalu bahagia.
Shenshen akan menambahkan sedikit momen manis Junzhe di bagian akhir.
Jadi, masih to be continued yaa 💕
Don't forget to vote ❤️
Salam Langlangding 💙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro